KeTigapuluhSatu

1.6K 220 36
                                    

Suara teriakan dari ayam jantan memaksa Kinal untuk membuka matanya, hari ini adalah hari pertamanya menjadi seorang mahasiswi.



2 tahun berlalu.



Ia memulai hidupnya di kota papahnya, ia pergi meninggalkan dua hati yang masih menggantung menunggu jawabanya.

Membiarkan mereka melayang terus dalam hidiupnya, penyesalan seakan terus menghantui hidupnya, ia selalu mencoba hidup seperti biasanya tanpa beban apapun tanpa hal yang selalu mengaganggu pikirannya.

Namun itu tidak bisa.


Nama Yona dan Veranda tetap nama yang selalu melekat dihati Kinal.

"Kamu yakin Nal mau pindah?"

"Iya, Nju papahku disuruh ngurusin eyang, ya maklumlah udah sepuh"

"Kan tanggung banget Nal, 1 tahun lagi aja gak bisa? Sampe kita lulus gitu?"

"Gak bisa Nju"

Shania merasakan kehilangan, kini sahabatnya yang sudah menemaninya selama ini memutuskan untuk pergi dari kota jakarta.

Shania menghembuskan nafasnya kasar, ia hanya bisa mendukung apapun keputusan Kinal.

Shania tau, bukan hanya eyangnya yang menjadi alasan Kinal, tapi perasaan terhadap Yona dan Veranda pun Shania yakin itu yang menjadi alasan Kinal pergi.

"Ka Yona sama Ka Ve tau?"

Kinal seketika menghentikan semua aktifitasnya yang sedari tadi ingin sedang membereskan semua alat tulisnya.

Menatap Shania seakan memohon untuk tidak membahas keduanya.

"Lo harus ngomong Nal, gak bisa asal pergi gitu aja"

"Tapi Shan..."

"Nal, gw yakin lo bukan seorang pengecut yang hanya pergi tanpa memberikan penjelasaan apapun"

"kalau memang lo gak bisa buat milih salah satunya, coba jelaskan kepada mereka kalau lo emang gak bisa"

"Tapi mereka tetep gak bisa ngerti Nju"

Shania membuang nafasanya sembarang, menatap iba pada sahabatnya.

"Yaa, seenggaknya lo kasih tau, kalau lo mau pergi"

"Iya" hanya itu yang mampu Kinal katakan.



"Sayang udah bangun? Cepet siap-siap ya, mamah, papah sama eyang tunggu di meja makan"

"Iya Mah"

Kinal turun dari tempat tidurnya, membereskan rapih kamarnya, kini ia menuju kamar mandi bersiap untuk menyegarkan tubuhnya.


"Aku gak apa-apa Nal, kalau kamu emang milih Ve, tapi jangan pergi dari sini" ucap Yona penuh harap.

"Gak bisa Ka, kalau aku tetap disini itu hanya membuatku semakin merasa bersalah"

"Tapi, Nal..."

"Ka, tolong ngertiin posisiku"

Yona meneteskan air matanya, ia tak menyangka keputusan Kinal sungguh membuat hidupnya gelap, warna dalam hidupnya seakan terhapus oleh kenyataan yang begitu pahit.

"Kita bisa kapan pun bertemu, kapan pun Ka Yona mau"

Yona menangis didepan adik kelas yang tak tau dirinya itu, adik kelas dengan mudahnya membuat hatinya remuk.

"Aku gak bisa jauh dari kamu Kinal"

"Aku takut, rasa rindu ini mampu membunuhku lebih mengancam ketika melihatmu bersama Veranda".

"Aku tak apa, lebih baik melihatmu bersama yang lain, asal kau masih tetap ku lihat, itu sudah cukup"

Kata-kata Yona semakin membuat Kinal merasa bersalah, ia begitu jahat manyakiti hati setulus Yona.

Kinal memeluk Yona, memberikan kehangatan untuk terakhir kalinya.

Menyampaikan segala perasaannya untuk Yona, seakan mengungkapkan kalau ia pun begitu mencintai Yona dan tak ingin membuat Yona sakit.

"Maafkan aku, Ka"

"Aku pergi"
Kinal melepaskan pelukannya, menatap netra indah Yona, yang biasanya akan menatapnya tajam namun kini mata tajam itu dibasahi air yang menggenang jatuh hingga wajah cantiknya.

Yona memejamkan matanya, mengubur semua kesakitannya, ia harus menerimanya, karna ini sudah keputusan Kinal.




Kinal menatap dirinya dicermin, badan tegapnya berdiri kokoh memandang bayangannya dalam cermin, tanganya bekerja mengancingkan bajunya secara teratur.

"Apa kabar kalian disana?"

Memang semenjak kepergiannya, Kinal tak pernah tau kabar berita dari 2 orang gadis yang ia cintai.

Yona memang sempat memberinya kabar, namun hanya untuk beberapa bulan setelah itu ia tak ada kabar hilang.

Bagaimana dengan Veranda?

Ntahlah, pertemuan terakhirnya itu begitu membuat Veranda sakit dan Veranda tidak bisa menerima kepergian Kinal.





"Ve"

Tubuh Veranda hanya diam, mematung berdiri dibalkon kamarnya.

"Jika, kau kesini hanya untuk berpamitan, pergilah"

Veranda memang sudah mengetahui kepergian Kinal itu dari Shania.
Shania mengtakan itu semua hanya takut Kinal tak mengatakannya semuanya kepada Ve.

"Aku tak ingin mendengarkan penjelasaan apapun darimu"

"Baiklah, sore ini aku akan pergi kejogja dan menetap disana, jaga dirimu baik-baik disini Ve, maafkan aku yang membuatmu sakit"

Veranda meneteskan air matanya, rasanya ingin sekali berhambur memeluk Kinal untuk terakhir kalinya namun rasa ego nya mampu mengurungkan semua niatnya.

Ia marah dengan Kinal, ia membenci Kinal, egonya begitu besar kokoh dalam pendiriannya, sekalipun ini adalah pertemuan terakhirnya tapi ia tak mampu mendekap erat tubuh Kinal hanya karna rasa gengsi.

"Ve, aku pergi"
Kinal melangkahkan kakinya berat seakan kakinya tak bisa melangkah menjauh dari Veranda.

Kinal pergi menjauh dari kamar Veranda, dengan rasa bersalah yang berkecamuk dalam hidupnya.




"Sayang, kok gak turun-turun, kamu gak tidur lagi kan?"

Kinal tersadar dari lamunannya kembali menata pikirannya yang sudah jauh berjalan kemasa lalu.


"Sebentar lagi Mah" ucapnya menjawab pertanyaan mamahnya.



























TBC
#TeamVeNalID

Suzukake Nanchara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang