Mondy mengelilingi area sekolah, sebagai murid baru dia tidak banyak tau tempat disekolah ini dia hanya berniat untuk mencari gadis itu. Mondy sendiri tidak tau dimana Raya berada, dia sudah menemukan ruang kesehatan tapi seperti dugaan nya Raya tidak berada disana. Karena memang gadis kecil itu tidak sakit, dia hanya mencari alasan untuk menghindar darinya. Saat ini Mondy hanya berjalan mengikuti instingnya saja dan, sekarang dia akhirnya sampai di pintu menuju ke atap sekolah dia melihat pintu tersebut terbuka. Diikuti suara seorang wanita dari dalam."Ternyata kau bersembunyi disini gadis kecil." Kata Mondy tersenyum tipis.
Mondy melihat Raya yang sedang duduk sambil berbicara sendiri. Sebenarnya gadis itu lebih terlihat sedang menggerutu kesal. Mondy yg melihat hal itu pun sebenarnya merasa sedikit terhibur dengan tingkah aneh dari gadis dihadapannya. Bagaimana tidak, lihat saja selain menggerutu dia menjambak pelan rambutnya bahkan memukul kepalanya sendiri.
"Dasar aneh." batin Mondy
Mondy pun mendekat ke arah Raya, namun Raya masih belum menyadari bahwa sekarang Mondy berada tepat di belakangnya."Ihhh kesel banget.. kenapa coba bisa sampai nyium segala, kalau dia marah terus mau bunuh aku gimana. Kalau dinovel kan pria dengan wajah seperti dia itu pasti seorang psikopat jahat." Raya menggeleng takut
"Huwaa gimana nih, aku ga mau ketemu dia lagi" Kata Raya frustasi.
"Bodoh bodoh bodoh!!" Sambil terus memukul kepalanya sendiri.
"Jadi lu bersembunyi disini" Raya merasa ada suara yang tidak asing baginya. Suara tersebut terdengar serak dan berat, dengan intonasi bicara yang terkesan dingin dan datar.
Sontak Raya langsung membalikkan badannya dan, betapa terkejutnya saat ia melihat bahwa Mondy sekarang sedang berdiri dibelakangnya. Tatapan pria tersebut menatap tajam, tangannya terlipat didepan dada. Membuat seluruh tubuh Raya merinding, seperti bertemu setan jelek. Muka Mondy memang tidak jelek, tapi tetap saja dia itu menakutkan bagi Raya.
"Kau se- sedang apa kau disini?" raya gugup setengah mati.. Raya pun hanya bisa menunduk dia tidak berani menatap Mondy
"Tentu gue ingin minta pertanggung jawaban dari lu" Kata Mondy.
"Pertanggung jawaban seperti apa yang kamu maksud? Aku kan tidak sengaja dan lagi pula aku sudah meminta maaf sama kamu kan" jawab raya masih menunduk, sungguh tatapan Mondy seperti sedang melubangi kepalanya.
"Itu saja tidak cukup karena lu udah berani cium gue" Perlahan Mondy berjalan mendekati Raya dan memegang dagu raya agar menatapnya
Raya memaksakan diri untuk balik menatap Mondy, walaupun badannya masih bergetar takut
"Tapi bukannya kamu tau, itu semua insiden tidak disengaja. Aku ga bermaksud untuk lakuin itu""Lu harus tau gue gasuka disentuh, dan lu bukan hanya berani nyentuh gue lu udah berani cium gue ga perduli itu sengaja atau gak lu harus tanggung jawab. Paham" Mondy melepaskan dagu Raya beralih menekan pipi Raya, sedangkan gadis itu sendiri sudah berkaca-kaca ingin menangis.
Melihat Raya yang hampir menangis Mondy malah tersenyum tangannya mengelus pelan sebelah pipi Raya, dia semakin mendekatkan wajahnya ke Raya.
"A- apa yg mau kamu lakukan" tubuh raya menegang, dia takut sangat takut jika mondy akan melakukan sesuatu padanya.
Haii sorry penulis'a masih abal" jadi mohon dimaklumi saja😆😆
CERITA DIREVISI ULANG ⛔
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Love (Hiatus)
Lãng mạnTakdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kematian orang tuanya, dilanda bimbang karena sesuatu tersebut terhubung dengan perjanjian kontrak yang...