Taiga berjalan menuju perpustakaan, dia baru akan berbelok saat melihat Chika duduk tak jauh darinya. Taiga menoleh, dia mendengus dan mendekati gadis itu dengan tatapan datar. Chika menopangkan dagunya di tangan, Taiga menengok dan terbelalak melihatnya tersenyum-senyum memperhatikan seorang murid yang duduk di meja lain. Taiga menyeringai, dia menatap iseng Chika dan melayangkan kepalan tangannya ke kepala gadis itu.
Bletak!
“Aduh!” Chika memekik, dia langsung menutup mulutnya kaget saat semua pandangan, termasuk murid yang dipandanginya tadi tertuju kearahnya. Dengan kesal Chika memukul lengan Taiga, dia mendesis kesal, “Kau ini kenapa memukulku, hah?!”
“Kau yang kenapa, di perpustakaan bukannya belajar malah memandangi murid lain, dasar idiot,” sahut Taiga. Mendengar itu, Chika tersenyum dan mendekati pemuda itu. “Kau pasti cemburu, kaaaan?” tanya Chika, dia tertawa dan berkata, “jangan khawatir. Aku hanya akan menyukai Taiga Kyomoto, hanya kau seorang.”
Ming.
“Jijik,” Taiga melengos meninggalkan Chika. Chika tertawa, dia berjalan mengikuti Taiga menuju bagian buku sains. “Akui saja kalau kau cemburu,” ucap Chika, “kau cemburu, kan? Aku tahu itu.”
“Diam kau, dasar berisik,” sahut Taiga.
“Lalu kenapa kau memukulku waktu aku memperhatikan Chiba Senpai? Kau cemburu, kan?” tanya Chika ngotot.
“Haduh kau itu bisa diam tidak, sih?” Taiga mulai kesal. Apa-apaan, sih, Chika ini. Menanyainya soal hal yang tidak penting. “Aku hanya menyadarkanmu, kalau perpustakaan bukan tempat untuk mencari perhatian senior yang kau suka,” ucap Taiga, “perpustakaan itu tempat untuk belajar.”
“Ck, denial,” sahut Chika.
Taiga mendengus, dia kembali berjalan menyusuri rak. Chika juga berjalan mengikuti Taiga. Selama beberapa saat, mereka tidak berbicara. Taiga masih serius mencari buku-buku anatomi, sementara Chika memandangi pemuda itu. “Kulitmu putih sekali, ya,” ucap Chika, “kau seperti vampire saja. Kau vampire, ya?”
Taiga menghela napas, dia menatap Chika dengan tatapan otakmu-itu-penuh-dengan-fantasi-murahan. “Kalau aku vampire, aku tidak mungkin keluar di siang hari,” ucap Taiga berusaha sabar menghadapi gadis ini, “aku jelas akan terbakar dan menjadi abu! Idiot!” Taiga kembali berjalan, Chika mengikuti dan menyahut, “Edward Cullen tidak terbakar saat terkena sinar matahari, kulitnya justru berkilauan.”
‘Tuhan, tolong aku,’ batin Taiga merana. Dia menoleh, dengan menahan kesal dan suara yang berusaha normal dia berujar, “Kulitku tidak berkilauan, Konno Chika. Berhentilah berfantasi, kau terlalu banyak menonton film Twilight.” Taiga mendengus, dia berbalik dan bergumam, “Kalau aku vampire darahmu sudah kuhisap habis sejak dulu.” Taiga kembali berkonsentrasi mencari buku anatomi, fokusnya mendadak rusak gara-gara Chika.
“Kyomoto-Kun~”
“Apa lagi?”
“Lihat aku.”
Taiga menghela napas. Semoga saja ini yang terakhir, itu harapan Taiga. Dia sudah berpikir akan membunuh Chika kalau gadis itu kembali mengucapkan hal-hal receh. Taiga menoleh, menatap Chika yang tersenyum kepadanya. “You are the vampire of my heart,” ucap Chika.
.
.
.
.
.
“YA AMPUN CHIKA, KAU INI BENAR-BENAR IDIOT! SANA PERGI!”
“Jangan membuat keributan di perpustakaan!”
*
Sora membereskan peralatan di laboratorium sains, sementara Yasui dan Sanada merapikan buku-buku dan menyimpannya di lemari dekat pintu. “Menyebalkan sekali dua orang itu,” Yasui menggerutu, “seharusnya, kan, mereka yang membereskan laboratorium. Kenapa malah kita yang melakukannya?” “Percuma saja kau memprotes, mereka tidak akan dengar,” sahut Sanada, “mungkin sekarang mereka sedang menikmati eskrim di taman kota.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love (Completed)
FanfictionCinta itu sulit ditebak. Cinta itu datang di saat tidak terduga, dan pergi tanpa aba-aba. Cinta adalah sesuatu yang selalu berhasil mengubah kehidupan semua manusia. Ada yang berubah manis, adapula yang berubah menjadi pahit. Yang jelas, Cinta adala...