11

72 9 198
                                    

Taiga meregangkan tubuhnya, dia menggerak-gerakkan lengan dan kakinya lalu menghela napas. Hari ini dia yang akan mengikuti pertandingan bersama keempat temannya. Taiga gugup, itu pasti. Dia tidak percaya diri dengan olahraga, Taiga lebih memilih mengikuti kontes menyanyi saja kalau dia mau. Taiga menoleh, dia melihat tim dari kelas lain juga sedang bersiap-siap. Mereka memakai headband dengan warna berbeda. Kelas Taiga memakai headband berwarna hijau, syukurlah bukan pink seperti kelas E. Yah, tapi anggota tim dari kelas E semua perempuan, jadi wajar kalau warna itu yang dipilih.

Taiga menoleh, dia melihat Chika bersama murid-murid dari kelas B. Kelihatannya Chika sedang senang, dia tertawa riang bersama Kaede dan yang lain. Chika menoleh dan berhenti tertawa saat menatapnya, dia menghela napas dan membuang muka.

Lho?

Taiga mengerutkan dahi heran melihat sikap Chika. Kenapa dia membuang muka? Biasanya Chika akan menyapanya dan mendekatinya. Taiga diam, dia kemudian teringat kejadian hari itu. “Ah, jadi dia serius berhenti menyukaiku,” gumam Taiga, “ya sudah. Aku juga tenang kalau dia diam begitu.” Taiga menghela napas, dia berbalik dan melangkah kearah Haru dan yang lain.

“Senpaaaiiii!”

Taiga berhenti mendadak, dia menoleh. Taiga kembali mengerutkan dahi melihat Chika berlari kearah Yudai. Taiga mengerutkan dahi, dia kembali merasa kesal melihat Chika dan Yudai berbicara akrab. Kenapa, sih, Chika harus dekat dengan Yudai? Mereka sama sekali tidak serasi. Taiga mengerjapkan mata, dia mendengus dan berbalik menjauh.

Yudai melirik kearah Taiga yang melangkah menjauh, dia menatap Chika. “Kau benar-benar tidak mau berdekatan dengan Kyomoto lagi, hm?” tanya Yudai. Chika menghela napas, dia menggeleng. “Dia, kan, tidak menyukaiku,” ucap Chika, “jadi untuk apa aku mengerjarnya terus-terusan?” Chika tersenyum, Yudai mengacak rambut Chika gemas. “Dasar,” ucapnya, “oh iya, bagaimana kalau nanti sepulang sekolah kita main sebentar? Aku bosan, aku butuh hiburan.”

“Boleh,” jawab Chika, dia mengangguk semangat. Chika menoleh, pandangannya terhenti pada Taiga yang sepertinya sedang berdebat dengan Haru dan Hokuto. Chika terus menatap Taiga, dalam hati dia masih mengagumi pemuda itu. Chika tersenyum melihat Taiga yang tertawa, dia bertanya-tanya kenapa Taiga tidak bisa tertawa seperti itu saat bersamanya.

Ah sudahlah. Untuk apa mengharapkan orang yang tidak menyukai kita?

Hokuto menoleh, dia menatap Taiga dan berkata, “Sepertinya Konno-San sudah mengibarkan bendera putih. Biasanya dia akan kemari dan menggodamu habis-habisan.” “Biar saja,” jawab Taiga, “aku mau bernapas lega sebentar. Kalau ada dia, aku malah tidak bisa berkonsentrasi.”

Haru menatap Taiga, dia lalu saling lirik dengan Hokuto. “Liar,” ucap Haru pelan, namun masih bisa didengar Taiga. Taiga menoleh, da mendelik kearah Haru. “Tidak usah sok menggunakan Bahasa Inggris,” ucap Taiga ketus, “dan lagi, aku tidak berbohong.” Taiga mendengus, dia berjalan meninggalkan dua kawannya itu. Taiga kesal, kenapa mereka selalu beranggapan Taiga berbohong? Menyebalkan sekali.

“Untuk peserta olahraga lari, harap segera berkumpul di arena,” suara Ueda Sensei terdengar. “Good luck!” Jesse berucap semangat, “break a leg!” “Pengertian sedikit, Jesse, kami tidak mengerti apa yang kau katakan kecuali good luck,” protes Kishi. Yang lain tertawa, Haru menoleh dan berkata, “Wish me luck, bro. If I win, I’ll treat you for a month.”

“I’ll wait for it,” ucap Jesse menjentikkan jarinya.

Kishi kembali mendengus, dia baru akan memprotes saat Shori mendorongnya sambil tertawa. “Sudah, sudah,” ucap Shori, “jangan memusingkan otakmu dengan lidah mereka berdua.”

Haru, Kai, Taiga, Shori, dan Kishi berkumpul di tengah lapangan. Haru menoleh, dia melihat Jinguji, Ren, Sho, Erina, dan seorang murid lain tak jauh dari mereka. Haru menoleh, dia menatap keempat temannya. “Aku mengandalkan kalian,” ucap Haru, “aku tidak akan berhasil tanpa kalian.” “Kami akan berusaha yang terbaik,” ucap Kai, “kau juga, berjuanglah.” “Aku akan memenangkan pertandingan ini,” ucap Shori, “aku adalah ujung tombak, aku akan berlari secepat kilat.” Shori memperagakan gerakan akan berlari, membuat yang lain tertawa.

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang