Bab 39

86.4K 5.3K 200
                                    

Pagi pun menjelang, Kisselle mengerjapkan matanya saat tersadar dari buaian mimpi. Ia menghela napas, mengusap wajahnya lalu melihat ke jam dinding yang menunjukkan pukul 4 lebih. Sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang. Ia melihat ke sampingnya, Geon tengah tertidur dengan lelap, meski terlihat damai dalam tidurnya namun guratan lelah masih nampak di sana. Entah apa yang tengah dia mimpikan, Kisselle sungguh ingin tahu. Karena baru kali ini Geon tidur tanpa memeluknya. Itu hanyalah hal yang sederhana, namun perubahan itu mampu mengusik pikirannya yang memang tengah kacau. Memikirkan nasib rumah tangganya saja sudah membuat Kisselle merasa ingin berteriak kalut, dan sekarang merasakan perubahan pada Geon menambah kekalutannya. Ini memusingkan, namun tidak ada hal lain lagi yang dapat ia lakukan, hanya bersabar.

"Pak?" panggilnya mengguncang tubuh Geon seraya mengelus rambutnya penuh kelembutan. "Bangun yuk? Kita shalat," ucapnya lagi bergumam pelan tidak mau membuat Geon terkejut. Namun suaranya yang sengaja ia lembutkan tidak memberikan pengaruh apapun, Geon masih tetap bergeming dalam tidurnya.

Kisselle pun mendekatkan wajah dan menempatkan mulutnya di depan telinga Geon. "Pak? Bangun, ayo shalat," bisiknya di sana. Hembusan napas Kisselle yang menerpa telinga Geon ternyata cukup memberikan pengaruh, terlihat saat ini Geon menggerakan kepalanya dan dahinya pun mengernyit terganggu.

"Pak?" panggilnya lagi lebih lembut.

Geon pun kembali bergerak dan mengambil napas dalam lalu menghembuskannya berbarengan dengan matanya yang perlahan terbuka. Ketika ia melihat Kisselle, ia kembali memejamkan matanya, kemudia lengannya terangkat dan meraih tubuh Kisselle. Posisi Kisselle yang miring dengan tubuh yang menyangga pada siku langsung tertarik ke arah Geon membuatnya mendekap Geon. "10 menit lagi," ucap Geon dengan suara seraknya yang teredam karena wajahnya yang menyelusup di dada Kisselle dengan nyaman.

Kisselle tidak bisa tidak tersenyum, ia mengelus belakang kepala Geon dan menarik-narik rambutnya yang dipangkas dengan begitu rapi. Namun ia tidak bisa bertahan dengan posisi seperti ini, ibadah lebih utama. "Celakalah bagi orang-orang yang melalaikan shalatnya," gumam Kisselle berbisik dengan gemas. Karena itu adalah salah satu kalimat andalan Geon ketika Kisselle malas untuk beribadah. Dan sekarang ia yang mengingatkan Geon dengan cara penyampaian yang begitu serupa seperti  biasa Geon mengingatkannya.

Dan berhasil, Geon langsung menjauhkan wajahnya dari dada Kisselle dengan tubuh yang masih memeluknya. Ia mendongak, menatap Kisselle dengan tatapan yang begitu polos seperti bayi yang menatap ibunya. Kisselle mengangkat alisnya dan tersenyum seolah berkata 'Masih berani nanti-nanti?'. Geon masih menatapnya tanpa merespon sedikitpun, masih tatapan polos khas bayi. Lantas Kisselle tersenyum dan menggerakan bibirnya tanpa bersuara mengatakan 'Shalat'. Geon pun memejamkan mata memutus tatapan mereka dan malah mengeratkan pelukannya pada tubuh Kisselle dan kembali membenamkan wajahnya di dada Kisselle.

"Hey," gumam Kisselle mengelus rambut Geon gemas karena tingkahnya yang tampak seperti sedang merajuk. Ini langka, momen yang sangat langka. Tidak pernah Geon seperti ini. Namun tak lama, tanpa kata Geon melepas pelukannya, ia beranjak dari posisi tidurnya dan merangkak ke atas menyamakan wajahnya dengan Kisselle lalu mengecup bibir Kisselle sekilas. "Makasih," ucapnya untuk Kisselle yang sudah mengingatkannya. Lantas ia pun langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sementara Kisselle yang masih diam di tempat tidur tersenyum senang sekaligus cemas. Senang karena Geon masih memperlakukannya dengan manis, namun cemas karena ia takut momen ini tidak akan bisa ia nikmati lagi.

***

Keluar dari kamar ketika matahari mulai menampakan dirinya, Kisselle langsung disambut oleh Genta yang tengah menikmati teh dan makanan ringan sambil menonton acara yang menampilkan berita di televisi. Ia menghampirinya lalu duduk di samping Genta dan tanpa basa-basi ia menyelusupkan tangannya di tubuh Genta memeluknya. Mendapatkan pelukan itu, Genta menatap anak bungsunya bingung. Karena semenjak hubungan mereka merenggang, Kisselle tidak lagi sedekat dulu. Namun kali ini, mendapatkan perlakuan yang seperti ini membuat Genta bertanya-tanya dan menduga bahwa ada sesuatu yang Kisselle inginkan. Karena biasanya memang seperti itu.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang