Satu ?

3.7K 162 1
                                    

Dengan mata masih berat gadis itu melirik weker putih di atas nakas yang menunjukan pukul sembilan. Pantas kalau perutnya mulai protes minta diisi. Dengan gontai lantas gadis itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi.

Setelah itu dengan tidak sabar Mayang bergegas meninggalkan kamar. Dalam bayangannya di meja makan pasti sudah terhidang aneka macam masakan Adam yang enak. Ia membuka kunci pintu kamar lalu melangkah melewati ambang pintu dengan tidak selamat.

Tubuhnya terpelanting dan akhirnya jatuh. Sebuah benda menggelinding, nyaris jatuh menuju anak tangga, namun buru-buru Mayang kejar dan menariknya.

Sakit di bokongnya ia lupakan setelah menatap tak percaya apa yang ada di tangannya sekarang. Sebuah skate board terkeren bermerk Alien dengan warna hitam putih.

Mayang tak bisa berkata-kata, dia hanya bisa ber-waaaaaaw-ria sambil meneliti benda ditangannya itu.

Tanpa tunggu lama Mayang segera menuruni tangga. Ia mencari keberadaan Kakaknya, ke kamar, ke ruang tamu, bahkan ke dapur tapi Adam tak ditemukan.

Dan akhirnya ia pergi ke halaman belakang rumah. Mayang tersenyum lebar ketika melihat Adam tengah mengenakan celemet putih ala-ala koki dan selain sedang bertelponan ia juga sibuk membolak-balik daging bakar. Dengan semangat Mayang menyergap punggung kakaknya dari arah belakang.
"Bang Adaaaaaaam... love you!" katanya setengah berteriak.

"Buset dah!" ujar Adam setelah menerima terjangan di punggungnya. Lelaki berotot itu mengakhiri panggilannya. "Apa sih lo Dek?" katanya kemudian.

"Thank you..." kata Mayang semakin mengeratkan pelukannya.

"What for?" Mayang diam tak menjawab. "Oke, gak usah alay itu emang kewajiban gue mengurus lo. Gua kan Abang lo, jadi yaaaah... gak masalah gua berperan sebagia bapak sekaligus ibu." Sejurus Mayang menumpuk bahu kakaknya.

"Bukan itu maksud gue, tapi ini!" Mayang menarik kakaknya agar menghadap ke arahnya lalu ia mengacungkan skateboard di tangannya.

Adam merengut menatap papan skate bermerk di tangan adiknya. "Dari mana lo dapet itu?" celetuk Adam.

"Loh kan Kakak yang kasih," sahut Mayang. Tapi tatapan dan pertanyaan itu bukan ditujukan padanya.

"Loak!" Sahut sebuah suara di belakang Mayang.

Mahesa, sedang bersandar santai di frame pintu sambil melipat kedua lengannya. Adam hanya terkekeh dan kembali melakukan aktivitas bakar dagingnya. Sementara Mayang melongo tak percaya tapi langsung segera mingkem saat menyadari rona di pipinya merayap hangat. "Loak?" tanyanya kemudian.

Sebagai jawabannya Mahesa hanya memamerkan senyuman miringnya.

Mayang mengernyitkan bibirnya. Lalu meneliti benda di tangannya. "KW ya?" tanyanya.

"Enak aja!" Sahut Mahesa segera.
"Gua keluarin uang gede buat beli itu!" Mahesa menghampiri dan duduk di kursi, dimana di dekatnya ada sebuah meja yang sudah penuh dengan hidangan.

Mayang ikut menghempaskan diri di sebrang Mahesa. "Makasih deh!" katanya dengan jutek.

"Dam, cuma gitu aja?" tanya Mahesa kepada Adam.

Adam hanya menyungingkan senyum lalu geleng-geleng kepala. Adik dan sahabatnya memang susah buat akur, pikirnya.

Mayang menyimpan papan skatenya di bawah meja, niatnya ia kan mau sarapan tapi Mahesa segera mengernyitkan dahi. "Simpen yang bener, mahal!" katanya.

"Mahal? Dapet duit dari mana?" tanya Mayang. Adam yang sedang menghidangkan bebek bakar melirik Mahesa dan tersenyum misterius.

"Terima aja, halal haramnya urusan gua." Mayang yang nyaris memasukan sebuah anggur ke mulutnya menggantungkan tangannya dan malah menatap Mahesa dan kakaknya bergantian. Adam tersenyum misterius dan Mahesa membalasnya dengan senyum serupa.

BILURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang