13

80 9 177
                                    

3 bulan kemudian, akhir musim gugur…

Kai berjalan pelan di koridor, dia meregangkan tubuhnya dan menghela napas. Kai berhenti, dia menatap kearah halaman sekolah. Daun-daun berterbangan tertiup angin, sebagian besar menutupi jalan. Kai duduk di kursi dekat tangga, dia memandangi daun-daun berwarna kuning kecoklatan yang menghiasi sekolahnya. Sebentar lagi musim dingin, dan sekolahnya biasa memberikan libur awal musim dingin selama satu minggu.

“Melamun lagi.”

Kai menoleh, dia tersenyum dan bergeser saat Jinguji berjalan kearahnya. Jinguji duduk di sebelahnya, dia menghela napas dan menyerahkan jus kaleng kepada Kai. “Terimakasih,” ucap Kai, dia memandangi jus kaleng itu dalam diam. “Sejak Miyazaki-San pindah, kau jadi tidak terlalu ekspresif, ya,” komentar Jinguji, “kau juga sering sekali melamun.” Kai tertawa pelan, dia menjawab, “Kau akan mengerti kalau kau bergabung di kelas A. Sejak dia pindah, kelas tidak seramai dulu. Memang, sih, masih ada Kishi-Kun dan Sato-Kun yang sering membuat lelucon. Tapi yang membuat ramai, kan, celetukan Haru-Chan yang sarkatis itu.”

Jinguji menatap Kai yang menatap kearah halaman sekolah. Jinguji tahu, Kai sangat kesepian. Sejak awal, Jinguji tahu Kai tidak mudah akrab dengan murid lain. Dia memang sering bercanda dengan yang lain, tapi Jinguji dengan jelas melihat Kai bisa benar-benar dekat dengan Haru. “Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu?” tanya Kai, “kudengar… kau sudah mendaftar di akademi itu.”

“Oh, soal itu,” sahut Jinguji, “aku tidak jadi mendaftar kesana. Setelah kupikir-pikir, aku tidak terlalu suka olahraga dan aku lebih menyukai musik. Jadi, aku memutuskan menjadi pemusik saja.” Jinguji menoleh kearah Kai, dia mengerutkan dahi. “Kau kenapa menatapku begitu, hah?” tanya Jinguji.

“Apa terjadi sesuatu?” tanya Kai.

Jinguji terdiam, dia menatap Kai yang menunggu jawabannya. Jinguji tersenyum, dia menggeleng dan meneguk jus kaleng di tangannya.  “Kau juga akan masuk akademi musik, kan?” tanya Jinguji mengalihkan topik, “ayo kita berjuang bersama.”

Kai diam, dia menatap Jinguji yang menatap kearah halaman sekolah. Ada letupan kebahagiaan mendengar Jinguji menyukai musik dan merencanakan masuk akademi musik seperti dirinya, tapi disisi lain Kai merasa Jinguji melakukannya untuk menghindari sesuatu. Apa ini ada hubungannya dengan gadis di akademi olahraga itu? “Ah,” suara Jinguji membuyarkan lamunan Kai, “aku berencana akan mengunjungi kerabatku di Kyoto saat liburan. Kau mau ikut? Kau hanya perlu menanyakan kepada Miyazaki-San alamat rumah neneknya, nanti kita berkunjung kesana.”

“Benarkah? Baiklah, aku akan meneleponnya nanti,” ucap Kai senang, dia perlahan terdiam dan menunduk, “tapi sejak dia pindah, dia jarang menghubungiku.” Kai menunduk, dia merasa sedih. Jinguji menepuk pelan kepala Kai, dia berkata, “Mungkin dia masih menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah barunya. Bukannya dia masuk ke sekolah khusus perempuan? Kudengar di sekolah privat seperti itu, sistem pendidikannya lebih ketat.”

Jinguji diam, Kai juga diam. Mereka seketika saling pandang. “Biasanya sekolah khusus perempuan itu sangat disiplin dan menuntut murid-muridnya untuk bersikap seperti Tuan Putri,” ucap Jinguji, dia seketika bergidik ngeri. Kai tertawa, dia menoyor kepala Jinguji yang terkekeh. Kai menghela napas, dia berkata, “Nanti aku akan memberitahu yang lain. Jesse-Kun pasti senang kalau tahu kita berkun…” “Eh jangan!” sahut Jinguji cepat, “jangan beritahu mereka!”

“Memangnya kenapa?” tanya Kai.

“Ano… kau tidak mau pergi berdua saja denganku?” tanya Jinguji.

Kai diam, dia menatap Jinguji yang juga menatapnya. “Aku pergi dulu,” ucap Jinguji, “jaa.” Jinguji meneguk minumannya, dia bergegas pergi meninggalkan Kai yang masih diam. Kau mengerutkan dahi, tadi Jinguji berkata apa? Pergi berdua saja? Kai tersadar, dia beranjak dan berteriak, “Jinguji-Kun!”

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang