Bab 29

84.9K 5.3K 507
                                    

Geon tertegun menatap Kisselle dengan perasaan terluka dan kecewa. Begitu mudah dia  mengatakan perceraian? Apa dia tidak menghargai perjuangan Geon untuk mendapatkannya selama ini? Ia tahu Kisselle kecewa karena ia  masih berhubungan dengan Vinnie, Geon sangat memaklumi itu karena itu hal wajar. Jika Kisselle berhubungan dengan mantannya, Geon akan sama marah dan kecewanya seperti Kisselle. Namun untuk mengatakan sebuah perceraian, rasanya itu terlalu gegabah. Bahkan dia sama sekali tidak mendengarkan Geon, dia hanya melihat pada  sudut dimana dirinya berada, tidak berusaha melihat pada posisi Geon. Benar-benar mengecewakan ketika istri tidak menghormati suami. Geon bukan berusaha untuk bersikap egois, karena di sini dia sama menderitanya. Dia hanya berusaha bersikap adil meski ia belum mampu melakukannya. Namun setidaknya hargai usaha Geon sedikit saja. Bukan malah bersikap seolah dialah yang menjadi korban satu-satunya.

Geon menghela napas sambil memalingkan wajah, ia mengusap sudut bibir dan hidungnya yang berdarah. Sakit hatinya semakin menyiksa di tambah dengan sakit ditubuhnya. Entah bagaimana gadis barbar yang tidak beretika itu bisa menghajarnya dengan begitu brutal. Satu tonjokan kemarin saja masih terasa, sekarang dia menambahnya bertubi-tubi. Ditatapnya Bella sejenak, mencoba mengintimidasi namun tidak berhasil. Lalu Geon memandang Kisselle, wanitanya itu tampak sangat sendu namun aura kemarahan terpancar jelas di sana seolah dia sedang terbakar.

"Cerai?" gumam Geon pada akhirnya  mampu menanggapi perkataan Kisselle yang sama sekali tidak ia duga.

"Iya. Kalo bapak melaporkan Bella ke polisi," jawab Kisselle.

"Semudah itu, Kiss? Serendah apa posisi saya di kehidupan kamu hingga kamu tanpa akal sehat mengatakan soal perceraian? Perceraian adalah kata haram dikehidupan saya, Kisselle! Jangan pernah mengatakan itu, saya gak akan melepaskan kamu meskipun kamu menusukkan belati yang dilumuri racun ke jantung saya, tidak akan!"

"Saya mencintai kamu hingga rasanya saya tidak memiliki harga diri lagi. Apa kamu tidak mengerti juga jika hidup saya hanya berputar di sekeliling kamu? Tidak ada alasan untuk kamu merendahkan saya karena kamu harus ingat jika surga kamu adalah saya. Kamu hanya perlu percaya kalo saya mencintai kamu, hanya kamu," lanjut Geon.

"Dan kamu, Barbara, berhenti ikut campur dan merasa paling tahu segalanya. Kamu belum berumah tangga, tidak paham cara main sebuah pernikahan itu seperti apa," lagi-lagi Geon berbicara. Membuat Bella bungkam seketika meski ia geram dipanggil barbara. Kali ini pria itu benar-benar menunjukan mahkotanya, seolah mengumumkan bahwa dirinya adalah pemimpin di sini.

Geon langsung pergi tanpa menatap Kisselle atau pun Bella. Ia memang marah, tapi ia tidak membenci kedua wanita itu. Geon hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sekaligus memberi waktu untuk Kisselle  bisa berpikir jernih. Mereka tidak akan bisa menyelesaikan sebuah permasalahan dengan baik jika masih diliputi oleh amarah.

***

Sementara itu setelah kepergian Geon, Bella dan Kisselle sama-sama diam. Mereka seperti patung seolah tersihir oleh perkataan Geon. Salah besar melawan Geon yang jelas lebih paham arti kehidupan dibanding mereka. Kedua wanita itu sama-sama merasa bersalah terutama Bella. Dia memang gegabah dengan mengambil tindakan kekerasan yang malah membuat suasana semakin panas. Tapi dibalik itu Bella memiliki alasan yang begitu mulia. Ia hanya tidak ingin Kisselle menyia-nyiakan hidupnya hanya untuk disakiti oleh Geon. Ia tidak mau Kisselle menderita.

"Maaf," gumam Bella menunduk. Ia tidak berani mengangkat wajahnya dan menatap Kisselle. Ia tahu Kisselle masih bersedih, dampak dari perbuatannya pasti semakin membuat Kisselle terpukul.

"Gak papa, makasih lo udah hebat banget ngelindungin gue," sahut Kisselle seraya menggenggam tangan Bella. Barulah kali ini Bella berani mengangkat kepalanya. Ia tidak bisa menyembunyikan raut bersalah juga genangan air mata yang siap terjun.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang