55. Ahli Waris Golok Sakti

1K 26 0
                                    

TATKALA si Unta tembaga menampakkan diri di hadapan Ting Peng dan Cing cing, kehadiran telah membuat mereka merasa amat terperanjat.

Sebab si Unta tembaga telah melepaskan baju tembaganya yang sepanjang tahun tak pernah dilepas itu, sekarang dia tak lebih hanya seorang kakek biasa, sama sekali tidak mempunyai keangkeran dan kegagahan seperti dahulu, bahkan perawakan tubuhnya nampak jauh lebih pendek.

Yang paling terkejut adalah Cing Cing, dia tahu andaikata di rumahnya tidak terjadi suatu perubahan yang luar biasa, si Unta Tembaga tidak akan meninggalkan majikannya.

Namun dia masih mampu untuk menahan diri setelah menyambut kedatangan si Unta tembaga, dengan tenang ia bertanya, "Paman tembaga, yayakah yang menyuruh kau datang kemari?"

Si Unta tembaga mengangguk.

"Berapa lama kau akan berada disini?" kembali Cing-cing bertanya.

Si Unta tembaga ragu sebentar, kemudian sahutnya, "Majikan menitahkan kepada hamba untuk datang mendampingi Ting kongcu dan nona, hamba tak usah kembali lagi!"

Paras muka Cing-cing segera berubah menjadi amat sedih, tentu saja hanya dalam suatu keadaan saja si Unta tembaga tak usah pulang lagi, dia tak ingin mencari bukti atas berita tersebut, namun tak tahan juga dia bertanya lagi, "Apakah pertapaan yaya sudah mencapai titik akhir?"

"Benar," sahut si Unta tembaga dengan mata bercucuran, "Pertapaan majikan telah selesai dan kini sudah melepaskan jasad kasarnya untuk menuju ke nirwana....."

"Cing-cing sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" tak tahan Ting Peng bertanya.

"Kami sedang membicarakan soal latihan pertapaan. . . ."

"Aku tahu melepaskan jasad kasar untuk menuju ke nirwana berarti sudah menjadi dewa, apakah yaya telah menjadi dewa?"

"Benar, yaya telah berhasil melepaskan diri dari wujud raganya dan menjadi dewa...." Cing-cing mengangguk sambil menahan isak tangisnya yang amat pilu.

Paras muka Ting Peng turut berubah menjadi sedih, "Bisa menyelesaikan pertapaan untuk menjadi dewa merupakan suatu peristiwa yang patut dirayakan dengan gembira, mengapa kalian malahan nampak bersedih hati?"

Cing cing segera memaksakan sekulum senyuman.
"Benar, ya, peristiwa ini memang pantas untuk dirayakan dengan gembira, memang tidak banyak yang bisa menyelesaikan pertapaannya secara sukses, tidak sia-sia jerih payah yaya selama ini, cuma dewa dan manusia dibatasi oleh dunia yang berbeda, mungkin... mungkin kita tak berjodoh untuk saling bertemu lagi!"

Mendadak Ting Peng berpaling ke arah si Unta tembaga dan berseru. "Tong cianpwe ....!"

"Hamba tidak berani menerima panggilan semacam itu..." buru-buru si Unta tembaga menukas.

"Tempat kediamanku bukan perguruan ataupun suatu perkumpulan, sedangkan aku sendiri juga tidak turut menjadi anggota perkumpulan apa-apa, jadi aku pikir bahasa "hamba" tak usah kau pergunakan lagi di tempatku ini!"

"Budak tua mendapat perintah untuk melayani kongcu, lebih baik kongcu memanggil dengan nama sebutan si Unta tembaga saja..."

Ting Peng berpikir, kemudian manggut-manggut.

"Baiklah! Unta tembaga, aku tahu kalau kau adalah seseorang yang amat teliti dan tahu aturan, oleh sebab itu akupun tak ingin berbasa basi terus menerus, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu sekarang, harap kau suka menjawab dengan sebaiknya."

"Silahkan kongcu tanyakan!"

"Unta tembaga, kau harus pertimbangkan baik-baik sebelum menjawab, sebab pertanyaanku ini harus dijawab secara nyata, bila kau tidak tahu, jawab saja tidak tahu, tapi bila tahu, kau tak boleb mengelabui diriku!"

Golok Bulan Sabit (Yuan Yue Wan Dao) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang