Kelima

2.3K 249 4
                                    


Kejadian yang begitu memalukan itu masih membuat Kinal dan Veranda diam seribu bahasa, kini mereka sedang berada dijalan menuju rumah Kinal, tapi mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Veranda yang sedari tadi duduk dibelakang Kinal pun tidak tahu harus berbuat apa, dia ingin memulai membuka sebuah percakapan tapi dia harus memulainya seperti apa, sungguh ini membuat pusing, Veranda trus berperang dalam pikirannya.

Keadaan Kinal pun tak jauh dari Veranda, Kinal yang memang sedang menyetir memutuskan untuk fokus dengan tugas menyetirnya saja dari pada harus berpusing-pusing ria memikirkan apa yang harus dia perbuat, biarkan saja seperti ini dulu, dia tau pasti Ve juga ada dalam keadaan yang sama seperti dirinya.

                     *****

Motorpun berhenti disuatu rumah yang cukup mewah, ya rumah Kinal.
Kinal turun dan seperti biasa dia akan melepaskan helm yang dipakai Veranda, namun kejadian seperti tadi terulang lagi, Kinal yang hendak melepaskan helm Ve, tiba-tiba saja Ve pun berniat melepaskan helmnya, pikir Ve, Kinal tidak akan melepaskan helmnya karna kejadian tadi, tapi pikirannya itu salah. Kinal tetap melakukan tugasnya seperti biasa, alhasil tangan mereka berdua pun harus bersentuhan kembali. Bagaikan ada beribu aliran listrik yang menyerang keduanya, jantung mereka sudah tak tentu rytmenya seperti orang yang mempunyai riwayat penyakit jantung saja, ya seperti itu.

Tak mau kejadian canggung tadi terulang lagi, Kinal segera melapaskan tangannya dari tangan Ve.
"Hmm maaf Ve"

Ve hanya menjawabnya dengan senyuman yang terlihat canggung dan segera melepaskan helmnya dan menarohnya dijok motor Kinal.

    
                       *****

Kini keduanya sudah berada diruang tv, mereka berdua cukup terlihat lelah, ntah lelah karna apa mungkin karna kejadian-kejadian yang membuat kerja jantungnya harus lebih extra bekerja, ya mungkin.

"Em Ve, mau minum apa? biar aku ambilkan" Kinal membuka suara dengan rasa kecanggungan yang luar biasa.

"Apa aja deh nal, yang penting dingin deh hehe abis panas banget kayanya mau yang adem-adem"
Cengir Veranda dengan senyuman canggungnya.

Kinal hanya menjawabnya dengan anggukan dan berlalu pergi meninggalkan Ve.

"Huftt" terdengar suara helaan nafas Veranda yang begitu dalam.

"Gila bisa mati gw lama-lama kalau harus begini" batin Ve

"Kenapa jantung gw begini yah tiap deket sama Kinal, apa yang terjadi sama gw eurghhh." lagi Ve berdumal didalam batinnya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Kinal pun datang membawakan dua kaleng minuman bersoda yang mungkin akan mendinginkan hati mereka berdua (?)

Ve yang diberikan minuman oleh Kinal tanpa basa basi dia pun langsung meminumnya.

Ve sempat melirik Kinal yang tengah meminum minumannya juga, sadar ada yang memperhtikannya Kinal pun menengok kearah Ve, dan pandangan mereka berdua bertemu, hanya beberapa detik saja karna Ve langsung mengalihkan pandangannya.

Bagaikan pencuri yang tertangkap basah oleh korbannya, kini muka Veranda sudah benar-benar merah menahan deguban jantungnya dan rasa malunya.

"Aduh pake ketauan lagi, ya tuhan apa yang lo lakuin Verandaargh"
Erang Ve dalam batinnya cukup frustasi.

Kinal yang sedari tadi melihat gelagat aneh dari Ve menanyakan keadaan Ve, dia takut kalau ada hal yang terjadi terhadap Verandanya itu, Verandanya (?) Ya anggaplah seperti itu.
"Ve kamu gapapa? Tanya Kinal terhadap Ve dengan nada khawatir.

"Eh, gapapa kok nal, emm nal aku mau langsung mandi aja deh, ternyata minumannya gak buat adem ya hehe" memang rasanya ingin sekali Veranda menenggelamkan dirinya ke air yang cukup dingin untuk menghilangkan desiran panas dijantungnya ini.

"Oh yaudah, kamu mandi dikamarku aja, biar aku mandi dikamar mandi bawah."

Ve pun hanya tersenyum dan segera menuju kamar Kinal.


                     ****

Wangi vanila seketika meyeruak diindra penciuman Veranda, dia menghirupnya dalam-dalam, rasanya nyaman sekali dengan wangi ini, dia menyukainya, menyukai semua tentang Kinal, ya Kinal tentu saja karna sekarang Ve sedang berada didalam kamar Kinal dan wangi vanila ini adalah wangi dari parfum Kinal yang sudah tak asing diindra penciuman Veranda.

Veranda terdiam sebentar memperhatikan isi dalam kamar ini
"Gak ada yang berubah" gumam Ve.

Memang sudah lama Ve tidak memasuki kamar Kinal, karna memang lebih sering Kinal yang akan menginap dirumah Ve dibandingkan Ve yang menginap dirumah Kinal.

Ve pun menaruh tasnya dan segera masuk kedalam kamar mandi, dia sudah tak tahan akan tubuhnya yang cukup lengket karna aktifitas seharian ini.

                   *****

Kinal sudah rapih dengan stelan kaos oblongnya dan celana pendeknya, Kinal memang tidak cukup feminim dan tidak tomboy juga, ya mungkin dia bisa dibilang feminim tidak kalau dibilang tomboy pun nanggung(?)
Tapi Kinal selalu terlihat keren dimata Veranda dan tentunya dimata dirinya sendiri.

Dia menaiki tangga untuk menuju kamaranya, karna memang kamarnya ada dilantai dua.
Kinal mengetuk pintu kamarnya itu
"Ve, apa kamu udah selesai?"

"Bentar nal, aku masih ganti baju"

Untung saja Kinal tidak langsung masuk dan berinisiatif mengetuk pintu terlebih dahulu, ntah kenapa dia bersikap seperti itu, padahal biasanya dia akan nyelonong masuk seenaknya saja, toh itu kamarnya kan.

Tidak menunggu waktu lama Ve pun berteriak lagi "masuk nal"

Kinal pun masuk kedalam dan tersenyum kepada Ve.

"Ve, kamu sudah mengerjakan tugas dari bu meta?" Tanya Kinal sekedar untuk mencairkan suasan karna sedari tadi Ve hanya diam. Tidak seperti biasanya kali ini Ve menjadi seperti anak baik-baik yang akan hanya menjawab pertanyaan Kinal dengan anggukan dan senyuman.

Kinal dan Veranda memang beda kelas tapi karna masih dalam satu jurusan yang sama mungkin tugas yang dikasih oleh gurunya pun terkadang sama, bukan terkadang sih ya memang sama.

"Belumlah, lagian dikumpulinnya masih minggu depan kali ngapain ngerjain sekarang rajin amat" Kini nada bicara Ve sudah kembali seperti Ve yang Kinal kenal, yang ceplas ceplos dan asal ngomong, kalau dipikir-pikir kelakuannya itu tidak pas sekali dengan wajahnya yang bak bidadari.

"Dasar" Kinal hanya menjawab pertanyaan Ve dengan nada gemasnya.
"Gimana kalau kita kerjain sekarang aja?"

"Hm gimana ya nal, sebenernya aku males banget buat ngerjain tugas, tapi kalau kamu maksa yaudah deh boleh, lagian aku lagi males mikir aku bantu doa aja ya yang ngerjain tugasnya kamu gitu" jawab Ve panjang lebar dengan nada ledekannya.

Kinal mengangkat sebelah alisnya seakan berkata "enak di lo gk enak digw"

"Gimana nal?" Lagi Ve bertanya seakan benar-benar ingin meledek Kinal.

"Aku ngajakin ngerjain tugas bareng Veranda, bukan kamu yang asal mengcopy hasil punyaku"

"Loh loh kan kita memang mengerjakan tugas bareng Kinal, kamu mengerjakan, aku berdoa untuk kelangsungan dan kelancaran mu bukan kah yang terpenting kita mengerjakannya bersama-sama? siapa yang mengerjakanya tidak penting kan?" Kini Ve terlihat seperti menahan tawanya, melihat ekpresi Kinal yang lucu sekali.

"Yaaaya , Jessica Veranda. Baiklah mari kita kerjakan, dan bersiap-siap lah berdoa untuk kelancaranku"

"Hahahahahahahah"






Tbc:))

Aneh ya ceritanya hehe 😛 yang hari ini baru aja dapet moment Venal udah deh gk usah cengar cengir aja kering tuh gigi 🙊
#TeamVeNalID

Suzukake Nanchara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang