Bagian 11

7K 228 14
                                    

"Jadi.. Kamu mau menerima cintaku Ana?" Diana mengangguk mantap menampilkan senyum mempesonanya yang semakin membuat Raslan jatuh hati.

"Iya Aslan"

"Jadi sekarang kita pacaran?" tanya Raslan sekali lagi. Ana mengangguk mantap

"Kamu bikin aku gemas" ujar Ana mencubiti pipi Aslan dengan gemasnya. Aslan tersenyum jahil lalu membalas cubitan Diana dengan kelitikan di pingganya membuat Diana tertawa kegelian mereka saling berguling dan tertawa di ranjang Diana. Rohali memang meminta Raslan masuk ke kamar Diana untuk menemui Diana, Rohali tentu berharap Diana akan bercinta semalaman dengan Aslan bahkan sampai hamil kalau perlu, supaya Aslan menikahi Diana dan tentu akan menjadikannya kaya raya.

Aslan menarik tubuh mungil Diana kedalam pelukannya. Mengelus rambut hitam Diana dengan pelan, Diana tentu merasakan kenyamanan yang telah lama hilang dalam hidupnya. Aslan memberikan kehangatan yang sudah dibawa pergi ayah nya sejak dulu.

"Aku mencintaimu Ana" bisik Aslan mengurai pelukannya dan mengangkat wajah Diana agar menatap wajahnya. Ana tersenyum, senyuman maut yang meluluh lantahkan hati serta iman Aslan. Aslan mendekatkan bibirnya ke bibir Diana. Menyesapnya dengan lembut. Diana menikmati ciuman lembut Aslan. Inilah ciuman pertama yang dirasakan Diana begitu menggetarkan hatinya, ciuman pertama yang membuatnya berdebar hebat. Diana bukan pertama kalinya melakukan ciuman seperti ini, tapi entah kenapa berciuman bersama Aslan membuatnya kaku dan terlihat sebagai wanita perawan.

Aslan semakin memperdalam ciumannya, mendekatkan lebih erat tubuh Diana. Diana dengan reflek melingkarkan tangannya di leher Aslan meremas rambut Aslan dengan sayang. Ciuman Aslan turun kelehernya, sungguh Aslan memberikan permainan yang menyenangkan untuk Diana. Diana benar - benar menikmati cumbuan Aslan yang terus bergerak turun. Tanpa sadar baik Aslan dan Diana sudah sama - sama melepas pakaiannya. Entah siapa yang memulainya yang jelas kini Aslan sudah siap pada posisinya

Aslan membuka lebar paha Diana, menundukkan kepalanya dan membenamkan wajahnya pada daging merah delima milik Diana. Mengendusnya perlahan dan mulai menjilati pinggiran lubang sensitif Diana. Diana meremas seprai dan hanya bisa mendesah pelan. Aslan tersenyum karena Diana menikmati permainan lidahnya, satu telunjuk Aslan mulai membuka lipatan daging itu, memainkan biji kacang hijau milik Diana, memelintirnya dan mengelusnya perlahan hingga membuat Diana mulai basah. Jari tengah Aslan mulai menerobos masuk ke lubang sempit Diana, tidak sampai dalam tapi mampu membuat Diana melayang sesaat sebelum Diana merasa nyeri di bagian perut bawahnya

"Aaahh.." Diana meringis dan dengan reflek menutup kedua pahanya. Aslan mengernyit saat Diana meringkuk kesakitan

"Sayang.. Kamu gak apa - apa?"

"Sa-sakit Aslan.." rintih Diana menahan sakit. Asalan memeluk Diana, menyeka keringat dingin di dahi Diana

"Kita kedokter ya?" Diana menggeleng

"Gak usah..  Aku gak apa - apa" ujar Diana pelan. Aslan melirik kewanitaan Diana dan dia tersenyum

"Aku pasti memainkan jariku terlalu dalam" ujar Aslan

"Ah?" Diana menatap Aslan penuh tanda tanya. Asalan mencium kening Diana dengan sayang

"Mungkin aku telah merobek selaput daramu dengan jariku itu membuatmu sakit"

"Apa?" Diana masih bingung

"Kamu itu masih perawan Ana, dan tadi aku telah merobek selaput daramu hingga kamu kesakitan. Lihat ada bercak darah di seprai mu" tunjuk Aslan. Diana beringsut dan melihat noda merah di seprainya.

