Bab 34

71.5K 4.8K 247
                                    

Kisselle terbangun dari tidurnya karena ponselnya yang bergetar. Di saat ia sedang menikmati mimpi indah, ia harus dipaksa tersadar. Dengan keadaan setengah sadar Kisselle melihat ponselnya. Nama Rara tertera di sana membuat kesadarannya utuh. Buru-buru Kisselle menerima panggilan itu, ia takut terjadi sesuatu yang buruk terutama pada ibunya. "Ada apa, mbak??" ucapnya berharap Qeera tidak membawa kabar buruk.

"Aku di Jakarta. Kamu di mana sekarang?" ucap Qeera tanpa basa-basi.

"Loh, ada di Jakarta? Mau ngapain?" tanya Kisselle bingung. Pasalnya baru kali ini Qeera ke Jakarta, bahkan saat dulu Kisselle pergi dari rumah pun Qeera tidak menyusul.

"Ada hal penting yang mau kuomongin. Kirim alamatnya sekarang," jawabnya.

Kisselle semakin bingung, sebenarnya ada apa? Cara Qeera berbicara sepertinya memang ada hal penting yang tidak bisa ditunda. Hal itu membuat Kisselle semakin panik, ia takut hal yang ia cemaskan memang terjadi. Semoga ibunya baik-baik saja. "Hal penting-"

"Nanti kujelasin. Assalamu'alaikum."

Sambungan telepon terputus secara sepihak. Kisselle menatap layar ponselnya dengan panik. "Waalaikumsalam," gumamnya menjawab salam dari Qeera. Tanpa pikir panjang Kisselle langsung mengirimkan alamat kantor Geon kepada Qeera. Mereka bisa berbicara secara pribadi di sini, ia bisa meminta izin kepada Geon.

Geon? Kisselle mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan, tidak ada Geon. Lalu Kisselle beranjak dan keluar menuju ruangan tempat Geon bekerja, masih tidak ada. Kenapa Kisselle baru sadar kalau Geon tidak ada? Kemana dia? "Mungkin ada meeting," ucapnya menghibur diri. Ia tidak boleh berpikiran negatif terhadap Geon. Itu tidak baik, kan?

Beberapa saat berlalu, Kisselle mendapatkan pesan dari Qeera yang mengatakan kalau dia sudah ada di depan. Langsung saja Kisselle ke bawah untuk menemuinya. Kisselle sangat terkejut atas  kedatangan Qeera. Dan lagi, Qeera tampak berbeda saat mereka berbicara di telepon. Terlalu serius. Meski Qeera memang tipikal orang yang selalu serius, namun ini berbeda dari biasanya. Apa mungkin terjadi sesuatu yang tidak mengenakan?

"Mbak?" ucap Kisselle saat melihat Qeera tengah duduk di tempat menunggu di lobi. Biasanya jika  sedang bercanda Kisselle lebih senang memanggil Qeera dengan panggilan Rara, namun sekarang beda situasinya.

"Bisa kita cari tempat yang lebih pribadi? Aku gak bisa bahas ini di sini," ucap Qeera sambil memperhatikan sekitarnya yang memang lumayan ramai.

"Di toilet mau?" sahut Kisselle sedikit bergurau. Ia hanya ingin menghangatkan suasana yang terasa dingin, namun nampaknya itu tindakan yang kurang tepat. "Maaf," gumamnya saat mendapatkan sebuah tatapan tajam dari Qeera.

"Aku serius, Sell," ucap Qeera.

"Iya iya. Kita ke kafe sebelah gedung ini aja, gak papa?"

"Ya udah,"

Mereka pun pergi ke sana dengan berjalan kaki. Hanya memakan waktu  sekitar 5 menit untuk mereka sampai di sana dan mendapat tempat duduk. Mereka tidak langsung membahas apa yang sebenarnya akan Qeera sampaikan, Kisselle memesan makanan terlebih dahulu untuk dirinya dan juga Qeera. Sementara Kiselle memesan, pandangan Qeera tak lepas dari wajah Kisselle yang tampak kusam dan pucat. Seperti tidak dirawat dengan baik. Kecurigaannya terhadap Geon yang main di belakang semakin menguat melihat Kisselle yang seperti ini, dan yang paling membuatnya merasa miris Kisselle tampak kurus. Bukankah jika hamil biasanya berat badan naik? Kenapa Kisselle tampak kurus? Pipinya tirus hingga tulang pipinya semakin terlihat juga tulang selangkanya menonjol membuatnya terlihat sedikit menyedihkan.

Qeera menunduk, ia tidak mau melihat keadaan adiknya yang seperti ini. Itu membuatnya semakin berpikiran buruk kepada Geon.

"Jadi, apa yang mau dibahas, Mbak?" tanya Kisselle.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang