Ketigabelas (Rasa)

2.2K 237 33
                                    


"Apa?"

"Apa kamu mencintai Steve?"

Deg.... deg .. deg.
Detak jantung Ve seketika berdetak lebih cepat.
Veranda bingung harus menjawab apa pertanyaan Kinal ini.

Seharusnya mudah saja ia jawab "iya" tapi rasanya seperti ada hal yang menyekat tenggorkannya sehingga ia susah untuk mengatakan hal itu.

"Emm, kenapa memangnya?
Bukannya menjawab pertanyan Kinal, Ve malah balik bertanya.

"Jawab saja, yay or nay?"

Kini posisnya Kinal sudah berada disamping Ve, mereka berdua berdiri menatap kedepan dengan pikirannya masing-masing.

"Kalau aku jawab iya, apa kamu akan menjauhiku?"

Hancur hati Kinal, kini dia merutuki dirinya sendiri kenapa harus bertanya demikian dan kini hatinya patah sepatah-patahnya.

Kinal menghela nafasnya masih menatap jauh kedepan.

"Kenapa harus menjauhimu? Itu hak mu Ve, kamu bebas mencintai siapa saja"
Kinal mencoba tersenyum didepan Veranda.

"Ntalah aku mencintainya atau tidak yang jelas aku nyaman saat bersama Steve"

Lagi ucapan Ve mampu mematahkan hati Kinal berkali-kali.

"Ve?"

"Hmm?"

"Kamu menyayangiku?

"Tentu, kenapa?"

"Apa kamu tetap menyayangiku, sekali pun Steve sudah menjadi kekasihmu?"

Ve pun menatap Kinal penuh tanya.

"Aku hanya takut kehilanganmu Ve"
Kinal menatap Ve begitu sendu dia benar-benar takut kehilangan Verandanya.

"Aku gak kemana-mana Kinal, aku tetap Verandamu" jawab Ve tersenyum.

Hati Kinal sedikit bahagia akan ucapan Ve tadi seakan ucapan Ve tadi memberi sedikit kekuatan untuk menenangkan Kinal, kalau Ve memang tidak akan kemana-mana.

"Yaudah, sekarang kita masuk yuk, anginnya gak baik buat kesehatan, nanti anak mamah ini masuk angin lagi" Ve mendelik kearah Kinal mencoba meledek Kinal sekedar untuk mengalihkan pembicaran.

Ssbenarnya Ve pun tak yakin akan ucapannya tadi, apakah dia masih tetap sama seperti dulu ketika dia sudah menjadi pacar Steve, Ve menggeleng menghilangkan keraguan itu.

*****


Sinar mentari sudah menampakan ekistensinya, itu terbukti ketika Kinal sedikit menggeliat akan perlakuan sang mentari pagi ini yang sinarnya menelungsup masuk hingga pori-pori kulit Kinal.

Saat benar-benar sadar akan mimpi indahnya, Kinal melihat jam yang sudah menunjukan pukul 9 pagi, pantas saja matahari sudah begitu terik, ternyata dia telat bangun, tapi tak apa-apalah toh hari ini hari mingggu.

Kinal tidak mendapati Ve disampingnya, saat sedang bertanya dalam hati, tiba-tiba suara gemricik air dari dalam kamar mandi sudah mampu menjawab pertanyaan Kinal itu.

Rasanya malas sekali untuk benar-benar membuka mata pagi ini, Kinal yang tadi sudah sadar kini malah menelungkupkan kembali kepalanya kebantal milik Veranda, dia cium dalam-dalam aroma strawbery itu, ah nyaman sekali rasanya, aroma itu seperti aromatherapi yang mampu membuat Kinal memejamkan matanya kembali.

Emang dasarnya aja sipaus doyan tidur~

*****


Ve pun keluar dari kamar mandi sudah memakai pakain santainya dengan handuk melilit dikepalanya yang basah.

Suzukake Nanchara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang