"Tanakaaaaaaa!"
Juri tersedak, dia terbatuk dan menoleh kesal kearah Chiru yang duduk di sebelahnya bersama Shoki. "Waaaaah, aku lelah sekali," ucap Chiru sambil menyeka keringat di dahi, "sudah lama aku tidak berlari sejauh itu." "Aku juga sudah lama tidak berolahraga," ucap Shoki, "untung saja Aiba Sensei tidak terlalu memforsir kita, ya."
Juri menoleh, dia berucap, "Kita harus kasihan kepada anak-anak kelas 2-A."
Shoki dan Chiru serentak menoleh kearah lapangan. "Aku kasihan dengan mereka," ucap Chiru, "nasib buruk untuk mereka, mendapat Ueda Sensei sebagai wali kelas." "Tapi ada baiknya juga," sambung Juri, "kemungkinan mereka mendapat poin tertinggi sangat besar. Ueda Sensei pasti akan melatih mereka dengan sangat baik."
Chiru mengangguk. "Aku mau membeli minuman, kalian mau juga?" tanya Shoki. Chiru menoleh, dia menjawab, "Aku mau jus jeruk saja. Tanaka-Kun?" Juri menoleh, dia menggeleng sambil menunjukkan botol minumnya. Shoki mengangguk, dia berlari meninggalkan Chiru dan Juri di bangku penonton. "Haaaaaahhhh," Chiru meregangkan tubuhnya, "aku bosan sekali. Ibuku ngotot menyuruhku ikut les, Morohoshi-Kun juga mulai sibuk dengan kelas tambahannya karena dia ingin masuk universitas." Chiru menghela napas, dia diam menatap murid-murid lain di lapangan.
Juri menatap Chiru, dia ikut terdiam. Matanya meneliti setiap inci wajah Chiru. Kulit yang merona, garis wajah yang halus, tak heran banyak murid berkata Chiru sangat cantik. Dan tak heran kalau banyak laki-laki menyukai Chiru. Apalagi Chiru sangat pandai merias diri, polesan tipis dan padu padan aksesoris yang manis. Shoki benar-benar beruntung memiliki Chiru. Andai Juri yang menjadi kekasih Chiru, dia akan sangat bahagia.
Eh.
Juri mengerjapkan matanya. Apa yang baru saja dia pikirkan? Juri menggelengkan kepalanya cepat, dia mengalihkan pandangannya kearah lapangan. Juri tersentak kaget merasakan sebuah tangan menyentuh dahinya, dia menoleh dan memekik tertahan melihat Chiru menatapnya lekat. "Kau kenapa, sakit ya?" tanya Chiru, dia mendekatkan wajahnya.
Juri menjauh, dia berusaha menormalkan detak jantungnya. Dia tidak mengerti, kenapa jantungnya harus berdegup sekencang ini. Padahal Chiru selalu, bahkan hampir setiap saat mengagetkannya. "Kau tidak panas," Chiru menjauhkan dirinya, membuat Juri menghela napas lega. Juri berdecak, dia menepis tangan Chiru. "Aku baik-baik saja. Memangnya aku kelihatan seperti orang sakit?"
"Seperti orang kekurangan jatah makan dan uang saku," jawab Chiru.
Ngek.
"Kau..... menyebalkan," ucap Juri, dia mengerang teringat ibunya memotong uang sakunya karena nilai matematikanya turun. Chiru tergelak, dia mengacak rambut Juri.
"Hayoooooo ada yang selingkuh."
Chiru dan Juri menoleh bersamaan, keduanya seketika memicingkan mata kearah Daiki dan Yugo yang memberi tatapan jahil kearah keduanya. "Lihatlah, mereka bahkan memberi ekspresi yang sama," ucap Yugo menyenggol lengan Daiki. "Kurasa ada sesuatu diantara mereka," Daiki membalas, "seperti.... benih-benih cinta."
"Uruse!" Chiru melemparkan handuk kecil kearah Daiki dan Yugo yang tergelak, "kalian pikir aku tukang selingkuh seperti anak kelas D itu?! Aku setia, tahu tidak?! Aku hanya akan mencintai Morohoshi-Kun!"
"Ya sudah kenapa kau harus semarah itu hah?" balas Daiki, matanya mengerling jahil. "Iya, iya, kita tahu kok, Nishinoya Chiru adalah wanita paling setia di dunia," ucap Yugo, dia kembali tergelak dan berkelit menghindari sabetan handuk Chiru. Juri menghela napas melihat ketiga temannya, dia bergumam, "Dasar jomblo kurang kerjaan."
Daiki dan Yugo menoleh, mereka kompak menoyor Juri. "Kau juga jomblo," ucap Daiki. "Sesama jomblo dilarang saling menghina," balas Yugo.
"Setidaknya aku masih memiliki segudang kegiatan bermanfaat untuk dikerjakan," balas Juri, "tidak seperti kalian." Juri menjulurkan lidah, dia kembali menatap kearah lapangan. Juri perlahan merasa aneh dengan dirinya. Kenapa dengan dia? Kenapa dengan mendengar Chiru hanya setia kepada Shoki membuatnya tidak nyaman? Chiru, kan, sering mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love (Completed)
FanfictionCinta itu sulit ditebak. Cinta itu datang di saat tidak terduga, dan pergi tanpa aba-aba. Cinta adalah sesuatu yang selalu berhasil mengubah kehidupan semua manusia. Ada yang berubah manis, adapula yang berubah menjadi pahit. Yang jelas, Cinta adala...