Epilog

135K 5.8K 265
                                    

Kisselle menatap beriak air kolam karena ia mencelupkan kakinya ke sana. Rasa dinginnya membuat kaki Kisselle terasa rileks. Kisselle tidak tahu apakah ini baik untuk kesehatannya atau tidak, namun Kisselle merasakan air dingin ini membuat kakinya terasa lebih nyaman. Pasalnya seiring usia kehamilannya bertambah tua, kakinya menjadi bengkak dan gampang lelah seperti selalu tegang. Kisselle tidak kuat berjalan lama-lama, meski begitu ia selalu menyempatkan diri untuk ikut  berjalan santai dengan Geon di saat ada waktu libur. Walaupun pulangnya harus digendong oleh Geon sampai ke rumah karena ia akan menangis merasakan kakinya kebas menahan bobot tubuh yang naik pesat semenjak ia kembali dari Semarang ke Jakarta. Ya, semenjak itu Kisselle seolah mendapatkan kekuatan untuk kembali semangat menjalani hidup, bisa diibaratkan seperti itu. Kini, usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh. Dan di usia itu berat tubuh Kisselle sudah naik seberat 20 kg. Hebat sekali bukan?

Dan karena itu Bella menjadi leluasa mengejeknya dengan sebutan kudanil bunting, atau ketika Kisselle sedang berbaring dia akan menyebutnya paus terdampar. Sialan sekali memang, bahkan dia tidak pernah menghiraukan tatapan tajam Geon ketika Geon sudah kehabisan sabar mendengar ejekannya terhadap Kisselle. Percuma saja, perempuan gila itu tidak akan jera, dia akan semakin menjadi-jadi.

"Sayang?" panggilan itu membuyarkan lamunan Kisselle. Ia  menghentikan gerakan kakinya lalu menoleh ke belakang di mana Geon sedang berjalan menghampirinya. "Jusnya," ucap Geon sambil menyodorkan segelas jus jambu yang Kisselle pesan setelah mereka berjalan santai. Kisselle selalu rutin meminum jus setiap pagi, mungkin tidak selalu, hanya jika Geon sempat membuatkan untuknya. Manja? Memang, bahkan sekarang nama tengah Kisselle berubah menjadi pemalas.

"Mas mana?" tanya Kisselle menatap Geon yang tidak membawa gelas jus lain. Tapi tunggu. Mas? Ya, jelas Kisselle memanggil Geon dengan sebutan Mas. Terdengar aneh ketika panggilan itu pertama kali keluar dari mulutnya, namun semakin ke sini Kisselle semakin terbiasa. Ia memang memutuskan untuk merubah panggilannya terhadap Geon Sang suami, Kisselle merasa bahwa itu perlu karena terkadang bingung panggilan yang ia berikan sama seperti panggilan Kisselle kepada Genta. Maka panggilan Mas lah yang Kisselle rasa lebih pas, dan karena itu pula Geon mengubah kata saya yang sering dia gunakan menjadi Mas juga. Sudah seperti keluarga idaman, kan? Tentu saja.

"Udah tadi, ayo kamu minum," ucap Geon mengulurkan tangannya mengelus perut Kisselle yang sudah membesar. Lalu ia membungkuk, dikecupnya permukaan perut bulat itu yang terhalang oleh pakaian sambil ia elus dan kembali ia kecup berulang-ulang.

"Jagoan, ayo tendang," ujar Geon. Itulah kebiasaannya semenjak bayinya bisa menendang. Dia akan menyuruh jagoannya untuk menendang tangannya yang ia tempelkan di perut Kisselle, terkadang ia memaksa seperti seorang idiot yang menganggap bahwa anaknya yang belum lahir bisa mengerti perintahnya. Lucu sekali.

Pertama kali Kisselle merasakan tendangan itu tepat malam hari ketika ia nyaris tertidur, saat itu Geon sedang tidak bersamanya, pria itu sedang menyelesaikan pekerjaan setelah memastikan Kisselle sudah terlelap. Namun kenyataannya Kisselle belum benar-benar terlelap ia hanya setengah sadar, tak lama Geon pergi ke ruang kerjanya Kisselle tersentak dalam tidur hingga ia terjaga. Semula Kisselle terdiam dengan tubuh membeku, namun ketika tendangan itu kembali ia dapatkan Kisselle meringis dan semakin menegang. Rasanya begitu nyata. Akan tetapi, Kisselle tidak mengerti mungkin karena pengaruh rasa kaget itu, ia malah menjerit kencang sambil memanggil Geon. Tentu saja Geon langsung datang dengan wajah paniknya, menanyakan apa yang terjadi dan tebaklah apa yang Kisselle jawab? 'Aku mau ngelahirin,' memang tidak bisa diampuni kebodohan Kisselle. Untung saja Geon pintar, dia tidak langsung panik dan bertindak lebih bodoh dari Kisselle. Geon menanyakan secara detail apa yang Kisselle rasakan, setelah tahu ia pun hanya tersenyum lalu mengelus kepala Kisselle dan mengecup keningnya kemudian beralih pada perut Kisselle melakukan hal serupa.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang