Bunyi mobil yang menghilang di kejauhan menandakan bahwa Sasori telah pergi, dan Sakura tak bisa menahan senyum puasnya. Dia merasakan kebebasan yang mendebarkan, kesempatan untuk melaksanakan rencananya yang sudah lama ia siapkan.
"Aku tidak mendapatkan darahmu, berarti aku harus mendapatkan rambutmu!" ujarnya, penuh semangat sambil mengutak-atik tombol password kamar Sasori dengan tangannya yang cekatan.
"Kenapa juga harus memakai password? Apa barang-barangnya begitu berharga semua?" batin Sakura, merasa jengkel dengan penghalang yang seharusnya tidak merepotkannya.
Butuh waktu 15 menit bagi Sakura untuk membobol pintu kamar Sasori. Ketika akhirnya pintu itu terbuka, ponsel Sakura tiba-tiba menyala biru, memberikan tanda bahwa sistem penangkal yang dia pasang siap digunakan. Begitu masuk, dia segera menggeledah setiap sudut kamar dengan cepat.
Di atas meja rias, matanya tertuju pada sebuah sisir. "Ha! Satu sehelai rambut!" pikirnya, lalu dengan gesit memasukkan helai rambut tersebut ke dalam plastik kecil. Namun, perhatian Sakura tak berhenti di situ; di sudut lain, dia melihat sebuah komputer di meja kerja.
"ASc? Nama ini seperti sudah aku kenali," gumamnya, mendekati perangkat tersebut. Ketika tangannya hendak memencet keyboard, sebuah cahaya biru samar muncul dari dalam keyboard itu.
"Uh, hampir saja! Untung aku sudah mengaktifkan penangkal," pikirnya dengan lega.
"HHKB HG japan? Keyboard max?" gumam Sakura, terpesona oleh kemewahan teknologi di hadapannya. "LED, MIC, lens, dan sensor keyboard. Penjagaanmu memang ketat."
Sakura mulai mencari-cari di dalam laci meja dan akhirnya menemukan sarung tangan anti-sensor lengkap dengan radio penangkal. Dengan persiapan yang matang, ia mencoba memasukkan beberapa password, tetapi gagal.
"ASc 020456?" serunya, dan kali ini berhasil.
"Serangga Merah, jadi ini yang kau lakukan ya?" Sakura mengeluarkan ponsel lain dari saku dan menghubungi seseorang, suaranya kini lebih serius.
"Ini sudah larut dan kau mengganggu tidurku!" suara di ujung telepon terdengar kesal.
"Baiklah. Kali ini, kau punya tugas. Hanya sekadar menghidupkan komputerku saja," pintanya dengan nada mendesak.
"Kau bisa menyetelnya di ponselmu!" jawabnya, suaranya masih tidak sabar.
"Aku sedang mengaktifkan penangkal! Mana mungkin aku menghidupkan komputer dari ponselku. Itu sama saja mengirim akses secara cuma-cuma padanya. Aku hanya butuh kau terima koneksi yang aku kirim. Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu!"
"Tunggu sebentar, aku sedang mengoneksikannya."
Sakura memutuskan sambungan secara sepihak, tak sabar menunggu balasan yang mungkin akan memperlambatnya.
"Berapa banyak lagi penyadap yang kau pasang? Aku rasa untuk beberapa hari ke depan mereka tidak akan berfungsi," ujarnya sambil tersenyum lebar, sebuah senyuman yang penuh kepuasan.
...
Sasori datang dengan langkah berat, wajahnya terlihat kusut dan tertekuk. Dia mengayunkan botol alkohol di tangannya, menyesapnya lagi dan lagi, namun tidak ada tanda bahwa rasa pahit alkohol itu mampu menghapus kekalutan yang memenuhi benaknya.
Deidara, sahabatnya, yang sejak tadi duduk di pojok ruangan, memperhatikan gerak-gerik Sasori dengan seksama. Dia mengenali tanda-tanda itu. Sesuatu sedang mengganggu pikirannya.
Mata Deidara menyipit, sambil melipat tangan di dadanya. "Kau kelihatan seperti sudah menelan seluruh isi dunia, hm?" Deidara berkomentar, mencoba memancing reaksi dari Sasori. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Damsel 🔞 || Sasusaku
FanficNaruto©Masashi Kishimoto Note: Rate berjalan mengikuti alur. Memiliki cerita yang kompleks, cocok untuk penyuka genre romance, drama dengan sentuhan komedi. SINOPSIS: Sakura, gadis dingin yang menyembunyikan identitas aslinya, tidak ada yang tau bah...