Bab 37

76K 5.1K 157
                                    


Ini tidak benar. Apa yang terjadi saat ini sama sekali tidak benar. Geon memejamkan matanya sejenak mengumpulkan kesabarannya menghadapi dua wanita yang saat ini sedang beradu kekuatan. Ia sama sekali tidak menyangka jika Kisselle akan menyerang Vinnie bahkan di saat Vinnie tidak melakukan apapun. Terlebih lagi saat ini dia tengah hamil, apakah tidak terbesit rasa khawatir sedikit saja di benaknya? Dia begitu brutal menjambak Vinnie dan mulutnya tidak berhenti mengeluarkan perkataan kasar. Geon berusaha untuk menahan tubuhnya, namun tangan Kisselle tidak bisa diam dan terus menggenggam erat rambut Vinnie. Semua orang histeris, terutama Maryam yang hanya bisa memanggil Kisselle dengan suara lembutnya meminta agar anak bungsunya itu berhenti. Sementara Genta dan Renold mengambil bagian menahan Vinnie yang juga tidak mau kalah menyerang sembari menghalau serangan dari Kisselle.

"Kiss, sudah!" Suara Geon meninggi. Karena ia membujuk dan memohon dengan lembut percuma saja tidak akan didengar, suara teriakan Kisselle bahkan mampu meredam suaranya.

"Sialan lo! Pelakor gak tau malu, cowok masih banyak tapi kenapa harus suami gue?" teriaknya tanpa tahu malu seolah di ruangan ini hanya ada dirinya dan Vinnie.

"Nduk, jangan bicara seperti itu," ujar Maryam meringis ngeri melihat Kisselle. Qeera yang ada di sampingnya sibuk menenangkan berusaha untuk membuat Maryam tidak terlalu shock.

"Lepasin gue!" teriak Vinnie mencengkeram erat lengan Kisselle berharap cengkeraman jarinya yang berkuku panjang bisa membuat jambakan Kisselle lepas.

"Gak seharusnya lo muncul di hadapan gue. Gara-gara lo rumah tangga gue hancur!"

"Gak perlu lo bahas soal hancur, karena kalo gak ada elo gue sama Geon gak akan kayak gini!"

"PELAKOR!!!!!!" Kisselle berteriak dengan begitu keras seperti kerasukan setan. Tidak peduli teriakkan orang-orang meminta agar dia berhenti. Tangan kanannya menarik rambut Vinnie, sedangkan tangan kirinya sibuk mencari bagian dari wajahnya yang bisa ia cakar.

"Kisselle! Apa kamu bisa berpikir jernih kali ini saja?" Geon membentak, menarik paksa tubuh Kisselle. Tidak peduli tangannya yang masih menjambak rambut Vinnie tertarik dan membuat Vinnie sedikit terhuyung ke depan. Geon memegang bahu Kisselle menatap istrinya yang begitu kacau dengan muka memerah dan terdapat luka cakar di mana-mana. "Kamu bisa diam? Saya bawa Vinnie ke sini untuk meluruskan semuanya. Kalau kamu ingin ini segera selesai, tolong ikuti alurnya!" tegas Geon meremas bahu Kisselle sedikit lebih erat.

"Dia ke sini cuma mau hancurin kita. Dia itu licik!" desis Kisselle menatap Vinnie tajam.

"Jaga mulut lo!" ujar Vinnie hendak maju untuk menerjang Kisselle namun beruntung Renold dengan sigap menahannya.

"Kalian ini apa tidak punya otak? Rumah saya bukan arena untuk beradu kekuatan! Yang menyelesaikan masalah dengan otot itu hewan, karena mereka tidak punya akal! Kalo kalian ingin bertarung, saya antar ke lapangan, biar nanti saya umumkan ada pertarungan kepada warga biar mereka tahu betapa bodohnya kalian!" Genta berteriak penuh amarah. Urat di dahinya menyembul membuat yang melihatnya menciut seketika. "Pikirkan baik-baik kesalahan kalian masing-masing. Saya muak berada di tempat ini," lanjutnya lalu pergi dengan langkah lebar. Ia tidak habis pikir dengan tingkah mereka yang menjunjung tinggi ego hingga membuat mereka tampak tidak berakal. Itu semua membuat kemarahan Genta benar-benar dipancing paksa. Bahkan setelah kepergiannya aura kemarahan itu masih terasa. Tidak ada yang berani bicara, mereka semua diam seolah merenungkan apa yang telah mereka perbuat terutama Kisselle, Geon dan Vinnie.

"Nak Geon, tolong obati Sella," ucap Maryam dengan suara bergetar karena masih terkejut dengan apa yang barusan ia saksikan.

"Iya, Bu," jawab Geon langsung menarik Kisselle pergi ke kamarnya.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang