Dengan kerah baju masih ditarik Mahesa Elang gelagap berusaha menjelaskan. "Oke Ca, rileks! Biar gua jelasin kenapa gua ada di sini!"
"Emang sepatutnya!" Sahut Mahesa.
"Gua," ucapan mematung dari Elang membuat Mahesa benar-benar penasaran. "Gua, udah tahu siapa pelakunya Ca!"
.
.
.
.Elang.
Hai, untuk pertama kalinya aku menyapa kalian dengan suaraku sendiri. Kau harus lebih mengenalku. Aku senang bertemu dengan orang-orang baru, dan biarkan aku mengisahkan secara singkat, mengenai perjalnan hidupku.
Aku menghabiskan waktuku di panti asuhan. Siapa dan dimana orang tuaku, aku tidak tahu. Aku menjalani kehidupan di panti bersama sahabatku Syamsi. Dia sudah kuanggap seperti kakak ku. Sampai suatu hari, seseorang menyuruhku pulang. Lelaki paruh baya, seorang komisaris polisi kota bernama Hartono. Namun suatu hari dia memaksaku menandatangani surat warisan sebagai penerima hak tersebut. Dia bilang dia hanya utusan dari kedua orang tuaku yang sebernarnya. Jadilah aku seorang remaja miliarder seperti sekarang. Anggap saja remaja, walau umurku sekarang menginjak nyaris dua puluh tahun. Untuk menemani hidupku yang megah namun kosong, kutarik Syamsi dan beberapa teman lain.
Ya, dalam kemewahan itu, aku tidak bahagia. Siapa kedua orang tuaku yang tidak pernah mau menemuiku itu? tiba-tiba memutuskan jalan kehidupanku begitu saja. Mendikte beberapa dalam hidupku, apa saja yang harus kulakukan, sekolah di sini, jangan pernah tidak masuk rangking. Bodo amat! Aku tak pernah menghiraukan surat-surat yang mereka kirim melalui suruhan pribadi mereka. Punya hak apa dia atas diriku? Tapi walau terkadang benci, aku selalu merindukan keduanya. Aku bertanya ke sana kemari tentang keduanya. Dan paman selalu bungkam seperti yang lainnya. Jadi yang kutemukan hanyalah setumpuk persepsi nyaris sama. "Mungkin orang tua mu itu orang kaya yang begitu penting dan sangat diburu, jadi kau diamankan." Yang benar saja? Siapa mereka? Pembunuh bayaran? CEO kaya raya super sibuk? Kaum elit pengendali negri? Atau para pemuja setan? Maaf. Tak seharusnya aku berpikiran begitu kepada mereka.
Momen dan kehadiran orang-orang di hidupku sama seperti makanan yang mengganjal kekosongan perut. Setelah kau buang ari besar, kau akan kembali lapar. Beberap diantara mereka mendekatiku hanya karena uang.
Memang aku banyak menghamburkan uang. Membaginya secara cuma-cuma. Berpesta. Balapan. Dan mengencani beberapa wanita. Aku cukup brengsek, tapi aku tak pernah bisa melihat orang lain susah, terutama ketika melihat para penegemis dan anak jalanan, aku pernah hidup susah seperti mereka. Ya, aku hidup diantara Yin dan Yang
Masalah asmaraku bermula saat aku menemukan seorang gadis kuat. Dia keras kepala, judes namun lugu. Ah entah, dia tidak terdefinisi. Aku tertarik padanya, tapi dia sulit ditaklukan. Samapi aku merasa jika kali ini betbeda. Biasanya aku tertarik dengan latar belakang penasaran. Sekarang padanya, aku tertarik secara perasaan. Dia teman sekelasku yang diam-diam menyukai balapan, dan dari sana lah, akhinya dia berteman denganku, bergabung dengan gengku sesekali.
Dia adalah Mayang. Kami dekat, dan aku berharap. Tapi sayang, dia memasang sekat. Buat aku sekarat menantinya. Lalu berakhir tamat. Setelah acara kelulusan sekolah, dia mengikat suatu hubungan dengan Mahesa Abimanyu. Awalnya Mahesa dan Mayang seperti hubunganku dengan Mayang. Hanya teman dekat. Namun mereka tidak tersekat. Malah semakin erat. Dan aku sih sudah membaca, jika memang keduanya seperti saling tertarik secara diam-diam. Ketika mereka memutusakn memiliki hubungan spesial itu, kurayakan hari itu sebagai hari patah hati pertama dalam hidupku.
Dan seperti cerita yang kau buntuti ini, itulah keadaan mereka sekarang. Dan inilah posisiku sekarang.
Aku sedang membantu Mayang membongkar kasus yang terjadi dalam keluarganya. Meski pun belum membuahkan hasil, aku berharap David, si detektif yang kusewa jauh-jauh dari luat negri bisa menemukan benang merah.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
BILUR
Teen Fiction"Tuhan mengirimkan kamu, sebuah paket yang diletakan begitu saja di depan pintu usang." Mayang: Kalau udah kenal banget... Eca itu... banyakin sabar pokonya!! Mahesa: Mampu mengalihkan gue dari titik fokus, dasar cwek freak!