Seorang gadis mencoba diam, membekap mulutnya sendiri. Air mata tidak pernah berhenti mengalir dari matanya, ia berusaha sekuat tenaga menahan isakan dari bibirnya, agar tidak ada suara apapun yang dapat terdengar. Sesaat sebelum seseorang menerobos masuk kedalam rumahnya, saat suara orang tersebut terdengar berteriak dan mengancam. Raya, gadis itu berlari keluar kamarnya. Masuk kedalam ruangan yang letaknya berada dipojok lantai dua rumahnya. Tempat penyimpanan barang lama, terasa sangat berdebu dan pengap. Tidak ada pilihan lain, yang ada dibenak raya saat ini hanya tempat itu yang mungkin aman untuknya.
Kedua matanya menutup erat, keadaan saat ini terasa tidak asing untuknya. Bagaikan Dejavu dari sebuah pengalaman masa lalu. Teriakan seseorang semakin terasa mencengkam, dan terasa makin dekat dengannya.
Takut. Raya membuka pintu lemari tua disana, mencoba masuk perlahan. Raya memberi sedikit celah pada pintunya agar ia tidak kehabisan udara untuk bernafas. Seluruh badannya bergetar hebat, pikirannya kalut semua seakan berputar di dalam kepalanya."Baiklah sepertinya kau ingin bermain-main dengan ku"
Pranggg
Suara pecahan benda kaca terdengar memekakkan telinga."Kau dapat mendengarnya bukan. Aku bukan orang yang akan berbaik hati pada orang lain, tidak ada ampun jika aku sudah marah."
"Jadi keluarlah sebelum aku benar-benar marah dan menyeretmu dari sana"
Raya sangat yakin semua perkataan orang tersebut bukanlah bualan semata. Ia tidak mungkin keluar dan menyerahkan diri, tidak ada yang bisa menjamin keselamatannya. Raya hanya bisa berharap seseorang akan datang untuk menolongnya.
"Kak Riko.. Mondy. Kalian ada dimana, aku takut"
Srek srekk .. (Suara benda yang diseret)
"Mungkinkah aku akan mati saat ini, haruskah aku menyusul mama dan papa. Apakah ini memang sudah waktunya aku pergi. Orang itu pasti akan segera membunuhku" Perasaan ketakutan sepertinya mempengaruhi pikiran raya saat ini.
"Berhati-hati lah gadis manis, karena kesempatan untukmu sudah berakhir. Saat aku menemukanmu tidak akan aku biarkan kau kembali dengan kehidupan normal mu." Seorang tersebut kembali berjalan menyusuri tiap ruangan dalam rumah tersebut, dengan menyeret sebuah benda besi panjang ditangannya.
Setiap langkahnya terdengar seperti hitungan mundur sisa waktu hidup untuk raya. Tidak ada lagi yang bisa Raya lakukan, ia yakin pria tersebut tidak lama akan menemukannya.
"Mama papa sebentar lagi Raya akan menyusul kalian, kita akan berkumpul lagi." suara lirih tersebut terdengar miris.
##
Mondy POVDisisi lain saat ini mondy juga tengah berjuang memulihkan kesadarannya, ia tidak ingat jelas semua yang terjadi. Saat ia sadar dia sudah berada dalam satu ruangan besar dengan sedikit penerangan. Kedua tangan dan kakinya terikat kuat diatas kursi. Pukulan dikepalanya terasa sakit dan membuatnya tidak bisa berbuat apapun.
"Akhh.. Raya.. Aku harus keluar dari sini, sebelum sesuatu menyakiti Raya"
Mondy tidak perduli dengan keadaannya, yang dia pikirkan hanya bagaimana keluar dari tempat sialan ini dan menyelamatkan Raya. Walaupun nyawanya menjadi taruhan.
"AKHHH SIALAN, KELUARKAN GUA DARI SINI. GUA BERSUMPAH TIDAK AKAN MEMBIARKAN KALIAN HIDUP JIKA SESUATU TERJADI PADA RAYA." Teriak Mondy penuh amarah.
Brakk
"Bagaimana tidur nya apa itu nyenyak? kenapa kau berteriak, itu hanya akan membuang tenaga"
"Lebih baik kau diam, dan nikmati sisa waktu hidupmu"
Pria tersebut mendekat ke arah mondy menepuk bahu nya pelan. Dengan senyum smirk kemenangannya.
"Brengsek. Siapa lo? Lepasin gua sekarang." Maki Mondy.
"Kau harus menunggu untuk tau siapa yang ngelakuin ini sama lo. Seharusnya sebentar lagi dia akan datang"
Pria tersebut mendekati Mondy, sebelum membisikkan sesuatu pada Mondy.
"Dia sedang menangani cewe lo dulu, setelah itu dia akan datang mengurus lo."
"JANGAN GANGGU CEWE GUA SIALAN, LEPASIN GUA."
"Cihh.. tidak usah peduli dengan orang lain. Pikirkan saja nyawamu sendiri"
Pria tersebut berjalan meninggalkan mondy. Mengabaikan makian dan teriakan Mondy.
"WOY.. LEPASIN, LEPASIN GUA"
Mondy terus memaksa melepaskan ikatan, bahkan mengabaikan rasa perih yang menjalar ditangannya. Bahkan rasa sakit di kepala nya sudah tidak ia pedulikan.
"Tunggu aku Raya, aku pasti akan melindungi kamu. Apapun yang terjadi aku ga akan biarin mereka melukai kamu sedikitpun. Semua akan baik-baik saja, bertahan lah"
Dughh..
Mondy terus memaksakan dirinya hingga kursi yang ia duduki terjatuh. Ia masih mencoba dengan sisa tenaga yang dimilikinya, berharap akan ada keajaiban yang dapat membawanya pada Raya."Maafkan aku Raya. Maaf, aku tidak bisa menepati janji ku."
"Tuhan ku mohon selamatkan Raya. Jangan biarkan seorang pun menyakitinya. Lindungi dia, bahkan jika harus menukar nyawaku aku akan melakukannya" Batin Mondy memohon.
"Raya aku mencintaimu, terimakasih telah hadir dalam hidupku" Ucapan terakhir Mondy, sebelum akhirnya semua terlihat gelap dan kembali sunyi.
Nyempetin buat update, ditengah kesibukan dan ujian yang ga ada henti. Mohon pengertian dari kalian semua.
Buat kalian yang ga sabar nungguin update dari cerita ini, sedikit dulu ya.JANGAN LUPA
VOTE+KOMENKalo komennya banyak dan dukungan juga antusias dari kalian banyak bisa lebih dari 20 komen. Aku bakal update lanjutannya langsung.
Love you😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Love (Hiatus)
RomanceTakdir suka lucu ya. Kita bertemu, jatuh cinta lalu tersesat didalamnya. Seperti sebuah permainan tanpa akhir. Raya yang mengetahui fakta dibalik kematian orang tuanya, dilanda bimbang karena sesuatu tersebut terhubung dengan perjanjian kontrak yang...