Suasana kelas teredam dalam keramaian yang penuh ketegangan. Para siswa terdiam, kecuali bunyi-bunyi halus dari pena yang bergerak cepat di atas kertas. Raut wajah mereka menunjukkan beban yang berat—ujian yang mereka hadapi terasa seolah tak ada habisnya. Soal-soal di kertas ujian tampak sederhana, namun saat dihadapi, seolah bertambah rumit dengan setiap detik yang berlalu.
Di tengah kehebohan itu, Sakura tetap tenang, memegang pena dengan anggun, dan matanya berfokus pada soal terakhir. Dia mengerjakannya dengan penuh percaya diri, setelah menyelesaikan soal terakhir, dia meletakkan pena di meja dan menarik napas panjang.
“Soal-soal ini bukanlah apa-apa,” bisiknya sambil tersenyum kecil, merasa puas dengan hasil kerjanya.
Dia menatap keluar jendela, membiarkan matanya melayang ke awan yang bergerak lambat di langit biru. Sesaat, suasana gaduh di kelas terasa seperti latar belakang yang jauh. Namun, ketenangannya terganggu ketika sebuah gulungan kertas memukul kepalanya.
Dengan tatapan kesal, Sakura mengambil kertas itu dan melihat pesannya.
“Jidat sialan kau! Berikan aku jawabannya sekarang!” kertas itu datang dari Ino, yang sedang menatap Sakura dengan tatapan penuh tekanan. Ino yang biasanya ceria, kini tampak sangat putus asa, dengan tatapan mata yang seolah-olah memohon belas kasih Sakura.
Sakura mendesah, merasa terganggu oleh permintaan mendesak temannya. Dia menulis balasan dengan cepat, kemudian mengirimnya kempali pada Ino.
“Paket untukmu, idiot!” tulisnya dengan nada sarkastis.
Saat pesan itu diterima, Ino melihatnya dan memutar bola matanya dengan kesal. Tatapan kesal berubah menjadi ejekan kecil saat dia sadar bahwa Sakura baru saja mengejeknya.
“Jidat lebar!” gerutunya, setengah menggeram sambil menatap Sakura dengan mata menyipit penuh penekanan.
Sementara itu, di sisi lain ruangan, Shikamaru tampak tidak peduli dengan kekacauan yang terjadi. Dia berbaring nyaman di mejanya, tertidur lelap seperti biasa, seolah ujian bukanlah sesuatu yang layak dirisaukan.
Namun, suasana riuh di kelas tidak hanya datang dari ujian. Naruto—si rambut kuning dengan energi tak terbatas itu—tidak berhenti membuat kegaduhan. Dia terus mencoba menarik perhatian Sasuke, yang duduk dengan tenang, fokus, dan tampak tak terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
“Psst, psst, Sasuke!” bisik Naruto dengan nada memohon, namun Sasuke tidak menggubrisnya sama sekali.
Frustrasi karena diabaikan, Naruto memanggilnya lebih keras.
“Teme babi! Jangan pura-pura tidak mendengarku!”
Namun, Sasuke tetap tidak bereaksi, hanya sesekali melirik dengan tatapan dingin. Tatapan itu membuat Naruto berhenti sejenak, tetapi dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain.
“Sasuke, tolonglah!” Naruto mulai putus asa. Akhirnya, Sasuke menyerah pada keputusasaan Naruto dan melemparkan kertas contekan kecil kusut yang sebetulnya sudah dia siapkan untuk Naruto ke arah kepalanya.
“Ah, teme.” Gumam Naruto, setengah kesal.
Naruto memungut kertas itu dengan cepat dan langsung menyalinnya, namun waktu yang tersisa sudah semakin sedikit. Suara pengawas ujian, Kakashi, menggema di seluruh kelas.
“Dua menit lagi!” serunya dengan suara serak yang membuat seluruh kelas merinding.
Naruto panik. Dia tahu bahwa dia harus segera menyelesaikan ujiannya, tetapi jawaban Sasuke yang panjang dan rumit tidak membantunya sama sekali. Tangan Naruto bergerak cepat, menuliskan jawaban sebanyak mungkin dari contekan yang diberikan Sasuke.
![](https://img.wattpad.com/cover/101300540-288-k707557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Damsel 🔞 || Sasusaku
Fiksi PenggemarNaruto©Masashi Kishimoto Note: Rate berjalan mengikuti alur. Memiliki cerita yang kompleks, cocok untuk penyuka genre romance, drama dengan sentuhan komedi. SINOPSIS: Sakura, gadis dingin yang menyembunyikan identitas aslinya, tidak ada yang tau bah...