Keduapuluhdua

1.8K 237 35
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, Kinal baru saja memasuki pekarangan rumah Veranda.

Ada sedikit keraguan yang membuat hati Kinal tak tenang, penolakan yang akan Veranda lakulan terus membayangi diri Kinal.

Tapi kalau Kinal tak menjelaskan semuanya, Veranda akan semakin salah paham.

Kinal menatap lantai kamar Veranda yang berada dilantai 2 dari bawah halaman rumah Veranda.

"Lampunya masih nyala" Kinal bergumam menatap kamar bidadarinya.

Kinal melempari jendela kamar Ve dengan batu-batu kecil. Karna fikir Kinal kalau bertamu secara baik-baik tidak sopan diwaktu yang sudah cukup larut.

Yaa sopan pandangan Kinal dan kita kan berbeda jadi yasudah biarkan saja kalian tak usah protes.

Kinal menghubungi Ve melalui ponsel genggamnya, sudah berapa kali dia melempari jendela Ve dengan batu kecil tapi tak ada tanda-tanda kehidupan dibalik kamar itu.

"Angkat dong Veranda"

Hingga panggilan ke 5 pun Veranda tak mengangkatnya.

"Apa dia sudah tidur? Ah tidak mungkin, lampu kamarnya masih menyala" Kinal trus berbicara pada dirinya sendiri.

Kinal sudah mulai putus asa, dia sudah berdiri didepan rumah Veranda 1 jam lebih tapi tak membuahkan hasil.

"Ve, angkat telponku"

Begitulah isi pesan yang Kinal kirim kepada Veranda

Lagi sekarang Kinal mencoba menghubungi Veranda melalui panggilan ponselnya.

"Halo, Ve"

".."

"Aku bisa jelasin semuanya, Ve"

"..."

"Aku ada didepan rumahmu, bisa kah kita berbicara"

Tanpa ada jawaban lagi diseberang sana, Veranda memutuskan telponya begitu saja.

Kinal hanya bisa menghela nafasnya panjang.
Sekarang Kinal bingung harus berbuat apa.

Baru saja hendak melangkahkan pergi meningglakn rumah Veranda.

Tiba-tiba suara yang sangat Kinal harapkan terdengar ditelinga Kinal.

"Ada apa?" Veranda keluar rumah dengan tatapan yang begitu sulit diartikan.

Tak ada lagi sapaan manis senyum yang mengembang yang biasa Kinal dapati dari bidadarinya.

Yang ada hanya tatapan marah dengan mata sembab, siapapun yang melihatnya pasti akan mengetahui kalau orang ini baru saja mengeluarkan cairan bening dari matanya.

"Aku minta maaf Ve" lirik Kinal menatap Ve penuh dengan tatapan memohon.

"Apa maumu?"

"Maksudmu?"

"Aku sudah melepaskan Steve, untukmu, apa ini pembalasan untuku?" Ucap Veranda dengan mata yang memerah.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Ve"

"Kau ingin aku merasakan kecewa juga seperti apa yang ku lakukan kepadamu? Iya? Jawab Kinal?!"

"Apa yang kau katakan?"

Kinal mencoba meraih tangan Veranda namun Ve menepisnya begitu saja.

"Aku tak pernah berniat sedikitpun untuk menyakitimu Ve"

"Ha! Omong kosong" ucap Ve emosi.

"Lalu apa yang tadi kulihat ha? Khayalanku? Aku lihat dengan mataku sendiri Kinal!"

Suzukake Nanchara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang