27. Perjalanan Jauh

894 24 0
                                    

TING PENG berangkat dengan mempergunakan sebuah kereta kencana yang berwarna kuning emas.

Kereta itu dihela oleh empat ekor kuda jempolan berwarna putih, ke empat ekor kuda itu merupakan kuda pilihan.

Bagi orang biasa untuk mendapatkan seekor saja sudah sukarnya bukan kepalang, sekarang ternyata ia mempunyai empat ekor yang dipakai untuk menarik kereta.

Kuda jempolan hanya cocok dipakai untuk melakukan perjalanan jauh, bukan untuk naik kereta, sebab hal itu merupakan suatu persoalan .... merupakan suatu perbuatan yang tidak benar.

Tampaknya ke empat ekor kuda jempolan itupun tidak terbiasa dengan suasana yang dihadapinya, bahkan mereka kelihatan sekali tidak tenang.

Namun kusir kereta tersebut adalah seorang kusir yang ahli, dia adalah seorang suku asing bertubuh hitam pekat, kepalanya gundul dengan mengenakan celana panjang bersulamkan bunga, tubuh bagian atasnya telanjang dan mengenakan sebuah handuk kecil saja sehingga tampak bahu dan dadanya yang kekar.

Pada lehernya dia mengenakan sebuah gelang besar terbuat dari emas, ketika duduk di atas kereta persis seperti sebuah pagoda kecil saja ....

Tangannya yang kuat dan berpengalaman memegang tali les kuda kencang-kencang, sementara cambuknya diayunkan berulang kali memaksa ke empat ekor kuda jempolan itu harus berlarian menurut arah yang dituju.

Keadaan seperti ini terasa amat menyolok bahkan sedikit berbau pameran kekayaan.

Tapi Ting toa sauya memang paling gemar dengan permainan semacam ini, sejak ia muncul dalam dunia persilatan, ia sudah senang memamerkan kekayaannya.

Padahal sewaktu kecil dulu dia bukanlah seorang yang kaya, tapi sekarang setelah memiliki harta kekayaan tak ternilai banyaknya, dia seperti tak tahu bagaimana musti mempergunakannya.

Di belakang keretanya mengikuti serombongan besar manusia, Ting Peng merasa puas sekali, dia tahu orang-orang yang datang tanpa diundang, mereka bagaikan anak buah yang paling setia saja, dari situ terus mengikuti sampai ke perkampungan Sin kiam san-ceng,

Ting Peng menengok ke belakang, dia saksikan rombongan manusia itu sudah berubah menjadi suatu barisan yang amat memanjang, ada yang berombongan, ada pula yang sendirian, tapi semuanya merupakan jago-jago, kenamaan dalam dunia persilatan.

Kenyataan ini membuat hatinya merasa girang sekali.

Mungkin nama Cia Siau hong lebih termasyhur daripada namanya, tapi sanggupkah Cia Siau hong untuk menciptakan pula suasana seperti apa yang dialaminya sekarang?

Dia memejamkan matanya sambil bersandar dengan santai, ia membiarkan kereta berjalan seenaknya, sementara senyuman menghiasi ujung bibirnya.

Ia tersenyum karena merasa gembira oleh suatu persoalan yang lain.

Itulah sikap Cing-cing terhadap setiap persoalan yang sedang dihadapinya.

Sebelum berangkat, dia merasa sukar untuk mengutarakan maksud hatinya itu kepada Cing-cing, dia menginginkan agar kali ini Cing-cing jangan ikut serta, namun perkataan semacam itu sulit untuk diutarakan.

Ia telah memikirkan beribu macam alasan, namun tak sebuah pun yang dirasakan cocok.

Cing-cing amat cantik, berada bersamanya tak mungkin akan membuatnya menjadi malu.
Ilmu silat yang dimiliki Cing-cing pun sangat tinggi, dulu jauh lebih tinggi banyak daripada kepandaiannya, sekarang dia mungkin jauh lebih tinggi sedikit, tapi yang pasti kehadiran gadis tersebut bukan merupakan suatu beban baginya.

Cing-cing amat menuruti setiap perkataannya, belum pernah menampik permintaannya, juga tak pernah mengikat kebebasannya untuk bergerak serta melakukan sesuatu.

Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang