Miyuki duduk santai di kamarnya, jarinya bergerak menggeser kursor di ponselnya membaca berita di internet. Setelah pesan yang dikirimkan Taiga waktu itu, akhirnya Aran dan Hagiya tidak ada yang datang ke rumah dengan berbagai alasan. Yah, bagaimanapun Taiga masih menakutkan untuk mereka. Miyuki jadi kesal sendiri, padahal dia sudah sangat senang ingin berjalan-jalan.
Drrt. Drrt.
Miyuki melihat nama Aran muncul di layar, dia langsung menjawab panggilan yang masuk. “Halo, Abe-Kun,” ucap Miyuki spontan.
‘Hai,’ hanya itu yang diucapkan Aran.
Miyuki mengerutkan dahi. Tumben sekali Aran tidak cerewet seperti biasanya. “Abe-Kun, kau kenapa?” tanya Miyuki.
‘Hm? Ah, tidak apa-apa. Oh iya, maaf ya aku kemarin batal ke rumahmu. Jujur saja, sebenarnya aku takut menemui kakakmu,’ ucap Aran, dia kemudian terkekeh, ‘kakakmu lebih mengerikan daripada ayahmu.’
Miyuki terkekeh kecil, dia menjawab, “Aku tahu, kok. Justru malah aneh kalau kau berani menemui Nii-San. Teman-temannya saja sampai sekarang masih tidak berani menemuinya seorang diri. Kecuali Matsumura Senpai dan Miyazaki Senpai. Mereka berdua sudah tidak punya urat takut lagi.”
“OI! JANGAN MEMBICARAKANKU!”
Miyuki tersedak, dan terdengar suara tawa Aran di seberang. ‘Astaga, sepertinya Kyomoto Senpai mendengar ucapanmu,’ ucap Aran, ‘telinganya benar-benar tajam.’
Keduanya tertawa. Miyuki terdiam, entah kenapa ada rasa senang di hatinya mendengar tawa Aran. Seakan-akan sudah lama dia tidak mendengar tawa itu. ‘Ano, Miyuki-Chan,’ suara Aran kembali terdengar, ‘kau…’ Aran kemudian berhenti bicara. Miyuki diam, dia menunggu Aran menyelesaikan ucapannya. “Abe-Kun?” panggil Miyuki.
‘Jaa ne,’ sahut Aran, dan kemudian sambungan telepon terputus. Miyuki mengerutkan dahinya, dia menatap bingung layar ponsel yang kembali menampilkan wallpaper foto dirinya dan Aran. Kenapa dengan Aran? Tumben sekali dia tidak menyelesaikan kalimatnya. Biasanya dia baru akan berhenti bicara kalau Miyuki tidak menyumpal mulutnya dengan tissue. Miyuki menghela napas, dia baru saja meletakkan ponselnya saat ponsel itu kembali berdering. Miyuki menoleh, dia melihat nama Sho muncul di layar. “Ya, Hirano Senpai?” sahut Miyuki.
‘Aduh, Hirano! Kau minggir sedikit dong! Iya, iya, aku akan mengembalikan ponselmu setelah ini! Sabar sedikit! Aduh! Hei!’
Miyuki melongo mendengar suara ribut di seberang. Tunggu, kenapa yang terdengar malah suara Hagiya? “Hagiya Senpai?” sahut Miyuki.
‘Ah, halo, Miyuki-Chan. Hahaha, maaf aku menelepon memakai ponsel Hirano-Kun. Ponselku tertinggal di rumah,’ suara Hagiya terdengar, ‘kau ada di rumah, kan? Aku boleh tidak berkunjung kesana?’
Miyuki baru akan menjawab saat ponselnya tertarik dari tangannya. Miyuki terkejut, dia terperanjat kaget melihat Taiga sudah ada di dekatnya entah sejak kapan. “Oi,” Taiga berbicara kepada Hagiya, “kau masih punya nyali, hah, datang kemari? Kau bahkan tidak menuruti syarat yang diajukan saat akan mengajak adikku jalan-jalan, lalu sekarang kau sok berani datang kemari, begitu?”
‘Lho, kenapa jadi kau yang bicara?’ tanya Hagiya.
“Memangnya kenapa?! Aku, kan, kakaknya!” sahut Taiga.
‘Ya sekarang aku memang mau menemui adikmu,’ sahut Hagiya.
“Kalau tujuanmu kesini tidak bermanfaat, aku tidak akan membukakan pintu.”
‘Ya aku masuk sendiri, lah. Bagaimana, sih kau ini.’
“Chotto…. OI! KAU PIKIR RUMAHKU ITU OPEN HOUSE! HEI!” Taiga berdecak, dia menyerahkan ponsel kepada Miyuki. “Aku benar-benar akan menghabisi anak itu,” gerutu Taiga, dia terus menggumam kesal sambil keluar kamar Miyuki. Miyuki menghela napas, dia menatap ponselnya. Yah, bagaimanapun memang hanya teman-teman yang sebaya saja yang berani menghadapi Taiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Love, Love (Completed)
FanfictionCinta itu sulit ditebak. Cinta itu datang di saat tidak terduga, dan pergi tanpa aba-aba. Cinta adalah sesuatu yang selalu berhasil mengubah kehidupan semua manusia. Ada yang berubah manis, adapula yang berubah menjadi pahit. Yang jelas, Cinta adala...