08

56 10 86
                                    

“Haru-Chaaaaaaannnnn!”

Kishi, Shori, dan Hokuto melonjak memeluk Haru, sementara murid lain menatap mereka heran. Haru tertawa, dia merangkul Shori dan berjalan ke bangkunya. “Okaeri, Haru-Chan,” sapa Jesse tersenyum. “Senang melihatmu ada di kelas lagi,” sahut Taiga, “waktumu berlatih hanya seminggu. Kau harus berusaha keras.” “Tapi aku yakin, kalau Haru-Chan pasti bisa menyusul yang lain,” sahut Shori. Haru tersenyum, dia meletakkan tas di gantungan sisi meja dan berkata, “Jangan khawatir, aku akan memanfaatkan sisa waktu dengan baik. Kelas kita akan memperoleh poin tertinggi.” Haru menoleh, dia melihat bangku Kai kosong. “Kemana Kai?” tanya Haru.

“Dia belum datang,” jawab Hokuto, “entahlah, tapi sepertinya dia sakit. Tidak biasanya Yanase datang terlambat, kan?”

Haru menatap bangku Kai, dia diam berpikir. Benar kata Hokuto, Kai selalu datang paling awal diantara yang lain. Kai tergolong murid yang cukup rajin, tapi dia pasti memberitahu kalau dia tidak datang ke sekolah. “Mungkin sebentar lagi dia datang,” sahut Kishi, “tunggu saja. Yanase bukan tipe yang suka membolos.” “Meskipun dia bersahabat denganmu, dia tidak akan terpengaruh kebiasaan burukmu, Haru-Chan,” balas Taiga, dia terkekeh dan berkelit saat Haru melemparkan gumpalan kertas kearahnya. Haru menghela napas, dia duduk dan kembali menatap bangku Kai di depannya. Haru merasa sangat khawatir dengan Kai, dia merasa terjadi sesuatu yang buruk kepada Kai.

Tapi apa?

“Miyazaki Haru.”

Haru menoleh, dia mengerutkan dahi melihat Erina muncul bersama empat orang temannya. Hokuto, Jesse, dan Taiga berdiri, membuat gadis-gadis itu sedikit beringsut takut. Erina menghela napas, dia berjalan mendekati Haru dan berucap, “Kau jangan mendekati Morita-Kun.”

Krik.

Kishi dan Shori saling pandang. Jesse, Hokuto, dan Taiga mengerutkan dahi bingung, sementara Haru masih menatap Erina dengan tatapan datar. “Aku tahu kau berteman dengan Morita-Kun sejak lama, aku tahu kalian berdua sangat dekat,” ucap Erina, “tapi aku tidak suka melihat kalian berdekatan. Aku benar-benar terganggu setiap kali mendengarnya menyebut namamu atau melihat kalian berbicara akrab.”

“Memangnya kau siapa melarangku berdekatan dengannya?” tanya Haru tenang.

“Karena aku sangat menyukai Morita-Kun! Dan aku tahu dia juga menyukaiku!” Erina berucap keras, “karena itu, aku benci melihatmu bersamanya! Jangan dekati dia atau…”

Brak!

Seisi kelas mendadak sunyi. Shori mendekat, dia langsung memegang lengan Haru. Shori khawatir Haru kelepasan dan kembali melakukan kesalahan. Haru beranjak, dia masih menatap datar Erina. “Kalau ada yang harus dibenci, itu adalah kau,” ucap Haru tenang, namun di telinga Taiga suara Haru terdengar mengerikan, “kalau ada yang harus menjauh, itu adalah kau. Kau baru muncul di kehidupannya, sedangkan aku sudah bersamanya bahkan sebelum dia mendengar namamu. Jadi kau tidak akan bisa semudah itu menjauhkanku dari Myuto.”

Haru dan Erina saling menatap, Erina dengan tatapan kesalnya dan Haru dengan tatapan datarnya. “Sekarang pergi darisini,” ucap Haru, “kau membuat kesalahan dengan memasuki kandang serigala. Ini hari pertamaku ke sekolah setelah dua minggu aku diskors, kau tahu karena apa? Karena memukul seorang laki-laki. Jadi bagiku, menghajar perempuan bukan hal sulit.”

Ancaman Haru tampaknya membuat takut keempat teman Erina. “Erina-Chan, sebaiknya kita pergi darisini,” ucap seorang gadis berkepang dua, “ayo. Bel sudah berbunyi.” Erina menyentakkan tangan gadis itu, dia menatap Haru dan menggeram, “Aku akan merebut Morita-Kun darimu. Lihat saja.”

“Oh ya? Ancamanmu seperti gadis-gadis di manga, kurasa kau terlalu banyak berimajinasi,” ucap Haru terkekeh, dia menatap tajam Erina, “kita lihat, siapa yang menang. Aku atau kau.”

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang