19

54 9 74
                                    

Myuto berbaring di tempat tidurnya, matanya terus membaca dua kata di surat dari Haru. Hanya dua kata. “Aku membencimu,” hanya dua kata itu yang tertulis. Myuto menghela napas, dia merasa terluka membaca tulisan itu. Haru membencinya, entah kenapa hal itu membuat Myuto tidak bersemangat lagi. Apa Haru membencinya karena dia berpacaran dengan Erina? Atau karena hal lain? Tapi kenapa Haru tidak mengucapkan apa-apa kepadanya? Myuto bangun, dia menatap sendu tumpukan manga di sudut kamar. Bayangan Haru yang duduk bersila dan bersandar di dinding sambil membaca manga muncul di pelupuk mata. Myuto ingat, dia senang sekali memandangi Haru yang sedang serius membaca. Myuto juga senang memainkan rambut Haru yang menutupi sebagian wajahnya saat menunduk, baginya Haru terlihat sangat perempuan saat sedang diam.

Cantik.

Myuto mengerjapkan mata, dia menghela napas dan meletakkan surat Haru di meja belajarnya. Mata Myuto menatap semua benda pemberian Haru yang terpajang di meja belajarnya. Dia beralih menatap foto-fotonya bersama Haru yang dia tempelkan di dinding. Haru membencinya, dan Myuto tahu kalau Haru membenci seseorang dia akan membuang semua hal tentang orang itu. ‘Kalau begitu, apa itu artinya aku harus membuang semua hal tentangmu?’ batin Myuto, ‘apa aku harus membuang semuanya, sedangkan sebagian besar memoriku adalah dirimu?’

“Myuto? Dia baru saja pergi.”

Myuto menoleh mendengar suara Ibu. Sepertinya ada yang mencarinya, tapi tidak biasanya Ibu berkata dia sedang pergi saat dia ada di rumah. Myuto mendengar suara pintu tertutup, dia mengintip dan terkejut melihat Erina melangkah keluar rumah. Myuto bergegas mundur saat Erina menoleh ke kamarnya, dia lalu merasa heran. Kenapa dia malah sembunyi? Tapi mendengar ucapan Ibu barusan, tubuh Myuto seakan bereaksi menuruti ucapan wanita itu dengan tidak memperlihatkan diri di depan Erina.

“Ibu lebih menyukai Haru-Chan.”

Myuto termenung. Sepertinya Ibu mulai menunjukkan ketidaksukaannya kepada Erina dengan berbohong seperti tadi. Ibu sengaja melakukannya untuk mencegah Erina menemuinya.  Myuto menghela napas, dia berjalan keluar kamar menemui Ibu yang sedang membaca majalah di ruang tengah. “Ibu, tadi siapa yang datang?” tanya Myuto.

“Hanazawa itu datang kemari,” jawab Ibu, “tapi Ibu mengatakan kau sedang tidak ada di rumah.”

Myuto berdecak, dia berlutut di depan Ibu. “Ibu, kumohon jangan seperti ini,” ucap Myuto, “kenapa Ibu tidak menyukai Erina? Selama ini dia tidak pernah bersikap buruk kepadamu, dia selalu bersikap sopan. Tolonglah, Bu, setidaknya terima dia.” Myuto menggenggam tangan Ibu. Ibu menghela napas, dia meletakkan majalah di meja dan menatap putra semata wayangnya itu. “Mungkin ini sebabnya Haru-Chan selalu marah setiap kali kau mendapat teman baru,” ucap Ibu, “kau tidak bisa membedakan mana kejujuran dan mana kebohongan.”

“Haru, Haru, Ibu selalu menyebut namanya,” ucap Myuto, dia mulai tidak sabar, “Ibu, dia menulis surat dan hanya mengatakan kalau dia membenciku! Berhentilah membelanya, Bu!”

“Kenapa kau tidak mencaritahu kenapa dia membencimu?” tanya Ibu.

Myuto terdiam, dia menunduk. “Dia membencimu karena kau tidak bisa membedakan benar dan salah,” ucap Ibu, “kau tidak bisa membedakan, mana cinta yang tulus, dan mana cinta yang hanya pura-pura.”

Myuto berdecak, dia beranjak dan berlari keluar rumah. Erina pasti belum jauh, dia harus menemui gadis itu. Myuto lama-lama kesal, kenapa Ibu begitu membela Haru? Sebenarnya siapa yang anak Ibu, Haru atau Myuto? Kenapa Ibu tidak menerima Erina, malah mengharapkan Haru yang sudah jelas tidak akan kembali lagi?

Ibu terdiam, dia menatap kearah pintu. “Dasar remaja,” ucap Ibu, dia menghela napas dan berjalan menuju kamarnya.

*

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang