Beberapa hari kemudian...
"Haru-Chaaaaaannnn."
Haru menoleh, dia menghela napas dan tersenyum melihat Noeru, Miyachika, dan Kento berjalan masuk kamar rawatnya. Noeru membawa setumpuk buku, Miyachika membawa buah-buahan dan Kento membawa seikat bunga. Haru merasa sangat nyaman disini, dia tidak pernah merasa bosan karena tiga orang ini hampir setiap hari datang dengan membawa cerita-cerita baru di sekolah. "Haru-Chan, coba tebak berita apa yang sedang terjadi," sahut Miyachika, dia akan berucap saat Kento buru-buru menutup mulutnya. "Jangan dengarkan dia, dia tukang gosip," sahut Kento cepat, namun Miyachika buru-buru menyahut, "Ini bukan gosip. Hubungan kalian sudah menyebar cepat di sekolah."
"Itu kan kau yang menyebarkannya, dasar mulut ember!" sahut Kento kesal.
"Aku? Hei, tarik ucapanmu. Aku bahkan mendengar dari murid lain," sahut Miyachika.
"Tetap saja kau juga ikut andil menyebarkannya dan melebih-lebihkan cerita," balas Kento.
"Aku hanya menyampaikan apa yang kudengar. Jadi, Haru-Chan, Kent...."
"Aduh kau berisik! Sana pulang, cuci popokmu!" sahut Kento menyela ucapan Miyachika.
"Pop—hei, jaga mulutmu! Kau pikir aku bayi masih memakai popok?!"
"Apa aku harus memberitahu Haru-Chan bahwa kau memakai popok sampai kelas lima SD?"
"HAH?!"
Suara Haru mengejutkan yang lain, bahkan seorang perawat sampai menengok ke dalam kamar. Haru membungkuk kecil kepada perawat di luar, dia mendelik kepada Miyachika dan Kento. "Astaga, kau masih memakai popok? Kau bercanda," ucap Haru. Muka Miyachika merah padam, dia membuang muka dengan perasaan malu luar biasa dan menggerutu tidak jelas. "Jadi berita apa yang harus kudengar?" sahut Haru. Miyachika segera menoleh dan menjawab, "Kento berpacaran dengan Iwamoto Nina. Kau tahu, murid kelas dua itu."
Eh.
Haru melongo, dia menatap Kento yang menggeplak kepala Miyachika. "Itu balasan untukmu!" ucap Miyachika kesal. Kento terkekeh salah tingkah, dia segera mendekati Haru dan berkata, "Aku tidak berpacaran dengannya, sungguh. Dia selalu mengikutiku kemanapun, dan selalu menyapaku. Aku tidak menyukainya."
"Kau risih, kan?" tanya Haru.
"Well... sedikit," jawab Kento ragu.
"Itu yang kurasakan dulu, bodoh."
Jleb.
Noeru seketika tergelak, begitupun Miyachika. Kento menggaruk tengkuknya, dia terkekeh pelan dan berucap, "Mungkin aku terkena karma, ne, Haru-Chan?" Haru menggeleng dan tersenyum, dia berucap, "Tidak. Itu bukan karma. Kau tahu, kau akan merasakan apa yang kurasakan nanti, dan kuharap kau mendapat akhir yang bahagia."
Kento menatap Haru, dia tersenyum kecil dan mengangguk. "Aku mau mengganti bunga," sahut Noeru, dia menyambar bunga di tangan Kento dan membawanya keluar kamar. Miyachika menatap Noeru, dia buru-buru berlari menyusul dengan membawa vas bunga di meja. Tinggal Haru berdua dengan Kento, Kento menghela napas dan duduk di dekat Haru. "Ne, Haru-Chan," ucap Kento, "maafkan aku baru memberitahu sekarang, tapi..." Kento menghentikan ucapannya, dia menggigit bibirnya dan menatap Haru dengan rasa bersalah. Haru mengerutkan dahi, dia bertanya, "Tapi apa? Kau mengetahui apa?"
"Ano.. sebenarnya..." Kento bergumam, dia menghela napas dan sedikit mengeraskan suaranya, "Saat kau masih belum sadar, semua datang kemari dan menjagamu."
Eh.
Haru terdiam, ekspresi terkejut tergambar jelas di wajahnya. "Morita-Kun... dia disini sepanjang hari, setiap hari," ucap Kento, "dia tidak beranjak sedikitpun dari kursi ini, sedangkan yang lain bergantian datang menjagamu. Maafkan aku baru memberitahu sekarang, aku... aku tidak mau kau sedih mendengar nama Morita-Kun." Kento menggenggam erat tangan Haru yang terdiam, dia berkata, "Maafkan aku, Haru-Chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love (Completed)
FanfictionCinta itu sulit ditebak. Cinta itu datang di saat tidak terduga, dan pergi tanpa aba-aba. Cinta adalah sesuatu yang selalu berhasil mengubah kehidupan semua manusia. Ada yang berubah manis, adapula yang berubah menjadi pahit. Yang jelas, Cinta adala...