DALAM bangunan loteng itu tiada perangkap, yang ada cuma sinar lampu yang lembut, dekorasi yang mewah dan perabot yang serba indah menawan hati.
Kalau kau bersikeras mengatakan bahwa ditempat seperti ini ada perangkap, maka perangkap itu sudah pasti adalah suatu perangkap yang lembut, dan hangat.
Bila seseorang dapat mati dalam perangkap yang halus dan hangat, paling tidak jauh lebih enak dari pada mampus di gantung di atas pohon.
Orang yang membukakan pintu adalah seorang nona cilik yang mempunyai sebuah kepang besar, ia pandai tertawa, kalau tertawa tampak sepasang lesung pipinya yang sangat dalam.
Ditengah malam buta begini, tiba-tiba datang seorang lelaki asing yang bertelanjang dada mengetuk pintu, Ting Peng mengira dia pasti akan ketakutan, atau paling tidak merasa terkejut.
Siapa tahu ia sama sekali tidak tampak kaget atau ketakutan melainkan cuma tertawa cekikikan, seakan akan ia sudah tahu bakal ada seorang laki-laki berdada telanjang yang akan berkunjung ke situ.
"Siapa yang kau cari?" segera tegurnya.
"Aku datang mencari tuan rumah!"
"Mari kubawa kau menjumpainya!"
Bukan saja jawabannya amat cepat dan lantang, malah ia segera menggandeng tangan Ting Peng dan diajak masuk ke dalam ruangan, seakan akan dengan Ting Peng sudah merupakan sahabat karib,
"Tuan rumah ada di atas loteng."
Ruangan di atas loteng lebih megah, lebih mewah dan lebih mentereng, selembar tirai mutiara tergantung ditengah ruangan, tuan rumah berada dibalik tirai mutiara tersebut.
Hal ini bukan disebabkan dia sengaja berlagak sok rahasia, bagaimanapun juga seorang perempuan memang harus waspada menghadapi seorang pria yang datang berkunjung ditengah malam buta seperti ini, mungkin waktu itu dia sudah bertukar pakaian dan siap-siap untuk tidur, tentu saja ia lebih tak ingin dijumpai seorang lelaki asing dalam keadaan begitu.
Walaupun Ting Peng tidak terlalu paham dengan tata pergaulan, sedikit banyak ia toh mengerti juga tentang masalah ini.
Tentu saja diapun sudah tahu kalau tuan rumah adalah seorang perempuan, sebab ketika berbicara tadi meski suaranya agak parau, namun merdu dan enak didengar.
"Siapa yang menyuruh kau datang kemari mencariku?"
"Seorang nona she-Li!"
"Apa hubunganmu dengannya?"
"Dia adalah sahabatku!"
"Apa yang telah dia katakan kepadamu?"
"Ia bilang, apa yang hendak kau suruh kulakukan, aku harus melakukannya tanpa membantah."
"Dan kau akan menuruti perkataannya?"
"Aku percaya dia tak akan mencelakai diriku."
"Apakah pekerjaan apapun yang hendak kuperintahkan kepadamu, kau bersedia untuk melakukannya?"
"Kau adalah sahabatnya, akupun mempercayai dirimu""
"Tahukah kau apa yang hendak kusuruh kau lakukan?"
"Tidak tahu..."
Tiba-tiba suara tuan rumah berubah sama sekali, berubah menjadi galak dan buas serunya:
"Aku hendak menceburkan badanmu ke dalam sebuah baskom berisi air panas yang amat panas, lalu menggunakan sikat besar untuk menyikat semua lumpur yang menempel di atas tubuhmu, kemudian menukar pakaian yang melekat di badanmu, menggunakan sepasang sepatu baru untuk membelenggu kakimu, lalu mendudukkan kau dikursi, dan mengisi penuh perutmu dengan beberapa macam masakan yang sudah beberapa jam dipersiapkan, agar kau tak mampu berkutik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu Long
AdventureGolok ada yang lurus ada pula yang melengkung, yang kita ceritakan sekarang adalah sebilah golok yang melengkung, melengkung bagaikan alis mata Cing Cing. Golok lengkung itu memang milik Cing Cing. Cing Cing adalah seorang gadis cantik tapi misteriu...