Pukul 5 sore Riko baru saja sampai dirumah, seharian Riko berusaha fokus pada pekerjaan agar dapat menyelesaikan lebih cepat. Tentu sebagai kakak mengetahui adiknya yang sakit Riko tidak bisa tenang, seharusnya dia masih berada di kantor hingga malam hari tapi Riko memaksa untuk pulang lebih awal dan membawa beberapa pekerjaan ke rumah.
Saat sampai tanpa mengganti baju nya lebih dulu, Riko langsung menuju ke kamar Raya untuk mengecek keadaan adiknya.
Riko membuka perlahan pintu kamar tersebut.
"Dek.."Riko cukup terkejut melihat adiknya masih tertidur, disampingnya ada Mondy yang juga tertidur dengan posisi duduk ditepi ranjang ternyata pria tersebut bisa memegang janjinya untuk menjaga Raya. Riko tersenyum lega, tidak ingin membangunkan adiknya Riko kembali menutup pintu.
Saat menuju ke kamarnya Riko berpapasan dengan Mba Surti yang baru saja hendak pergi ke dapur.
"Den Riko udah pulang?""Iya mba. Raya udah diperiksa kan mba?" Tanya Riko.
"Sudah den. Non Raya juga sudah makan dan minum obat dibantu sama temannya itu den, bahkan temannya juga ga pergi kemana-mana dari tadi nemenin Non Raya terus." Riko tidak menyangka Mondy akan sampai seperti ini. Dia memilih tidak masuk sekolah hanya untuk menjaga Raya seharian.
"Kalau gitu mba tinggal ke dapur dulu ya den, mau siapin makan malam." Riko mengangguk dia juga beranjak ke kamar untuk membersihkan diri.
Riko kembali ke kamar Raya untuk membangun dua orang yang masih tertidur disana, karena sudah waktunya makan malam.
Sudah beberapa jam berlalu tapi pasangan tersebut tampak tidak terusik bahkan terlihat nyaman dengan genggaman tangan satu sama lain. Riko berjalan mendekati ranjang Raya.
"Ekhem" suara tersebut ternyata mengusik pendengaran Mondy. Benar saja perlahan Mondy mulai terbangun.
Saat membuka matanya Mondy melihat Riko yang berdiri tepat disebelahnya. Segera Mondy membetulkan posisinya dan, melepaskan tangan Raya.
"Maaf, saya ketiduran.""Sepertinya kamu nyaman sekali ya Mondy. Bagus lah karena kamu mengingat perkataan saya. Juga terima kasih karena menjaga adik saya."
Mondy berdiri disebelah Riko kini keduanya tengah memperhatikan Raya.
"Bagaimana keadaannya?""Lebih baik. Demam nya sudah turun"
Tidur Raya mulai terasa terganggu dengan suara percakapan tersebut, mata cantik itu perlahan terbuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah dua pria tampan tengah berdiri menatap dirinya.
Raya langsung mendudukkan dirinya karena merasa menjadi pusat perhatian kedua orang didepannya.
"Kalian sedang apa?""Menunggu tuan putri ini bangun" Riko mendekat ke arah Raya dia memegang wajah hingga leher Raya. Ternyata benar demam Raya sudah turun, badannya tidak sepanas tadi.
Riko mengecup kening Raya.
"Merasa lebih baik?""Ya, tentu saja. Aku sudah makan bubur orang sakit itu dan minum obat pasti langsung sembuh." Perkataan Raya membuat Riko tertawa dan Mondy hanya tersenyum gemas.
"Syukurlah pria itu menjaga kamu dengan baik. Sekarang, berterima kasihlah padanya dengan benar. Setelah itu kalian turun ke bawah untuk makan malam. Kakak akan menunggu dibawah."
Sepeninggal Kakaknya entah kenapa Raya menjadi canggung dengan situasi saat ini. Dia tidak tau harus mulai berbicara apa.
Mondy melihat Raya terus melirik ke arahnya dengan ekspresi bingung, pria itu berinisiatif langsung mendekati gadisnya itu.
"Jadi, apa yang akan tuan putri ini katakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Love (Hiatus)
RomanceTakdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kematian orang tuanya, dilanda bimbang karena sesuatu tersebut terhubung dengan perjanjian kontrak yang...