SAMBIL memicingkan mata, nenek itu memperhatikan mereka, agaknya diapun tak dapat menebak apa yang telah dibisikkan Sang Ceng di sisi telinga mereka.
Hingga berusia tiga puluh tahun, Thi yan hujin (Nyonya burung walet baja) masih termasyhur sebagai perempuan cantik dalam dunia persilatan, terutama sekali sepasang matanya yang sanggup membetot sukma.
Bila pada empat puluh tahun berselang ia memandang seorang lelaki dengan pandangan demikian, entah apapun yang dia minta, lelaki tersebut pasti akan memenuhi semua keinginannya, sayang sekali kini dia sudah meningkat tua.
Semua orang telah menutup mulutnya rapat-rapat, seakan-akan sudah mengambil keputusan tak akan mengutarakan lagi apa yang dibisikkan Sang Ceng kepada mereka itu.
Mendadak Sang Ceng berkata, "Yan-Cu-Siang-Hui meskipun membunuh orang seperti membabat rumput, apa yang telah diucapkan selamanya masuk hitungan."
"Tentu saja masuk hitungan!" jawab Thi Yan Hujin.
"Tadi agaknya kau telah berkata, asal kami serahkan nona Cia tersebut kepadamu maka kau akan melepaskan aku pergi."
"Benar, aku memang berkata demikian!"
"Kalau begitu, sekarang agaknya aku sudah boleh pergi dari tempat ini ....!"
Ia lantas menepuk tangannya dan membersihkan pakaiannya dari debu dan pasir, seolah-olah kejadian ini sama sekali sudah tiada hubungannya dengan dirinya lagi.
"Karena sekarang aku telah menyerahkan dirinya!"
"Serahkan kepada siapa?"
"Serahkan kepada mereka!"
Ia menunjuk kearah Lim Siang him, Sun Hu hou, Ciong Thian, Bwe Hoa dan Lamkiong Hoa su.
"Aku memang sudah membawa dia datang kemari dan menyembunyikan di suatu tempat yang amat rahasia, barusan aku telah memberitahukan letak tempat itu kepada mereka, sekarang salah seorang diantara mereka sudah dapat menemukan tempat persembunyiannya lagi."
Tiba-tiba Sun Hu hou membentak marah, "Darimana kami bisa tahu kalau kau berbicara jujur?"
"Asal salah seorang diantara kalian pergi kesana dan mencarinya, segera akan diketahui apakah aku bohong atau tidak." jawab Sang Ceng dengan sikap yang tenang.
Paras muka Sun Hu Hou berubah menjadi hijau membesi, peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Sang Ceng malah tertawa tergelak, tertawa amat gembira, siapapun tak ada yang tahu mengapa secara tiba-tiba mereka dapat berubah menjadi begitu gembira.
"Sudah pasti mereka akan saling berebut untuk pergi mencari budak cilik itu!" "kata Thi yan hujin tiba-tiba.
"Oh ya!"
"Sekarang mereka sudah tahu siapakah aku, hal ini berarti mereka berlima sama halnya dengan lima sosok mayat!"
"Ooooh .... !"
"Tapi mereka semua belum ingin mati."
"Yaa, selama banyak tahun belakangan ini, kehidupan mereka memang dilewatkan dengan baik sekali, tentu saja mereka tak ingin mati." sambung Sang Ceng..
"Siapapun tak ingin mati, maka siapapun ingin pergi mencarinya!"
"Kenapa?"
"Sebab barang siapa dapat menemukan budak cilik itu, maka aku akan melepaskannya."
"Aku percaya apa yang telah kau ucapkan pasti akan dipenuhi!"
"Kalau memang begitu, menurut pendapatmu mungkinkah mereka akan saling berebut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu Long
AdventureGolok ada yang lurus ada pula yang melengkung, yang kita ceritakan sekarang adalah sebilah golok yang melengkung, melengkung bagaikan alis mata Cing Cing. Golok lengkung itu memang milik Cing Cing. Cing Cing adalah seorang gadis cantik tapi misteriu...