Bab 17

89.8K 5.1K 42
                                    

Terjebak dalam jebakan sendiri. Itulah yang Kisselle alami sekarang. Ia tidak bermaksud menuntut Geon untuk segera menikahinya meski ia sempat memintanya saat ia dituduh hamil di luar pernikahan. Tapi sekarang berbeda, Kisselle sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan. Jika Geon benar-benar ingin mempersuntingnya, Kisselle tidak masalah, toh ia akan tetap menikah dengannya kapanpun.
Tapi yang Kisselle risaukan sekarang adalah bagaimana orang tuanya nanti? Dan juga, perkataan Geon sungguh membuat Kisselle dibuat gundah. Dia berkata akan segera mengjadikan Kisselle sebagai istrinya sesegera mungkin. Apakah itu tidak terlalu mengejutkan?

Kisselle memandangi pantulan dirinya di cermin. Mengamati wajahnya, menilik apakah ada yang spesial sehingga membuat Geon begitu teguh ingin menjadi imam untuknya. Tapi tidak ada, sungguh dari fisik ataupun sikap, Kisselle tidak memiliki nilai plus sedikit pun.
Dan lagi, Kisselle belum mencintai Geon. Perasaan ingin memiliki mungkin sudah ada walau sedikit, akan tetapi Kisselle tidak bisa yakin akan dirinya sendiri. Ia takut tergoda dengan pria lain jika suatu saat nanti ia melihat seseorang yang membuatnya bergetar.

"Ah! Bikin gue pusing!" teriaknya sambil menarik rambutnya dengan kasar. Membuat rambutnya yang telah ia sisir rapi kini menjadi sedikit berantakan.

"Apa yang harus gue lakuin sama lo, Pak? Gue bingung," ucapnya lagi kali ini terdengar begitu frustasi. Keadaannya tidak serumit dulu karena Kisselle sudah bisa menerima Geon, namun permasalahannya bukan pada situasi ataupun keadaan, tapi pada diri Kisselle.

"Gimana kalo gue kecantol cowok lain? Gue gak mau ada KDRT." Kisselle meringis membayangkan ketika ia ketahuan berselingkuh dan Geon menyiksanya untuk membalaskan dendam. "Atau gimana kalo dia yang selingkuh? Terus gue ditalak, mana mungkin gue siap ngejanda. Dia enak mukanya bagus kalo harus jadi duda lagi, lah gue?" Dipejamkan matanya dengan erat. Berusaha mengusir bayangan dan pikiran aneh yang terus-terusan menerobos masuk ke dalam benaknya.

Kisselle mengangkat tangannya, membuatnya menjadi kepalan dan memukulkannya pada kepalanya sendiri. Sambil bergumam menyuruh agar pemikiran tolol di benaknya segera pergi, ia tidak sadar jika sejak tadi seseorang memperhatikannya di ambang pintu. Dengan senyum tipis melihat kelakuan wanita yang akan menjadi bidadarinya nanti. Geon melangkah menghampiri Kisselle, berdiri di belakang Kisselle lalu dengan sigap memegang pergelangan tangan Kisselle untuk menghentikan kegiatannya memukuli kepalanya sendiri.

Secara refleks Kisselle mematung lalu membuka matanya perlahan. Dan matanya langsung bertemu dengan mata Geon. Ia dapat melihat senyum tulus yang tidak pernah diperlihatkan Geon sebelum Kisselle menerimanya sebagai calon suami. Ini suatu kemajuan. Melihat senyumnya membuat Kisselle tergoda untuk ikut tersenyum. Dan tanpa bisa ditahan lagi sudut bibirnya tertarik menciptakan sebuah senyum tertahan dan juga terkesan malu-malu.

"Kenapa?" tanya Geon sambil melepaskan tangan Kisselle dengan perlahan.

"Gak kenapa-kenapa," jawab Kisselle memilih untuk tidak memberitahukan apa yang sejak tadi menghantui pikirannya. Tidak mungkin ia berkata bahwa ia takut Geon selingkuh, itu memalukan sekali meski kenyataannya Kisselle memang takut hal itu terjadi.

"Saya gak akan selingkuh," ujar Geon tiba-tiba. Membuat Kisselle langsung menegakkan tubuhnya dengan mata terbuka lebar. Ditatapnya Geon dari cermin, sedikit ragu namun akhirnya dia merengut sedikit tersinggung.

"Aku juga gak akan selingkuh, kalo itu yang bapak maksud," ucapnya menemukan makna lain dari ucapan Geon.

Tanpa disangka Geon terkekeh lalu meraih tangan Kisselle, menarik dan membawanya keluar kamar hotel. Kisselle hanya bungkam. Ia tidak bisa berkata-kata. Geon terlalu sulit untuk dihadapi, terkadang dia bersikap begitu manis tapi di lain waktu dia juga akan berubah seperti tidak pernah ada hubungan apapun sebelumnya. Sangat membingungkan.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang