[Ch 8] Pesta Kembang Api

815 121 13
                                    

Helaan nafas terdengar dari dua gadis dengan kepribadian yang berbeda, Sakura dan Ino, saat mereka merapikan peralatan yang baru saja mereka gunakan dan bersiap untuk pulang.

Tanpa sengaja, Sakura melihat Naruto menghampiri Hinata, dan itu membuatnya penasaran tentang hubungan mereka. Hinata terlihat malu-malu sementara Naruto tampak kebingungan—sebuah pemandangan yang agak manis.

"Ada apa dengan mereka?" tanya Sakura pada Ino, matanya penuh dengan rasa ingin tahu.

"Mereka pacaran," jawab Ino dengan nada santai. "Tapi kurasa keduanya kesulitan untuk sekadar berkomunikasi."

"Aneh sekali," Sakura mengomentari.

"Ya, memang seperti itu," Ino mengangguk. "Kau tahu, mereka sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Selalu malu-malu. Hinata terus memimpikan Naruto mengajaknya berkencan, sementara Naruto berharap Hinata lebih terbuka. Aku sering menasehati mereka, tapi hasilnya tetap sama. Bahkan mereka jarang saling membalas pesan atau menelepon. Aku jadi tidak yakin mereka saling bertukar nomor ponsel, padahal itu hal yang sangat normal dan menyenangkan."

"Kuharap romansa mereka akan membaik," ucap Sakura, walaupun di dalam hatinya masih ada tanda tanya besar.

"Kita sama-sama mendoakannya," Ino setuju. "Ngomong-ngomong, bagaimana perkembanganmu dengan Sasuke?"

"Apa-apaan itu?!" Sakura terkejut.

"Aku hanya berpikir, aku tidak akan mengabaikan seseorang yang ada di hadapanku demi keegoisanku. Cobalah berpikir positif tentangnya. Sasuke mungkin bisa menjadi fondasi awal masa depanmu." Ino tersenyum tulus. Meskipun dia merasa ada sesuatu yang ganjil, dia tidak mempermasalahkannya. Kata-katanya mengalir begitu saja.

"Yaa, aku ingin kau mencoba, tapi jangan lakukan jika itu berat." lanjut Ino.

Ino mengangkat sekantong barang yang sudah siap dipindahkan dan pergi begitu saja. Sakura merasa bersyukur karena Ino berhasil menorehkan sesuatu di hati dan pikirannya. Kata-kata Ino tampaknya benar-benar meninggalkan bekas, dan Sakura mulai merenungkan maksud dan tujuan dari perkataan tersebut.

"Tapi Ino, bisakah aku percaya pada seseorang yang sebenarnya sangat berhati-hati padaku?" gumam Sakura pelan, menatap punggung Ino yang semakin menjauh.

...

Sakura melempar tasnya sembarangan lalu menerjang kasur empuknya. Dia membuka satu kancing yang terasa mencekik leher dan dengan cepat menyelipkan tangan di bawah bantal. Rekam memori yang datang tiba-tiba mengganggu ketenangannya.

"Kenapa semuanya datang tiba-tiba? Mulai dari mencari tahu siapa yang membunuh ibuku, menyaingi Sasori, hingga masalah dengan Sasuke. Dan beberapa waktu lalu, seorang gadis memanggilku kakak. Semua ini membuatku pusing," keluh Sakura sambil memejamkan matanya sejenak. Saat matanya terbuka, bulatan pupilnya mengecil.

"Tunggu, apakah dia?" Sakura bangkit dan mencari foto seorang bayi berambut pirang.

"Aku tidak bisa begitu saja mempercayainya tanpa bukti," gumamnya sambil kembali terjatuh di kasur dan menatap lekat foto tersebut. Aktivitasnya terhenti ketika ponselnya berdering, menerima pesan singkat.

"Jangan telat atau aku akan menghukummu!"

Raut wajah Sakura berubah menjadi sangat serius dan penuh kehati-hatian. Sudah seminggu berlalu semenjak Sasuke berhasil menemukannya di labirin.

Tanpa membuang waktu, Sakura segera bangkit dan berlari kecil menuju kamar mandi. Dia hampir lupa bahwa hari ini ada kencan dengan Sasuke—hadiah PIV yang tidak diinginkannya.

"Berendam dengan air hangat bisa mengembalikan ketenangan dan pikiran positif," ucap Sakura, berusaha menikmati mandinya meskipun singkat.

Setelah selesai mandi, Sakura keluar dari kamar mandi dengan cepat, mengenakan gaun malam yang sederhana namun elegan. Rambutnya yang masih lembap disisir rapi, sementara pikirannya terus melayang pada pesan singkat dari Sasuke. Dia tahu waktunya sudah mendesak.

The Damsel 🔞 || SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang