“Adududududuh!”
Sanada berjengit, dia kesakitan dan menjauhkan tangan Sora yang mencubit lengannya kesal. “Aku hanya mengatakan kalau hanya kita berempat yang jalan-jalan, Sanada-Kun!” sahut Sora kesal, “kenapa kau malah mengajak yang lain?!” Sora menatap Juri, Yugo, dan Daiki yang asyik menyeruput minuman mereka, dia berucap, “Aku tidak mengajak kalian!”
“Kau tidak suka kami disini? Jahat sekali,” ucap Juri. “Lagipula Kaede malah lebih parah, dia mengajak ketigabelas temannya,” Yugo membela diri, “kenapa kau tidak memarahinya juga?”
“Karena tigabelas anak itu masih lebih tahu diri dengan membayar makanan mereka sendiri,” sahut Sora, “tidak seperti kalian, hanya bertiga tapi merepotkan dengan memintaku membayari makanan kalian.”
Jleb.
“Kau benar-benar seperti ibu tiri,” komentar Daiki.
“Sudahlah, tidak apa-apa,” ucap Yasui, “bukankah lebih bagus kalau kita semua bersenang-senang?” “Tidak semua, Kak,” sahut Kaede, “Nishinoya Senpai dan Morohoshi Senpai asyik dengan dunia mereka sendiri.” Kaede dan yang lain menoleh, mereka menghela napas melihat Shoki dan Chiru bermesraan tak jauh dari mereka. “Aku tidak mengerti, apa tujuan mereka mengatakan kalau mereka akan bergabung dengan kita,” ucap Yugo, “kenyataannya mereka bersenang-senang sendiri.” “Mungkin mereka berniat menyindir kita,” ucap Juri. Daiki menoleh, dia berkata, “Kau saja yang merasa tersindir, dasar jomblo. Aku, sih, tidak merasa tuh.”
“Taiga~”
“Haduh, kau itu berisik sekali sih! Sana pergi!”
Kaede menoleh, dia menahan tawa melihat Taiga berjalan cepat sambil menggandeng Miyuki, sementara Chika mengekor di belakangnya sambil terus menggoda pemuda itu. Kelihatan sekali Taiga tidak nyaman, dahinya berkerut tajam dan tidak ada tawa di wajahnya. “Kaede!” Taiga menyahut, “aku sudah bilang, keluarkan dia dari grup! Aku malas kalau dia terus menggangguku!” Taiga menoleh, dia menyentakkan Chika yang dengan tak berdosa menopangkan dagunya di pundak Taiga. “Jauh-jauh sana!” sentak Taiga.
“Kyomoto.”
Taiga menoleh, dia merengut menatap Shoki yang menatapnya. “Benci dan cinta beda tipis, lho,” ucap Shoki. “Mungkin sekarang kau membencinya, tapi nanti saat dia sudah berhenti mengganggumu, kau pasti merindukan gangguannya,” sambung Chiru terkikik.
Taiga terkesiap, dia menatap aneh Chika yang tersenyum-senyum menatapnya. Seketika Taiga teringat saat Chika tidak berhenti memandangi Yudai di perpustakaan kemarin, dia membayangkan Chika dan Yudai bermesraan, dan Chika berhenti mengganggunya. Taiga mengerjapkan mata, dia dengan cepat menyahut, “Biar saja. Aku tidak akan merindukan gadis aneh ini.”
“Taiga~” Chika menggoda pemuda itu lagi.
“Berisik!” sentak Taiga. Chika tergelak, dia tampak sangat puas mengusili Taiga. Sora tertawa, dia menoleh kearah Miyuki yang tampak tercengang melihat Taiga dan Chika. “Kau pasti sudah terbiasa dengan teriakan kakakmu, ne,” ucap Sora, “seperti itulah dia di sekolah. Selalu berteriak dan marah-marah.” Sora mengulurkan tangannya dan tersenyum. “Hideyoshi Sora,” ucapnya memperkenalkan diri.
Kaede terkekeh, dia menoleh dan berhenti saat matanya menatap Sanada. Dahi Kaede berkerut, dia menoleh dan menyadari Sanada memperhatikan Sora yang asyik mengobrol bersama Miyuki. Kaede kembali menatap Sanada, dia teringat ucapan Sanada semalam saat mereka mengobrol.
“Tapi yang kuharapkan melihatku malah menoleh kearah lain.”
Kaede terkesiap. Mungkinkah yang dimaksud Sanada adalah Sora? Tapi mereka bersahabat sejak kecil, Kaede tahu itu. Apa jangan-jangan Sanada terlibat kisah jatuh cinta kepada sahabat? Apa Sanada tidak takut akan merusak hubungan persahabatannya dengan Sora andaikan perasaannya terungkap?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love (Completed)
FanfictionCinta itu sulit ditebak. Cinta itu datang di saat tidak terduga, dan pergi tanpa aba-aba. Cinta adalah sesuatu yang selalu berhasil mengubah kehidupan semua manusia. Ada yang berubah manis, adapula yang berubah menjadi pahit. Yang jelas, Cinta adala...