Sebelas 😍

1.4K 71 8
                                    

Malam tiba, sehabis pengarahan untuk kegiatan besok hari Bumi, Reno, dan Ali memilih beristirahat tepat di depan tenda. Ali bersandar di pohon sambil memetik gitar, Bumi duduk di potongan batang pohon yang tergeletak di dekat api unggun yang ia buat, dan Reno memilih merebahkan diri di lahunan Ali sambil bersenandung.

"Cunguk satu mana sih!" Ujar Bumi sambil berkutat mengorek sebatang ranting yang ia masukan ke dalam api.

"Paling sama si Mayang," sahut Reno keluar dari lirik lagu yang sedang dinyanyikannya.

"Tangkuraaaak," sebuah seruan terdengar bersamaan dengan sosoknya yang muncul kemudian duduk di atas tikar, didekat Reno. Mahesa mencomot kemasan keripik yang tergeletak tak jauh dari Reno, didekap dan mulai menikmati cenilan terdebut.

"Bajeeng lo! tangkurak kan gak berotak!" Sahut Bumi.

Mahesa terkekeh, "Jingga nanyain," katanya kemudian.

Mendengar itu Bumi langsung beringsut bangkit, "anyeng! gua lupa." Kemudian ia pergi dengan teburu-buru.

"Apaan sih?" tanya Reno yang geli melihat tingkah Bumi. Ali tidak menjawab ia tetap memetik gitarnya dengan hidmat.

"Wahahaha!" Belum sempat menjawab, Mahesa tertawa kencang sambil menatap ke arah Bumi yang terelincir ketika berlari menuruni bukit. Reno dan Ali serentak terbangun, duduk tegak sambil melongok ke arah Mahesa menatap, kemudian keduanya ikut tertawa.

"Fuck!" teriak Bumi, bangkit mengacungkan jari tengah kepada teman-temannya, kemudian ia kembali melangkah pergi dengan cepat. 😠

Ali 😆
Reno 😂
Mahesa 😅
Mereka bertiga hanya bisa tertawa.

Setelah beberapa detik, tawa Ali dan Reno surut perlahan. Mereka saling lirik satu sama lain, lalu menatap Mahesa dengan tawa yang sudah benar-benar lenyap. Mungkin malah tergantikan oleh ekspresi bengong karena tak percaya dan agak kagum. Melihat Mahesa tertawa terbahak itu, agak mahal, jarang. Biasanya Mahesa hanya tersenyum, kalau tingkat suatu kekonyolan membuat yang lain tertawa terbahak, biasanya Mahesa hanya terkekeh, ya pernah sesekali juga tertawa terbahak, cuma sangat jarang. He's calm boy ever. Tapi kali ini, Mahesa terlihat jadi lebih berekspresi dengan tawa terpingkal-pingkalnya.

Dengan sisa-sisa tawanya Mahesa melirik Ali dan Reno. Lalu ia sadar jika kedua temannya itu terdiam, tak mengindahkan ajakan tawa yang ia utarakan. Maka perlahan tawa itu pun lenyap, sekarang ia malah terlihat kembali kaku dan kikuk. "Lo berdua kenapa? Liatin gua kek gitu?"

Senyuman lebar Rebo pun mengembang seketika, jika saja ada anak kecil yang melintas dan melihatnya pasti dia akan ketakutan. Terlalu lebar sehingga malah seram. Sementara Ali kembali terkekeh.

"Paan sih?!" tanya Mahesa.

"Tau gak Ca?" ujar Ali.

"Ya kagak lah!"

Dengan berusaha menahan tawa yang menggelitik, Ali menghela napas "Lo tuh jadi agak beda sekarang," katanya, kernyitan di kedua sudut bibir Ali menandakan ia susah payah menahan tawa geli.
Mahesa merengut, sedangkan Reno mengangguk-angguk setuju.
"Ya... jadi agak sumeringah gitu, ya kan Ren?"

"Yoi bro! Semenjak lo cemiwiwan gitu sama Mayang."

"Cem-cemi...wiw apa sih ah!" Mahes merebahkan dirinya, berbalik memunggungi Reno lalu berapi-api sibuk dengan ponsel yang ia cabut dari saku celananya.

"Kita seneng, ya kan Li?"

"Hmmmh Ca buahahah!" sahut Ali.

Mahesa hanya menggeram sebagai sahutannya. Diam ia merenung dan menalaah diri, akhirnya Mahesa sadar juga, jika ia pun merasakan ada perubahan dalam dirinya.

BILURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang