09

59 10 89
                                    

Myuto berjalan pelan sambil setengah bersenandung. Hari ini tidak ada kelas, semua sibuk mempersiapkan diri untuk berlomba di pekan olahraga minggu depan. Baguslah, Myuto tidak perlu memikirkan soal rumus fisika atau kimia. Myuto berbelok, dia perlahan berhenti menatap rumah Haru. Rumah terlihat sepi, sepertinya Haru sudah berangkat. Myuto diam, dia ingat saat Haru menangis tempo hari. Myuto juga tidak rela kalau Haru pergi begitu saja. Kalau Haru pergi, tidak ada yang akan mengusili Myuto atau masuk ke kamarnya tanpa izin.

Myuto akan berjalan saat melihat Haru keluar rumah bersama ibunya. Myuto berlari mendekat, dia memberi salam kepada Nyonya Miyazaki. “Bibi, selamat pagi,” sapa Myuto, “yo, Miyazaki.”

“Ah, Morita-Kun,” Nyonya Miyazaki tersenyum ramah, “bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kau tidak datang kemari.” Myuto hanya terkekeh, dia menoleh dan terdiam melihat Haru menatapnya dengan dahi berkerut. “Kau sedang apa disini, hah?” tanya Haru, suaranya agak ketus.

“Haru-Chan, kenapa kau seketus itu?” tanya Nyonya Miyazaki, “bukannya memang Morita-Kun selalu kemari untuk menjemputmu?”

“Mama, dia sudah punya pacar,” ucap Haru, dia menatap Myuto dan berkata, “kau jemput saja pacarmu itu, kalau dia tahu kau disini dia akan cemburu nanti. Jaa.” Haru berjalan meninggalkan Myuto dan ibunya. Myuto melongo, dia memberi salam kepada ibu Haru dan bergegas berlari menyusul gadis itu. “Oi, Miyazaki,” Myuto memanggil, “oooiiii.”

Haru berhenti, dia menoleh dan memberi tatapan malas kearah Myuto. “Siapa, sih yang kau bicarakan?” tanya Myuto, “pacar? Pacar yang mana yang kau maksud?”

“Hanazawa Erina,” jawab Haru, “dia pacarmu, kan?”

Eh.

Myuto cengo, dia menjawab, “Bukan, dia bukan pacarku. Yah, memang sih aku sering bersamanya. Tapi aku berani bersumpah dia bukan pacarku.” Myuto tersenyum, dia perlahan diam melihat Haru masih menatapnya tanpa ekspresi. “Kau tidak percaya ya?” tanya Myuto, dia mendekatkan wajahnya kearah Haru, “aku harus bagaimana agar kau percaya kepadaku?”

“Ajak aku main ke game center,” ucap Haru.

Gubrak!

Myuto melengos, dia menghela napas dan tertawa. Haru terkekeh kecil, mereka berjalan berdua menyusuri trotoar. “Haaaah, sudah lama kita tidak berangkat ke sekolah bersama,” ucap Myuto, dia menatap Haru yang sibuk memperhatikan kendaraan di jalan raya. Myuto tersenyum, dia senang bisa berangkat sekolah bersama Haru. Myuto baru menyadari rambut Haru sedikit lebih panjang, dia sedikit menyesal tidak meluangkan waktu untuk Haru. “Kau akan menonton pertandingan basket, kan?” tanya Myuto, “aku akan bertanding melawan kelasmu. Kau akan mendukungku, kan?”

“Ck, jangan bermimpi,” ucap Haru, “tentu saja aku akan mendukung teman-temanku. Kecuali kau mau mendukungku di pertandingan lari, aku bisa mempertimbangkan permintaanmu.”

Myuto menghela napas. Satu yang tidak berubah dari Haru adalah sifatnya. Haru selalu saja begitu, akan memberi kalau diberi. Akan mendukung kalau didukung. Dasar tidak mau rugi. “Aaaah, kau pasti tidak mau mendukungku karena ada Hanazawa ya,” ucap Haru, “ckckck, ternyata benar, kalian berpacaran.”

“Bukan begitu,” sahut Myuto, “aku kan ha…. Oi Miyazaki! Chotto!” Myuto berdecak, dia berlari mengejar Haru yang berlari sambil tertawa. Myuto tertawa kecil, dia senang melihat Haru kembali ceria seperti biasanya. Setelah melihat Haru yang selalu diam dan pemarah selama beberapa hari ini, Myuto merasa senyuman Haru sangat berharga.

Haru terus berlari, puas rasanya sudah mengusili Myuto. Haru yakin, Myuto tidak akan semudah itu melupakannya. Mendengar Myuto menyangkal kalau Erina pacarnya juga membuat Haru lega.

Love, Love, Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang