BULAN dua belas tanggal lima belas, hari ini udara amat cerah.
Sorot matahari ditengah hari tersebut terasa hangat dan nyaman, Liu Yok siong berdiri di bawah sinar matahari dan memperhatikan para centengnya sedang memasang sebiji mutiara besar di atap tandunya, ia merasa puas sekali.
Tandu tersebut khusus dia pesan di ibu kota pada seorang ahli tukang kayu sewaktu hendak menjemput pulang Chin Ko cing pada delapan belas tahun berselang, setelah di lakukan perbaikan semalam suntuk kini bentuknya sudah nampak baru kembali.
SAYANG, orang yang pernah duduk didalam tandu tersebut dulu, sekarang tak pernah akan dijumpainya lagi untuk selamanya.
Teringat akan hal ini, sedikit banyak timbul juga perasaan sedih dan perih dalam hati Liu Yok siong.
Untung saja dengan cepat dia dapat melupakan semua kejadian yang tidak menyenangkan hatinya itu.
Hari ini adalah hari baiknya, juga termasuk hari besar, dia tak ingin membiarkan pelbagai persoalan lain mengganggu perasaan hatinya sekarang....
Para centengnya telah berganti dengan satu stel pakaian baru terbuat dari kulit rase, pinggangnya terikat sebuah ikat pinggang berwarna merah, setiap orang kelihatan amat gembira dan bersemangat sekali.
Mungkin saja Lan-lan telah menunggunya dalam rumah makan Hwee sian lo, pada waktu itu dia percaya Lan-lan pasti tak akan membiarkan dia merasa kecewa.
Lo kwik yang mengurusi soal istal kuda telah menuntun datang Cian li soat, si kuda jempolan miliknya, yang tinggi besar itu, diatas punggungnya telah dipasang pelana baru, bahkan diikat pula dengan pita berwarna merah cerah.
Dengan cepat dia melompat naik ke atas punggung kudanya, gerak geriknya, amat enteng dan lincah bagaikan seorang pemuda.
Hari ini, dia benar-benar merasa gembira sekali.
Setibanya di rumah makan Hwee sian lo, dia semakin gembira lagi.
Ternyata Lan-lan memang tidak membuatnya kecewa, begitu naik ke atas loteng ia segera menemukan dirinya.
Benar juga dia mengenakan gaun berwarna biru dan duduk di suatu sudut ruangan sambil menantikan kedatangannya
Sinar matahari yang memancar masuk lewat jendela, menyinari bunga mutiara yang menghiasi rambutnya, membuat ia nampak bertambah cantik jelita.
Dia bahkan nampak jauh lebih cantik, datang kemari untuk mencari perempuan cantik itu juga, tahu kalau perempuan cantik sedang menunggunya.
Hanya mengandalkan hal ini saja sudah cukup membuat setiap orang merasa kagum bercampur cemburu.
Liu Yok siong tersenyum, pelan-pelan dia berjalan kehadapan Lan-lan.
Lan-lan juga tersenyum sambil memandang ke arahnya. Manis sekali senyumannya.
Ketika tersenyum, bunga-bunga mutiara di atas kepalanya bergetar amat keras, sepatu merah yang dikenakan juga bergoyang tiada hentinya, seakan-akan bunga teratai di atas kolam.
"Kau baik-baik saja?" tanya Liu Yok-siong.
"Aku baik!" balas Lan-lan.
"Kau pasti sudah menunggu kedatanganku cukup lama?"
"Aaah .... tak menjadi soal!"
"Sekarang apakah kita boleh segera berangkat?"
"Kau bilang kapan hendak berangkat, kapan pula aku berangkat."
Maka Liu Yok siong dengan mempergunakan sikap yang paling halus dan paling sopan menjulurkan tangannya ke depan.
Lan-lan telah mengulurkan tangannya dan meletakkan tangan tersebut di atas tangannya. Tangan gadis itu nampak lebih menawan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu Long
AventuraGolok ada yang lurus ada pula yang melengkung, yang kita ceritakan sekarang adalah sebilah golok yang melengkung, melengkung bagaikan alis mata Cing Cing. Golok lengkung itu memang milik Cing Cing. Cing Cing adalah seorang gadis cantik tapi misteriu...