05

77 10 121
                                    

Sho dan Hagiya menyeberang jalan, mendekati Taiga, Jesse, Ren, Hokuto, dan Shori yang duduk di dekat swalayan. "Aku menelepon Haru-Chan, tapi dia tidak menjawabnya," ucap Shori, "jangan-jangan dia sedang dihukum." "Jangan mengajaknya main hari ini, percuma," ucap Taiga, "kau mau mendapat masalah? Dia sedang diskors karena berkelahi, jadi kurasa dia pasti tidak diijinkan keluar kamar."

Hagiya mendengarkan pembicaraan mereka. "Semoga saja ini yang terakhir," ucap Hagiya, "apa menurutmu kita harus mencari anak itu dan memintanya menjelaskan kejadian sebenarnya?" "Ya, dan setelah itu kita juga akan terkena hukuman skors," ucap Ren, "saran yang membantu sekali, Tuan."

Taiga menghela napas, dia menoleh dan mendengus kesal melihat Chika berlari kearahnya bersama Kaede dan Kai. "Taiga~" Chika menyapa Taiga dan duduk di sebelah pemuda itu. Taiga langsung bergeser, dia memilih berdiri. Chika menggembungkan pipi, dia ikut berdiri di dekat Taiga. "Duh, sana! Kau itu mengganggu!" sentak Taiga kesal. Kenapa, sih, Chika ini senang sekali menganggunya?

"Aku kan mau di dekat Taiga," ucap Chika.

"Aku tidak," jawab Taiga ketus.

"Tidak bisa hidup tanpa Chika, ya?"

"Berisik!"

Yang lain hanya menatap geli Taiga yang jelas sangat terganggu dengan kehadiran Chika. Chika sendiri tampak menikmati momen mengganggu Taiga, seakan dia memang hidup untuk membuat pemuda itu darah tinggi. Hagiya menghela napas, dia menoleh dan mendekati Miyuki yang terlihat kewalahan membawa makanan ringan. "Ya ampun, kenapa kau tidak meminta bantuan kakakmu?" tanya Hagiya, dia membantu membawakan kantung berisi makanan ringan. Miyuki menoleh, dia menjawab, "Tidak.... ini.... aku yang mau, kok."

Hagiya sedikit mengerutkan dahi, dia heran melihat Miyuki terlihat gugup. "Kau baik-baik saja?" tanya Hagiya.

"Apa? Ah i.... iya," Miyuki mengangguk. Astaga, semoga Hagiya tidak melihat wajahnya yang memerah. Miyuki merasakan wajahnya memanas, dia yakin pasti sekarang wajahnya tidak berbeda dengan tomat. Miyuki menoleh, dia cengo melihat Taiga masih marah-marah dengan Chika. "Nii-San," panggil Miyuki, "kenapa kau terus marah-marah kepada Konno Senpai? Dia, kan, baik."

"Dia mengganggu, Miyuki-Chan!" sahut Taiga, dia mendelik melihat Miyuki berdekatan dengan Hagiya, "aku mengajakmu bukan untuk tebar pesona, ya, Miyuki. Dan kau...." Taiga melotot kepada Hagiya, "kau memang temanku, aku tidak membencimu. Tapi jangan mendekati Miyuki. Dia masih anak-anak."

"Oi, memang kenapa kalau adikmu dekat dengannya?" tanya Ren, "kau tidak bisa menentukan perasaannya."

"Kau mengatakan itu karena kau tidak mau adikmu mendahuluimu, kan?" sahut Sho.

Jleb.

"Te.... tentu saja tidak!" sahut Taiga. Chika menghela napas, dia menggamit lengan Taiga dan berkata, "Kau sudah punya aku. Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Jijik!" Taiga menyentakkan tangan Chika. Yang lain seketika tergelak, interaksi Taiga dan Chika menjadi hiburan sendiri untuk mereka. Chika menoleh, dia melambaikan tangan dan berteriak, "Senpaaaaiiii!"

Taiga berhenti, dia menoleh ke seberang jalan. Matanya seketika memicing melihat Yudai berjalan kearahnya dan Chika. "Halo, Chika," Yudai mengacak rambut gadis itu dan terkekeh. Yudai menoleh, dia memberi salam kepada yang lain. "Wah, sepertinya kalian sedang bersenang-senang," ucap Yudai, dia menatap Taiga yang bermuka masam dan tersenyum. Taiga merasa aneh dengan Yudai. Kenapa dia memanggil Chika dengan nama depannya, bukan Konno seperti yang biasa Taiga lakukan? Kenapa Yudai mengacak rambut Chika tanpa rasa sungkan, dan Chika mendekat tanpa canggung?

Mereka sepertinya akrab.

"Baiklah, aku pergi, ya," suara Chika membuyarkan lamunan Taiga, "jaa." Chika berjalan dengan menggandeng tangan Yudai menjauhi yang lain. "Lho heh! Kau mau kemana?!" teriak Taiga.

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang