Prolog

329K 14K 361
                                    

Kalo ada hal yang berbeda di bab awal dengan bab lanjutan nya, mohon dimaklumi. Karena Bab awal sempat saya perbaiki dan bab selanjutnya saya putuskan untuk diperbaiki dilaptop. Jadi ya begini dah.

Dan kalo masih ada kesalahan penulisan. Maap maap aja yak, tak paham betul lah aku soal kaidah kebahasaan atau tatacara menulis. Sebisanya aku saja.

_______________

Langkah demi langkah sudah ditapakinya. Terik matahari yang menyengat membuat Kisselle harus menahan diri untuk tidak mengumpat karena lagi-lagi ia harus kehilangan pekerjaannya. Entah apa yang akan ia lakukan ke depannya. Kuliahnya yang terbengkalai membuat Kisselle sedikit menyayangkan dirinya yang keras kepala ingin tetap kuliah tanpa memikirkan prosesnya. Jika Kisselle berhenti kuliah, itu tidak mungkin karena ia sudah setengah jalan. Ia pikir kuliah akan sangat menyenangkan, ternyata tugas yang menggunung juga tunggakan-tunggakan yang juga menggunung harus mengikis antusiasme Kisselle terhadap kuliah. Ia tidak mungkin meminta uang pada orang tuanya di kampung, yang ada mereka akan meneriaki Kisselle dengan sumpah serapah karena tidak mau mendengarkan petuah orang tua.

Ditambah dengan ia yang untuk kesekian kalinya menjadi pengangguran tidak beretika. Dipecat karena tidak sengaja membuang permen karet hasil kunyahannya ke makanan pelanggan. Sungguh tidak masuk akal dan menyebalkan. Bisa-bisanya Kisselle dipecat atas kesalahan yang bahkan tidak ia sengaja. Tapi entahlah, ia sudah sering dipecat karena alasan itu.

Kisselle menyampirkan tas punggungnya ke sebelah tangan. Ia hanya memiliki selembar uang seratus ribu yang sudah nyaris sobek. Sudah saatnya Kisselle menghemat karena ia tidak tahu akan bertahan sampai berapa lama uang seratus ribunya.

"Gue harus nyari kerja lagi nih. Yang penting bisa makan sama bayar kontrakan. Bodo amatlah kalo kuliah." Gumamnya terus memikirkan kehidupannya yang semakin rumit tanpa bisa ia bayangkan di waktu lampau.

"Kalo gue balik lagi ke rumah makan tadi, kira-kira gue dite..."

Ucapan Kisselle terhenti. Ia terhuyung saat tasnya ditarik secara paksa oleh orang yang menaiki sepeda motor. Kisselle berusaha menyelamatkan tasnya meskipun hanya dihuni uang 100 ribu. Namun sayangnya ia tidak bisa mempertahankannya. Dan Kisselle baru menyadari saat tas terlepas dari tangannya terdengar suara kemejanya yang terkoyak karena tidak hanya tasnya yang ditarik oleh jambret itu.

Kisselle menatap bahunya yang terpampang sampai ke pertengahan lengannya. "Woy, kira-kira dong lo kalo mau jambret orang. Baju gue robek nih!" teriaknya sekeras mungkin. Tak lama sebuah mobil berhenti di sampingnya. Seorang pria dengan setelan jas rapi dan mahal keluar dengan auranya yang sangat mendominasi.

"Kamu gak apa-apa? Saya liat kamu dijambret tadi," ucapnya dengan suara datar namun Kisselle dapat merasakan kepeduliannya. Terbukti karena hanya pria ini yang berhenti untuk menanyakan keadaannya setelah dijambret.

"Gak papa, pak. Cuma tas aja yang raib," ucapnya seraya menunjukkan cengiran tanda ia baik-baik saja.

"Bahu kamu," ucap pria itu seraya menatap bahu Kisselle yang terpampang

Lalu Kisselle pun kembali menunduk dan meringis saat merasakan perih di bahunya yang sedikit ada luka memanjang. "Goblok tuh orang," umpatnya sambil mengaduh. Menyayangkan kulitnya yang terluka dan mungkin saja akan meninggalkan bekas di sana. Tidak peduli dengan tasnya, lagipula tidak ada yang berharga di dalam tasnya selain 100 ribu.

Dalam keadaan masih menunduk, Kisselle melepaskan kemejanya tanpa pikir panjang. Ia tidak masalah dengan keberadaan pria di hadapannya atau tempat yang saat ini ia pijak adalah di tepi jalan. Tidak mungkin juga Kisselle pergi dengan kemeja robek mengenaskan, yang ada ia akan disangka gelandangan atau paling parahnya disangka orang gila. "Maaf, pak. Saya buka baju. Tuh jambret keterlaluan emang, gak kira-kira kalo ngejambret orang," ucapnya tertawa garing.

"Setelah dijambret, abis ini kamu diperkosa kalo kamu seperti ini," ucap pria yang Kisselle tak tahu namanya siapa. Dan Kisselle pun merasakan pria di hadapannya menyampirkan sebuah jas pada tubuhnya. Kisselle mendongak, menatap dengan bingung pada pria itu. "Ikut saya. Saya obati luka kamu," ucapnya lalu menuntun Kisselle yang masih belum memahami maksudnya.

"Bapak beneran mau ngobatin saya, kan? Bukan mau perkosa saya?" tanya Kisselle penuh selidik menatap pria itu.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Pria itu balik bertanya.

"Curiga aja Bapak sampe kepikiran saya bakalan diperkosa kalo kayak gini," jawabnya menunduk melihat penampilannya yang mungkin mampu meningkatkan nafsu buas lelaki. Tanktop hitam yang membungkus tubuhnya tak mampu menyembunyikan bulatan menggoda di dalam sana yang ukurannya tidak terlalu mengecewakan. Pria menyukainya, itu pasti.

"Lebih baik saya nikahi kamu dari pada harus buang waktu dan tenaga untuk perkosa kamu."

______________

#PecintaOmOm #SaveOmTajir

25 July 2017

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang