Maya memeluk Diana dengan erat seolah menyampaikan pesan kerinduan melalui dekapannya. Diana melepaskan pelukannya menatap Maya dengan mata berkaca - kaca
"Ya Tuhan, tante gak menyangka bisa bertemu kamu lagi Diana. Tante kira tante tak akan pernah melihatmu" Ujar Maya mengelus kedua pipi tirus Diana. Diana tersenyum tipis
"Maafin tante, semua gara - gara tante. Tante yang membawamu ke neraka itu. Tante pikir Bunda Rita adalah..."
"Sudahlah tante, Diana gak apa - apa" senyum tipis Diana tunjukkan kepada Maya. Maya menghela napasnya lelah. Ada banyak hal yang ingin di ceritakannya kepada Diana. Diana menangkap sinyal itu dan dia tertawa
"Tante banyak beban, mau berbagi?" tanya Diana
"Masalah ibu kamu Diana"
"Ibu? Kenapa sama Ibu tante?"
"Tante merasa bersalah sama kamu, sama ibu kamu juga. Setelah meninggalnya nenek kamu, ibu kamu memang sempat menitipkan kamu ke tante, dia berencana menjemput kamu ke Bandung. Tapi kamu tau sendiri situasi saat itu. Tante terpaksa membawa kamu ke panti asuhan itu karena suami tante gak setuju kamu tinggal bersama tante..."
"Lalu kenapa tante?" tanya Diana lagi
"Ibu kamu datang menjemput kamu sekitar 6 bulan setelah kamu di adopsi, ibu kamu benar - benar merasa kehilangan kamu Diana. Dia mencari keberadaan kamu bersama ayah tiri kamu"
Diana menghela napasnya, sejak kecil dia memang tidak menyukai sang ibu. Dia terlalu dini untuk menilai sebuah masalah dari sudut pandangnya. Padahal, ibunya pun berhak bahagia. Mungkin ibu memang tidak mencintai Ayah, tapi bukan berarti ibu tidak mencintainya bukan? Ibu memang memilih laki - laki lain, tapi ibu selalu berusaha membujuknya agar ikut bersamanya. Dan masihkah perlu, Diana membenci ibunya sendiri? Sementara dia sebentar lagi akan menjadi seorang ibu juga -itupun jika Tuhan dan author mengijinkannya- Diana paham bahwa manusia bukanlah yang sempurna, meski beliau memiliki banyak kekurangan, kesalahan dimasa lalu, beliau tetaplah ibu kandungnya. Ibu yang melahirkannya dengan penuh perjuangan dan keikhlasan.
"Ibu dan Om Jhon, ehem maksud Diana ibu dan Ayah dimana tante?" tanya Diana pelan
Maya menatap Diana "Ada di Bandung, dia pasti akan sangat senang bertemu kamu. Kamu mau menemuinya?" Diana tersenyum dan menganggukkan kepalanya
"Nanti tante Maya akan ajak Ibu ke sini ya nengok kamu?" Diana mengangguk lagi.
.
.
.
.Velin menghela napasnya pelan berusaha menetralkan emosinya, dia tentu tidak mau Diana terkena imbas rasa marahnya. Tapi Diana malah tertawa yang membuatnya semakin geram
"Ayolah Diana!"
Diana menggeleng "Aku gak mau Velin.. Biarkan hidup seperti ini" ujarnya dengan kekehan kecil
"Tapi Aslan mesti tau semua ini"
Diana tersenyum "Aslan pasti sudah tau siapa aku kan? Kan di televisi, di media cetak sudah terlihat siapa aku saat di persidangan?"
Velin menghela napas "Iya, tapi kamu harus menjelaskannya juga. Tentang kehamilan kamu terutama"
Diana menyenggol lengan Velin "Kenapa sih maksa banget? Biarin aja toh apa pikiran Aslan. Itu gak penting buat aku. Aku malah mau, kamu dan Aslan bersama" Velin terdiam cukup lama sampai Diana kembali berbicara
"Kenapa sih kamu?"
"Aslan menelponku terus menerus menanyakan kamu, bagaimana aku mengenalmu hingga membongkar sindikat jual beli anak ini"
"Kamu jawab apa?"
"Aku ga tau harus bilang apa, karena semua butuh persetujuan kamu Diana"
"Ya sudah, aku akan menemui Aslan. Kamu minta saja dia datang ke sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...