52. Yok Liu dan Thian Bi

741 24 0
                                    

SURAT perintah yang hangus itu di bawa orang dan berpindah dari satu tangan ke tangan lain, akhirnya lenyap secara misterius, dikirim ke suatu tempat.

Atau tepatnya ke hadapan seorang kakek.

Kakek itu duduk saling berhadapan dengan seorang nenek, memandang tulisan itu sekulum senyuman dingin segera menghiasi ujung bibir kakek tersebut.

"Rupanya dia bersembunyi disana, tak aneh kalau selama banyak tahun tak pernah menemukan jejaknya!"

"Sudahlah, kalau toh tuan putri telah menjauhkan diri dari keramaian dunia, anggap saja urusan sudah selesai, buat apa kita mesti mengejarnya terus?" kata nenek itu.

"Bagaimana mungkin aku bisa berpeluk tangan belaka? Semua usahaku dan perjuanganku akhirnya kandas ditangannya, aku tak bisa melepaskan dia dengan begitu saja."

Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi, "Cukong, kau tak bisa menyalahkan dia, kita sendiripun mempunyai kekeliruan."

"Kesalahanku yang terbesar adalah membiarkan dia hidup terus, bahkan menerimanya, aku sudah tahu kalau dia adalah bibit pembawa bencana..."

"Cukong tegakah kau? Dapatkah kau melupakan bait syair yang dicantumkan di atas golok tersebut ? Siau-lo it-ya-teng Cun-hi... bagaimanapun juga dia adalah putrimu, siapa tahu dia adalah putri kandungmu sendiri?"

Hawa pembunuhan yang semula mencorong keluar dari balik mata kakek itu segera lenyap tak berbekas, sebagai gantinya muncul selapis perasaan sedih dan murung yang amat tebal setelah menghela napas panjang katanya kemudian, "Aku betul-betul tidak percaya, seorang perempuan yang suci bersih semacam dia, ternyata dapat melahirkan seorang putri semacam itu."

Nenek itu turut menghela napas.

"Haai, antara malaikat dan iblis sesungguhnya hanya berbeda sejengkal, mungkin kaulah yang terlalu berhutang kepada ibunya!"

"Aku...aaai, kau tak akan mengerti!"

"Cukong, aku tidak mengerti kejadian apakah yang telah berlangsung diantara kalian, bila kau tak bersedia mengutarakan, mereka yang mengetahui juga tak akan bersedia untuk menjawab, tapi aku mengerti, si bocah perempuan yang datang kemari itu adalah seorang bocah yang amat menarik hati, setiap orang akan menyukainya bila bertemu, dia bisa berubah menjadi begitu, karena kita tidak mendidiknya secara baik!"

Mendadak kakek itu menggebrak meja sambil bangkit berdiri, dengan suara yang bersungguh-sungguh katanya, "Tidak bisa, aku tak bisa membiarkan dia melakukan keonaran lebih jauh, dia telah memusnahkan diriku dan ini sudah cukup, aku tak bisa membiarkan dia untuk menghancurkan pula diri Ting Peng!"

"Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan Ting Peng?"

"Tahukah kau siapa yang telah terjun ke dalam jurang itu? Bila kau tahu siapakah orang itu maka kau akan tahu apa pengaruhnya terhadap Ting Peng!"

"Siapa?"

"Singa emas dan Cia Siau giok!"

"Cia Siau giok, Bukankah dia adalah putri Cia Siau hong! Mengapa bisa berada bersama-sama singa emas?"

"Aku tidak tahu, tapi hubungan antara mereka sudah pasti sangat akrab, Ting Peng pernah membacok mati naga perak disekitar perkampungan Sin kiam san ceng."

Kembali si nenek termenung beberapa saat lamanya, setelah itu lalu ujarnya, "Cukong, walaupun aku tidak setuju, tapi selama banyak tahun aku selalu tunduk dan patuh atas setiap petunjukmu, aku percaya setiap petunjukmu itu sungguh-sungguh dan benar, sekarang kau suruh aku berbuat apa...?"

"Hujin darimana kau bisa tahu kalau aku akan menyuruh kau untuk berbuat sesuatu?"

Nenek itu tertawa.

Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang