"Tadaaaa cake nya udah jadi...." Ucap seorang gadis penuh semangat.
"Wahhh dari bau nya enak, kali ini cake nya ga gosong lagi kan"
"Ihh Papa jangan ledekin aku, pokoknya dijamin kali ini cake nya pasti enak. Ga akan gagal lagi" Mata Raya kembali berbinar menatap hasil akhir dari cake yang dibuatnya.
"Tapi ini beneran bisa dimakan kan dek, abis makan ini kakak ga bakal sakit perut kan" Ledek Riko yang langsung ikut bergabung dengan keduanya.
Seketika wajah Raya cemberut mendengar perkataan dari kakak laki-lakinya.
"Hushh.. Riko kamu ga boleh ngomong kaya gitu sama adik kamu, lihat tuh anak gadis mama jadi manyun manyun gitu bibirnya"
"Mah...." Raya menoleh ke arah sang mama menatap nya dengan wajah yang makin cemberut.
"Anak papa yang cantik jangan cemberut gitu dong. Gimana kalo kita langsung cicipin aja cake nya, papa udah ga sabar nih. " Wajah raya kembali bersemangat.
Dengan segera dia memotong cake nya menjadi beberapa bagian, dan menaruh salah satu potongan cake nya di Piring yang lebih kecil.
"Karena papa udah belain aku, jadi yang pertama cobain cake nya papa."
Ujar Raya antusias, menyuapkan potongan cake pada papanya."Gimana gimana pa, enak kan"
"Emmm sebentar.. Enak ga yaa" Kata sang papa sedang mencoba menggoda putrinya.
"Ihhh papa.." Raya menatap sebal pada papanya.
"Rasanya enak sayang, Kali ini cake nya berhasil" Senyum Raya kembali terbit mendengar perkataan sang papa.
"Mama kok ga dikasih, kalo gitu mama ngambek aja deh"
"Buat mama Raya tercinta pasti dikasih juga dong" Raya kembali menyuapkan cake nya pada mamanya. Setelahnya dia mengecup pipi sang mama.
Meta hanya tersenyum melihat tingkah putri bungsunya.
"Kak Riko mana dek, aakkk.." Riko sudah membuka mulutnya menyuruh Raya memberikan Cake nya.
"Gamau.. wlek." Ledek Raya malah menjulurkan lidahnya.
"Ohh begitu, baiklah siap-siap ya kamu" Riko mulai berdiri menatap adik satu"nya itu.
"Kak Riko mau ngapain?"
"Mau hukum kamu, karena gamau kasih cake ke kakak."
Raya yang melihat itu segera bangkit dan berlari menjauhi kakaknya.
"Yak jangan lari kamu dek" Riko ikut berlari mengejar Raya.
Dengan cepat Riko bisa menangkap Rya, dia menggelitiki tubuh Raya." Hahahaha ampun kak, jangan gelitikin aku"
"Gamau, kamu udah nyebelin hari ini"
Papa dan mamanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat anak mereka " Kalian ini"
Bukan kah bahagia itu sangat sederhana. Kehangatan keluarga, rasa sayang dan cinta antara satu sama lain adalah salah satu cara mereka bahagia.
***
Cahaya matahari menyeruak masuk saat Raya membuka perlahan kedua matanya. Penciumannya langsung menangkap bau obat dan beberapa cairan rumah sakit, rasa sakit menjalar dengan cepat disekitar kepala dan bahu kanannya. Sejenak kenangan dengan kedua orang tuanya muncul saat ia tidak sadarkan diri, menggambarkan betapa rindunya Raya.Tidak ada siapa-siapa diruangan tersebut. Tampak hening dan sunyi, Raya masih menyentuh kepalanya, matanya menatap kosong pada langit langit ruangan tersebut. Mencoba menelusuk jauh memutar kan kembali kejadian buruk yang terjadi.
Klek..
(suara pintu ruangan dibuka)"Raya kamu sudah sadar" Terlihat Niko masuk dengan membawa beberapa barang-barang milik Raya.
Niko mendekati adiknya dan mengecup lama kening adiknya, sungguh dia sangat takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Raya. Karena jika begitu tentu saja dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri, ia merasa gagal sebagai kakaknya.
"Syukurlah kamu baik-baik aja, apa ada yang sakit. Tunggu sebentar, biar kak Niko panggilkan dokter untuk periksa kamu."
"Ga perlu kak, Raya baik-baik aja." Ucap Raya menggeleng lemah
"Yaudah kalo gitu apa kamu mau Minum atau makan sesuatu?"
Sekali lagi Raya menggeleng sebagai jawaban.
Riko menghela nafas sejenak, mencoba mengerti perasaan dan keadaan Raya saat ini.
Tangan Riko terulur membelai rambut hitam adiknya "Yaudah, kakak akan keluar sebentar membelikan kamu beberapa camilan. Makanan rumah sakit baru akan diantar 2 jam lagi"
Raya tersenyum dan mengangguk, matanya masih terpejam merasakan sentuhan di rambutnya yang terasa menenangkan.
"Kamu gapapa kalau kaka tinggal?" Riko nampak khawatir harus meninggalkan Raya diruang rawatnya sendiri.
"Raya gapapa kok ka, gausah khawatir"
Riko mengangguk sekali dan mencium kening raya kembali sebelum pergi keluar.
Baru saja Riko berbalik badan hendak meraih knop pintu ruangan tersebut.Raya kembali bersuara "Apa kak Riko tau Mondy ada dimana?" dengan seketika menghentikan langkah Riko.
Mencoba update disaat lagi ujian online
Happy Reading💖
Vote+komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Love (Hiatus)
Roman d'amourTakdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kematian orang tuanya, dilanda bimbang karena sesuatu tersebut terhubung dengan perjanjian kontrak yang...