"A-aku.."

"Aku bangga karena walaupun bukan juniorku yang melakukan itu tapi, aku yang pertama kali menyentuhmu sayang. Aku akan menikahimu Ana" ujar Aslan mencium kening Diana dengan sayang. Membuat Diana terdiam tanpa suara. Rasa nyeri di perutnya hilang terganti dengan tanda tanya besar di kepalanya. Semua pembaca tahu, bahwa Diana sudah gak perawan lagi. Jadi darah itu.....

.
.
.
.

Aslan menggenggam tangan Diana dengan lembut. Diana hanya membalasnya dengan senyuman manis. Hari ini mereka akan bertemu dengan kedua orang tua Aslan, mereka akan menikah tentunya. Dan Diana sangat menyukai status barunya. Setidaknya dia akan lepas dari belenggu hitam itu.

"Oh jadi ini yang namanya Diana?" sapa wanita cantik yang mengambil tempat duduk di sofa hadapan Diana dan Aslan. Diana tersenyum manis

"Cantik banget sih" puji wanita itu lagi "Saya Widha, mamanya Raslan. Kamu bisa panggil saya mama" ujar Ibunda Raslan. Diana hanya tersenyum kecil

"Papanya Raslan dimana tante eh mama?" tanya Diana berusaha mengakrabkan diri

"Papanya lagi dibandara menjemput sepupunya. Kebetulan sepupu papanya Raslan ini mau mencari anak tirinya di Jakarta" ujar ibunda Raslan. Diana hanya menjawab dengan menganggukan kepalanya

"Jadi, kalian sudah serius?" tanya Widha lagi. Diana menundukkan kepalanya wajahnya sudah semerah tomat

"Iya ma, Aslan mau cepat menghalalkan Ana ma" jawab Aslan mantap dengan menatap Diana yang tertunduk malu. Jujur saja, tidak ada sekalipun terbesit di pikirannya akan ada pria yang melamarnya. Pria yang menerima segala dosa dan tubuhnya yang kotor.

Widha tersenyum menatap putra semata wayangnya, biar bagaimanapun menikah adalah salah satu dari ibadah ada baiknya Aslan memilih menikahi Ana terlebih dahulu sebelum akhirnya menjerumuskan mereka berdua dengan perzinahan.

"Ya sudah, nanti mama akan bicarakan dengan papa ya. Kalian persiapkan saja kebutuhan pernikahan kalian. Dan Diana, kamu bisa bilanh dengan kedua orang tuamu bahwa mama dan papa nya Aslan akan datang segera melamar"

Diana mendongak dengan wajah memerah jantungnya berdegub kencang dia hanya mampu mengangguk anggukkan kepalanya lalu dia menoleh kearah Aslan yang menampilkan senyumannya.

"Kamu serius mau nikahin aku Aslan?" tanya Diana di saat mereka duduk berdua di taman belakang rumah Aslan. Aslan menggenggam tangan Diana

"Iya sayang, aku ga mau lagi menunda melakukan ibadah sama kamu. Lagian kamu kan sudah ga perawan lagi gara - gara aku. Jadi aku ingin bertanggung jawab sama kamu"

Deg! Diana terpaku mendengar perkataan Aslan. Diana bingung. Apakah harus jujur atau menyimpan semuanya sendiri? Tapi memulai semua dengan berbohong pasti akan menciptakan kebohongan lain berikutnya. Diana masih diam sesaat sebelum Aslan mencuri satu kecupan hangat di bibirnya. Diana menoleh dan tersenyum

"Aku belum mengatakan apa - apa padamu Diana"

"Maksud kamu?"

"Will you marry me Diana?"

Tbc

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang