Gadis dengan piyama pink itu masih memejamkan mata di dalam selimut tebalnya. Bahkan sinar matahari yang masuk dan, suara bising dari alarm ponselnya nampak tidak membangunkan gadis tersebut. Badannya sedikit bergetar dari bawah selimut, buliran keringat membasahi seluruh wajahnya dengan bibir pucat pasi.
"Dek kamu udah bangun belum?" panggil Riko dari depan kamar Raya.
Merasa Raya tidak menjawab Riko memutuskan untuk langsung masuk kedalam kamar Raya. Saat membuka pintu kamar tersebut dia melihat Raya yang meringkuk dibalik selimut.
"Kamu kok belum bangun sih dek" Riko mendekati adiknya. Saat menyentuh pipi Raya ia merasakan suhu tubuh Raya yang panas.
"Ya ampun kamu sakit dek" Tentu saja hal ini membuat Riko panik.
"Ka- kak iko" igau Raya masih memejamkan matanya.
"Iya, ini kakak. kamu kenapa bisa sakit" Riko masih mengelus pipi Raya lembut dan, sebelah tangan mengetikkan pesan pada asistennya untuk membawakan dokter ke rumahnya dengan segera.
Saat melirik jam Riko melihat ternyata sudah hampir pukul 7. Sebenarnya Riko harus menghadiri meeting sebentar lagi, bisa saja Riko memilih untuk membatalkannya tapi mengingat partner bisnisnya tersebut datang jauh dari luar negara dan akan sulit untuk mengatur jadwal kerja sama mereka kembali membuat Riko bimbang. Dia juga tidak tega meninggalkan Raya walaupun sebentar lagi dokter yang dipanggilnya akan sampai dan ada asisten rumah tangga yang bisa membantu. Riko tentu masih khawatir dengan keadaan adiknya.
Saat masih bingung memikirkan keadaan Raya, dari luar Riko mendengar suara ketukan pintu rumahnya. Riko segera turun untuk memeriksa.
"Mondy?!" Saat ini Riko melihat mondy sudah berdiri didepan rumahnya Riko ingat jika Mondy selalu menjemput Raya sekolah.
"Raya udah siap ka?" Tanya Mondy.
"Dia sakit, badannya panas. Saya masih nunggu dokter datang." jawab riko
"Raya sakit? Tapi kemarin saat saya antar pulang keadaannya masih baik-baik aja" Tidak dapat dipungkiri Mondy sangat terlihat khawatir.
"Masuk dulu aja" Lalu Riko mengajak mondy masuk kedalam rumahnya.
Mondy terus saja kepikiran dengan gadisnya itu, apa mungkin Raya sakit karena kemarin dia membelikan es krim atau karena Mondy tidak memberikan jaket pada tubuh Raya saat mereka naik motor.
"Saya boleh lihat Raya?""Ya, kita ke kamar Raya sekarang" mereka berjalan ke kamar Raya yang ada tepat disamping tangga rumah tersebut.
Saat berada pada pintu coklat dengan gantungan bertuliskan 'RUANG PRIBADI RAYA' mereka segera masuk kedalam.
Terlihat Raya yang masih tertidur dengan wajah pucatnya.
Mondy duduk di tepi ranjang sambil mengelus rambut hitam Raya.
"Kenapa sakit?" Mondy berucap pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Love (Hiatus)
Storie d'amoreTakdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kematian orang tuanya, dilanda bimbang karena sesuatu tersebut terhubung dengan perjanjian kontrak yang...