Bab 7

118K 7.1K 38
                                    

Semerbak wangi masakan menguar memanjakan penciuman dan menggugah selera makan. Kisselle dengan senyum menatap makanan yang berhasil ia masak dengan bantuan Maryam dan Qeera. Ia begitu merindukan masak bersama ibu dan kakaknya itu. Dan saat ini ayahnya sedang berada di sawah bersama Geon. Ketika pagi-pagi sekali Kisselle merasa keheranan tidak menemukan Geon di mana pun, ia mengira kalau Geon pulang meninggalkannya. Namun Qeera memberitahunya bahwa Geon pergi ke sawah atas ajakan dari Genta dan Kisselle dibuat terkejut dengan kenyataan itu. Sekaligus merasa lucu karena Geon seorang pria yang sehari-hari hidup di ruangan ber-AC kini harus berhadapan dengan lumpur dan segala hewan kecil penghuni sawah. Kisselle menyusun tempat makan sesuai posisinya. Lalu membawanya dengan perasaan tidak sabar ingin melihat apa yang sedang ayahnya perbuat terhadap Geon. Entah apa yang terjadi kepadanya, Kisselle hanya merasa lucu dengan situasi saat ini.

"Ra, kamu ikut gak?" tanya Kisselle pada Qeera yang sedang duduk santai menonton tv.

"Nggak. Mogok aku. Bentar lagi ngampus," jawab Qeera seraya memperlihatkan raut lelahnya setelah membereskan rumah selepas sholat subuh dan membantu Kisselle memasak.

"Ya udah aku nganterin sarapan dulu, ya?" ucapnya.

Sebelum Kisselle berhasil sampai di ambang pintu, tiba-tiba Qeera berdehem cukup keras dan terdengar sangat berlebihan. "Buat calon suami tuh?" goda Qeera tanpa menatap Kisselle. Ia lebih memilih tetap fokus pada layar kaca televisi meski benaknya sibuk memikirkan cara untuk mengerjai Kisselle.

"Apaan sih? Gak lucu!" sahut Kisselle tidak terima.

"Aku siap dilangkahi kok," ucap Qeera lagi masih seru menggoda Kisselle yang mulai tersulut emosi.

"Aku belum mau kawin ya!" balas Kisselle lalu pergi dengan langkah dihentak tanpa menghiraukan suara tawa ledekan Qeera yang terdengar begitu mengganggu.

Masih dengan kekesalan yang menggumpal dihatinya, Kisselle menyusuri jalanan dengan langkah cepat. Jarak antara rumahnya ke sawah tidak terlalu jauh, namun kali ini mengapa terasa begitu lama untuk sampai padahal langkah Kisselle cukup lebar. Terlebih lagi tatapan tetangga yang membuat suasana hati Kisselle semakin dibuat geram dan ingin berteriak kepada mereka untuk tidak menatapnya. Entah apa yang sedang mereka pikirkan, namun Kisselle dengar mereka berkata mengenai menikah dan menantu. Kisselle tidak mau mendengarkannya, bersyukur Kisselle segera sampai di sawah. Ia menyusuri jalanan sempit dengan rerumputan basah karena embun.

Melihat ke depan, Kisselle mendapati sebuah saung di tengah sawah yang di dalamnya Genta dengan Geon sepertinya sedang berbicara. Tidak tahu apa yang mereka bicarakan, Kisselle hanya memasang senyum lalu menyapa keduanya dengan ceria. Ia melakukan itu salah satunya ingin melunakkan hati Genta yang masih dingin padanya.

"It's time to breakfast, Guys," ucap Kisselle sambil masuk ke saung dan duduk bersama Genta dan Geon. Menaruh tempat makannya di tengah-tengah. Kisselle membukanya seraya menjelaskan apa yang ia bawa. Tidak ada yang menanggapi, dan Kisselle tidak peduli selama itu bukan pertanda buruk.

"Ini buat bapakku tercinta," ujarnya sambil memberikan piring untuk Genta dan menambahkan nasi juga lauk pauknya.

"Ini buat bapak Geon terhormat." Beralih pada Geon dengan sedikit penekanan dan memberikan nasi juga lauk pauk yang sama.

Tidak lupa Kisselle juga mengambil untuknya sendiri karena memang ia belum makan. "Selamat makan!" ucapnya lalu menyendok nasinya dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke arah mulutnya yang sudah terbuka lebar.

"Siapa yang nyuruh kamu bawa makanan?" tanya Genta membuat Kisselle menggantungkan suapannya lalu menurunkannya kembali.

"Gak ada. Sella sendiri yang mau," jawabnya sangat tenang dan bangga pada dirinya sendiri. Ia merasa bahwa Genta pasti juga akan terkesan meski raut wajahnya masih datar. Lalu Kisselle melirik ke arah Geon yang hanya menatapnya menyimak.

KISSELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang