8. Cinta Kasih Dalam Lembah

1.5K 37 0
                                    

TEMPAT itu adalah sebuah lembah, sebuah lembah yang amat terpencil letaknya, empat penjuru di sekeliling lembah tersebut merupakan dinding tebing berkarang yang menjulang tinggi ke angkasa. Seakan-akan lembah itu merupakan sebuah lembah yang buntu dan tiada jalan keluar.

Sekalipun ada jalan keluar, juga tak mungkin buat manusia biasa untuk mengunjunginya.

Lembah itu tidak terlalu besar, sekalipun terdapat kebun, istana dan bangunan loteng, sekalipun pemandangan alamnya indah seperti lukisan di atas dinding gua, namun itupun tak lebih hanya sebagian dari lukisan tersebut.  

AYAH ibu Cing-cing telah meninggal dunia.
Rase pun bisa mati?

Cing cing, mempunyai seorang dayang yang lincah dan cerdik, ia bernama Si-ji, Si-ji gemar tertawa, bila sedang tertawa di atas sepasang pipinya akan muncul sepasang lesung pipi yang amat dalam.

Si-ji pun seorang rase?

Mereka mempunyai delapan orang pelayan yang setia, rambut mereka kebanyakan telah beruban, tapi kesehatan badannya masih tetap segar dan kuat.

Mereka semua juga rase?

Dalam lembah tersebut hanya dihuni oleh beberapa orang itu, belum pernah ada orang luar yang menginjak wilayah tersebut.

Kehidupan di dalam lembah itu amat nyaman dan tenang, jauh lebih nyaman dan terang daripada kehidupan di alam manusia...

Sekarang Ting Peng sudah terbiasa dengan cara hidup dalam lembah itu, diapun sudah terbiasa menyoren golok lengkung tersebut di sisi pinggangnya.

Kecuali sedang tidur, dia selalu menyoren golok lengkung tersebut di sisi pinggangnya.

Sebuah ikat pinggang yang terbuat, dari emas murni dan batu kemala putih menghiasi pula pinggangnya. Tapi ia tahu golok lengkung tersebut jauh lebih berharga dari pada ikat pinggang itu.

Hari kedua setelah perkawinan mereka, Cing cing berkata kepadanya:
"Nenek pasti amat menyukaimu, maka ia baru menyerahkan golok tersebut kepadamu, kau harus menyayanginya dengan amat sangat."

Diapun tidak lupa dengan ucapan Cing-cing yang diutarakan kepada si kakek kerdil yang misterius dalam lembah kemurungan tempo hari.

"Golok ini tak boleh sembarangan dilihat, siapa yang pernah melihat golok ini, dia akan mati di ujung golok tersebut."

Tentu saja si kakek kerdil itupun sudah mampus di ujung golok tersebut.

Dia adalah manusia? atau setan? Atau rase?

Darimana ia bisa tahu kalau di atas golok itu terukir tujuh huruf kecil, yang berisikan "Siau -lo-it-ya teng-cun-hi?"

Sesungguhnya rahasia apakah yang menyelimuti asal usul dari golok tersebut? Kekuatan misterius apakah yang tersembunyi dibalik kesemuanya itu?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu bukannya tak pernah diajukan oleh Ting Peng tapi Cing-cing selalu berkata kepadanya dengan wajah serius.

"Ada sementara persoalan lebih baik tak usah kau ketahui, sebab bila tahu akan masalah-masalah tersebut, kemungkinan besar ada bencana besar yang akan menimpamu."

Sekarang bukan saja ia telah melihat golok itu, bahkan telah memiliki pula golok tersebut.

Ia sudah merasa amat puas dengan kesemuanya itu.

Tapi pada suatu hari, tiba-tiba ia hendak mengembalikan golok itu kepada Cing-cing.

Dengan keheranan Cing-cing lantas bertanya.

"Mengapa kau tidak menghendaki golok itu?"

"Sebab aku memilikinya juga percuma," jawab Ting Peng, "Golok tersebut berada di tanganku tak lebih dari pada sebilah golok besi biasa saja."

Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang