0.5 Kabur dari dia (Revisi)

2.1K 124 1
                                    

  

   Cukup cepat Raya berlari, bahkan dia tidak banyak memperhatikan jalan dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Cukup cepat Raya berlari, bahkan dia tidak banyak memperhatikan jalan dihadapannya. Murid yang lain hanya menatap heran ke arahnya, tapi sepertinya Raya tidak memperdulikan hal itu. Wajahnya masih memerah jantungnya berdegup kencang.

Setelah sampai di kantin Raya memperhatikan sekeliling mencari keberadaan sahabatnya, saat menemukan mereka Raya kembali bergegas menghampiri meja mereka.

Raya yang baru sampai langsung mengambil gelas minuman Reva dan meminumnya sampai habis.
"Eheh?! Ray.. ini minuman gue kenapa lu habisin."

Raya sendiri masih berusaha mengontrol nafasnya yang tersengal setelah berlari dari kelas menuju kantin. Wajah Raya pun merah padam, tidak tau antara malu atau lelah berlari.

"Maaf Reva aku haus banget tadi, nanti aku ganti ya minumannya" Reva mengangguk sebenarnya tidak masalah dengan hal itu.

"Astaga, Raya lo kenapa? Udah kaya abis dikejar setan." Tanya cindy bingung melihat sahabatnya berlari cepat seperti menghindari sesuatu.

"Iya Ray, lu tuh kenapa sih?" Tambah reva. Keempat sahabat raya itu menatap raya curiga seakan karena melihat gelagat raya yang aneh

"Ya ampun my baby Raya, bahkan wajah lu sampai merah begini kaya abis ketemu cogan" Kata Melly mencubit kedua pipi Raya gemas.

"Ishh apa sih Melly" Raya cemberut melepaskan pipinya dari cubitan Melly.

Raya pun memilih untuk duduk disebelah Reva, tidak mungkin kan dia menjelaskan apa yang terjadi. Sahabatnya ini pasti akan heboh jika dia ceritakan apa yang terjadi pada dirinya.

"Aku gapapa kok, yaudah ya ga usah dibahas. Lagi pula ga penting." Jawab Raya, lebih baik tidak jujur untuk saat ini karena mereka akan menggodanya habis habisan.

Walaupun masih curiga, tapi keempat sahabatnya tidak bertanya lebih lanjut. Mereka sibuk melanjutkan makan siang dan mengobrol bersama.

Kring .. (Bel masuk)

Mendengar bel tersebut jantung Raya seperti tidak terkendali. Ingin rasanya dia pindah ke kelas yang berbeda, sungguh siapapun tolong Raya dia tidak mau kembali bertemu dengan Mondy. Raya berpikir mungkin saat ini ada baiknya Raya tidak masuk ke kelas dulu karena dia belum siap bertemu Mondy, dia tidak tau ekspresi atau hal apa yang harus ia bicarakan saat mereka bertemu kembali.

"Hmm guys bisa ga ya kalo aku ga ikut pelajaran selanjutnya dulu?" semua sahabatnya memandang Raya heran karena tidak biasanya Raya ijin pelajaran kelas.

"Lu kenapa ray? Sakit." Kata reva khawatir

"Hah, Raya gue sakit?" Melly langsung menempelkan telapak tangannya didahi Raya, untuk memastikan suhu tubuh.

"Aku cuma ngerasa pusing sekarang" Raya mencari alasan agar temannya tidak curiga.

"Kalo gitu biar kita anterin lu ke ruang kesehatan" Reva berniat memapah tubuh Raya, dia takut Raya pingsan.

Begitu pula dengan Melly, Cindy dan, Megan. Mereka semua tentu akan ikut mengantar Raya. Memastikan sahabatnya baik-baik saja.

"Eh eh.. ga perlu aku bisa pergi ke ruang kesehatan sendiri, aku masih kuat kok jadi jangan khawatir. Kalian tolong bilang ke guru yang ngajar aja kalau aku ijin karena lagi ga enak badan" Raya tersenyum mencoba meyakinkan mereka, bisa gawat kalo mereka semua malah ikut mengantar Raya. Masalahnya sekarang Raya kan hanya sedang pura-pura sakit.

Sebenarnya mereka masih merasa khawatir, tapi akhirnya semuanya setuju untuk langsung kembali ke kelas dan membiarkan Raya pergi sendiri.

"Yaudah aku duluan ya mau langsung istirahat"

"Kalau ada apa-apa bilang ke kita ya Ray" Peringat Megan

Raya mengangguk mengiyakan ia pun langsung berjalan meninggalkan teman temannya.

Tapi bukannya pergi ke ruang kesehatan Raya malah memilih untuk pergi ke atap sekolah, kebetulan arahnya sama dengan ruang kesehatan jadi keempat sahabatnya tidak menaruh curiga padanya. Setelah sampai di atap sekolah dia mendudukkan diri diatas sofa usang yang tidak terpakai disana, sebetulnya disini memang jarang dikunjungi murid karena banyak tumpukan barang lama, terlihat seperti gudang terbuka. Tapi bagi Raya disini dia merasa aman dan, pastinya dia bisa merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa dia ini mencium laki-laki aneh yang paling dia benci itu.

"Ihh aku bodoh banget sih, lagian kenapa harus jatuh udah gitu pake acara nyium si cowo nyebelin itu" Gerutu raya pada dirinya sendiri

"Dasar Raya bodoh" Raya memukul kepalanya, lalu tangannya terulur turun ke arah bibir. Pikirannya mengingat kembali kenangan memalukan tersebut. Raya meringis matanya menutup, tangannya semakin memukuli kepalanya sendiri karena kesal dengan kecelakaan tidak disengaja tersebut.

Di dalam kelas Mondy merasa ada yang aneh karena sejak bel masuk berbunyi gadis yang sudah berani mencium nya itu tidak juga kembali. Padahal dia melihat semua teman dari gadis tersebut sudah masuk ke dalam kelas. Mondy juga tidak mungkin bertanya pada mereka dimana sekarang si gadis aneh ini berada. Dia tidak dekat dengan mereka, dan lagipula kenapa ini menjadi masalah untuknya.

Pelajaran sudah dimulai, dan saat guru mengabsen salah satu teman gadis itu berkata jika Raya ijin karena sakit.

Mondy merasa aneh, bukan kah tadi saat istirahat gadis itu baik-baik saja. Sebenarnya Mondy sudah mencoba untuk tidak perduli, tapi dia sulit untuk fokus dan malah kembali memikirkan gadis aneh bernama Raya itu.

Saat memikirkan sesuatu tiba-tiba sebelah sudut bibir Mondy terangkat. "Gadis kecil itu pasti kabur" Kemudian Mondy berniat mencari Raya, segera dia pun keluar dari kelas dengan beralasan bahwa ia ingin pergi ke toilet


















CERITA DIREVISI ⛔

The Power of Love (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang