2.5 Trauma (Revisi)

627 43 5
                                    

Tampak raut wajah Raya memucat, tangannya menggenggam erat tangan Mondy. Keringat dingin mulai keluar dari pelipisnya, tangannya gemetar. Menyiratkan ketakutan yang luar biasa.

"Raya.. kamu baik-baik aja?" Tanya mondy terlihat sangat khawatir melihat kondisi Raya saat ini.

"A.. aaku. Ak.. u" Tanpa menunggu Raya menyelesaikan kalimatnya, mondy langsung menarik lengannya. Mendekap erat raya memberi ketenangan, dan rasa aman untuk kekasihnya.

Mondy masih mengusap lembut punggung Raya. Perlahan mondy mendengar isakan dari gadis dalam pelukannya.
"Aa.. aku takut" Ucap Raya lirih

"Ssttt... aku disini. Kamu tenang aja aku akan selalu jagain kamu." Raya semakin menenggelamkan wajahnya, mencoba mengatur nafas dan menenangkan hatinya.

"Kamu disini dulu ya, aku keluar sebentar." Mondy menjauhkan perlahan tubuh Raya.

"JANGAN!" Kata Raya cepat.
Mata Raya menatap memohon, tangannya tidak lepas dari lengan Mondy. Memegangnya erat, tidak membiarkan Mondy untuk beranjak dari tempatnya.

"Aku mohon jangan pergi, jangan tinggalin aku Mondy. Aku mohon" Raya menggeleng kuat

"Hey Raya.. Lihat aku, Sayang. Tenang lah aku ga akan pernah ninggalin kamu"

"Sayang aku janji sama kamu, dan aku pasti akan baik-baik saja."

Raya masih tidak mau melepaskan Mondy, matanya menutup erat.
"Aku ga mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu"

"Semua pikiran burukmu itu tidak akan terjadi. Kamu tunggu disini sebentar, aku janji ini ga lama. Aku akan kembali kesini secepatnya" Ucap Mondy mencoba meyakinkan Raya.

Perlahan mondy melepaskan genggaman tangan Raya "Percaya ya"

"Kalau kamu pergi aku akan ikut denganmu" Kata Raya bangkit dari tempatnya, kembali memegang tangan mondy.

"Kita tidak tau suara apa diluar tadi, aku gak mau itu membahayakan kamu nanti" Jelas Mondy, ia jelas khawatir.

"Lalu kalau aku biarkan kamu keluar sendiri, itu tidak akan bahaya untuk kamu. Kalau nanti kamu terluka, atau ada yang menyakiti kamu. Aa.. aku ha.. harus gimana? Aku gamau Mondy" Mata raya menyorot penuh ketakutan, bayangan kehilangan seseorang terlintas dalam benaknya. Dia tidak mau jika itu terjadi pada Mondy.

"Aku bisa menjaga diriku Raya, kamu tetap disini dan aku cek keadaan diluar. Jika ada sesuatu yang bahaya, kamu bisa segera menelfon bantuan"

"Tolong dengarkan aku kali ini Raya" Mondy tersenyum lembut, mengusap rambut Raya.

Raya mengangguk, mencoba menuruti perkataan Mondy.

"Cepatlah kembali" ucap Raya saat melepaskan lengan mondy.

"Pasti. Tetap disini, dan segera panggil aku jika ada sesuatu" Perintah Mondy
Sebelum beranjak mondy memeluk Raya sekilas. Memastikan wanita itu dalam keadaan aman.

"Jangan sampai terluka" Mondy mengangguk, dan pergi untuk mengecek keadaan diluar rumah.

Langkah Mondy terhenti saat suara benturan keras terdengar dari balik pintu sebelum ia membukanya. Suara tersebut cukup membuat mondy tersentak, namun dia tetap berjalan perlahan mendekat ke arah sumber suara.

Dengan satu tarikan keras Mondy membuka pintu rumah. Mata mondy terbelalak saat melihat keadaan diluar rumah, ia melihat semua tanaman nampak hancur.
Mata mondy tertuju pada cairan merah yang ada di balik pintu. Terlihat seperti darah dan masih terasa segar.

Tangan mondy mengepal kuat.
"Siapa yang berani meneror Raya seperti ini "
Mondy mencoba mencari seseorang disana, paling tidak dia harus menemukan sesuatu untuk mengetahui pelakunya.

Duagh.. (suara pukulan benda)

Mondy merasakan pukulan keras di punggungnya, dia tersungkur akibat dari pukulan tersebut. Mondy tidak bisa melihat pelakunya, seseorang tersebut memukulnya dari arah belakang. Mondy hanya sempat melihat sekilas orang tersebut, dengan pakaian hitam dan topeng menutupi wajahnya.

Mondy berusaha menjaga kesadarannya "Akhhh.. Ray.. Rayaa.." Ucap mondy lemah.

Mondy tetap berusaha bangkit, seseorang yang memukulnya masih berdiri ditempatnya. Mondy tidak bisa melihat wajah nya, tapi mondy yakin orang tersebut menyeringai dibalik topengnya.

Orang tersebut menendang Mondy, dan membuatnya kembali tersungkur.
"Jangan pernah bermain-main dengan saya Mondy."

Kemudian dua orang lain dengan pakaian yang sama datang dari belakang.
"Urus dia, dan kali ini kerjakan dengan benar" Perintah orang yang telah memukul mondy kepada dua pria lainnya.

"Baik bos" Jawab kedua orang tersebut, dan segera menarik mondy pergi. Mondy yang sudah kehilangan tenaga, dan hampir hilang kesadaran tidak bisa berbuat banyak.

"Raya..Ray, Raya.. Maafkan aku" Gumam mondy sangat lemah.

Didalam rumah Raya semakin khawatir karena mondy tidak kunjung kembali. Sebelum pergi mondy sempat bilang agar raya menunggu nya di kamar, agar mondy yakin ia akan baik-baik saja. Karena itu raya tidak bisa mendengar suara dari luar rumah, ia berdiri gelisah perasaan nya semakin kalut.

"Kenapa mondy lama sekali. Tidak tidak, Raya percayalah pada Mondy. Dia pasti baik-baik saja" Raya terus saja berkata seperti itu berulang kali meyakinkan hati.

Tapi rasanya percuma saja pikirannya kembali memikirkan mondy, memikirkan pria yang ia sayangi aman terluka.

"Mondy aku mohon cepat kembali, hikss.. jangan buat aku takut seperti ini" Raya tidak bisa lagi membohongi perasaan nya, ia sangat mengkhawatirkan mondy.

"Aku harus keluar, ya benar. Aku harus memastikan mondy baik-baik saja" Raya memastikan niatnya, ia tidak bisa berdiam diri dan tidak tau bagaimana kondisi mondy diluar.

Baru saja tangannya hendak meraih pintu kamar, suara bantingan pintu terdengar sangat keras dari luar. Raya dengan cepat merunduk menutup kedua telinganya, air mata makin deras keluar mengalir dipipi raya.
"Mondy kamu dimana. Hiks..Aku takut"

"GADIS MANIS AKU TAU KAMU ADA DIDALAM. KELUARLAH, DAN AKU TIDAK AKAN MENYAKITIMU" Teriak seseorang dari bawah rumahnya

Raya makin ketakutan, dengan cepat raya mengunci pintu kamarnya.
"Mondy tolong aku, Kak Riko tolongin Raya. Hiks.. "

"JANGAN MEMBUAT KESABARAN KU HABIS RAYA, CEPAT KELUAR. SEBELUM AKU BENAR-BENAR MENARIKMU KEHADAPANKU" Suara bentakan pria tersebut

"AKU TIDAK AKAN MENJAMIN KESELAMATAN MU, KALAU KAMU TIDAK KELUAR SEKARANG JUGA." Ancamnya

Raya semakin takut, ia berlari ke pojok kamar. Mencoba bersembunyi dari apapun yang ingin menyakiti nya.

Langkah kaki terdengar menaiki tangga, berjalan semakin dekat ke arah kamar Raya.

"Mama papa tolongin Raya" Mata raya terpejam erat. Berharap akan ada seseorang yang menolongnya





###
Gimana penasaran gak kalian, konfliknya udah greget belum. Sebenernya siapa sih yang neror raya dan apa hubungannya dengan masa lalu Raya.

JANGAN LUPA
VOTE + COMENT














The Power of Love (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang