[Ch 15] Kediaman Haruno

528 51 4
                                    

Mobil berjalan perlahan menuju rumah Sakura. Lampu jalan yang redup menyinari wajahnya, membuat senyumnya terlihat semakin samar di bawah bayang malam. Suasana yang tadinya penuh dengan tawa keluarga, kini terasa berbeda, sepi, namun ada kehangatan yang sulit dijelaskan.

Sakura menoleh ke arah Sasuke, melihat pantulan dirinya di matanya yang dingin namun tetap mengayomi. "Aku akan sering menemuinya," gumamnya, hampir tak terdengar, lebih seperti bisikan pada dirinya sendiri.

Sasuke mengernyit. "Apa? Barusan kau mengatakan apa?" tanyanya dengan nada datar namun penuh rasa ingin tahu.

Sakura tersenyum, namun Sasuke tahu, senyum itu tidak sepenuhnya tulus. Ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya, sesuatu yang dipendam. "Bukan apa-apa. Keluargamu menyenangkan," jawabnya ringan, mencoba mengalihkan perasaannya yang mulai terasa berat.

Sasuke tetap memperhatikannya, tahu ada yang tidak beres, namun memilih untuk tidak mengungkapkannya. "Siapa peduli!" pikirnya dalam hati, tapi rasa pedulinya tetap tampak dari sorot matanya yang tertuju padanya.

"Apa yang ibu tunjukkan padamu?" tanya Sasuke, mencoba menutup keheningan yang tiba-tiba menyelimuti mereka.

Sakura tersenyum lebih cerah kali ini, matanya berbinar. "Beberapa hal yang tak terduga," jawabnya penuh kegembiraan. Dalam pikirannya, dia masih teringat bagaimana ibunya Sasuke dengan bangga menunjukkan foto masa kecil mereka, momen-momen yang membuatnya tertawa dan merasa dekat dengan keluarga Uchiha. Salah satunya adalah foto Sasuke sukses menghancurkan dapur, yang diberikan padanya sebagai kenang-kenangan.

Mobil itu kini berhenti sepenuhnya di depan rumah Sakura. Keduanya terdiam sesaat, menikmati keheningan malam.

"Sasuke?" Sakura memanggil namanya, namun tidak yakin apa yang ingin diungkapkan.

"Hn?" jawab Sasuke singkat, mempertahankan sikap dinginnya yang khas.

Sakura terdiam, ragu untuk melanjutkan. "Tidak apa-apa. Terima kasih." Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun lagi. Ada perasaan yang sulit ia ungkapkan, mungkin belum saatnya.

Sasuke menatapnya sesaat sebelum mengulurkan tangan, dengan lembut menyentuh rambutnya yang tergerai. "Tidurlah yang nyenyak," ucapnya sambil memainkan beberapa helai rambut Sakura dengan sentuhan yang tak terduga lembut.

Sakura menunduk sedikit, hatinya berdegup kencang. Ada sesuatu yang begitu menghangatkan dari cara Sasuke memperlakukannya, meski dengan segala ketenangan dan dinginnya, dia tetap merasa diperhatikan.

...

Sakura melepaskan jaketnya dengan letih, melemparnya ke kursi sembarangan. Setelah mengganti pakaian dan menghapus makeup yang menempel sejak pagi, dia duduk di depan komputernya. Hari ini begitu banyak informasi yang diterimanya, dan semua itu terus berputar di kepalanya, membebani pikirannya.

Keberangkatan Fugaku dan Mikoto ke Benua Albion untuk pemulihan—itu adalah hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu?" pikirnya.

Rasa penasaran menggerogoti, memaksanya mengetikkan nama Uchiha ke dalam mesin pencari. Berita demi berita muncul di layar, namun hanya satu sumber yang memberikan informasi signifikan: kehilangan partner bisnis Uchiha yang berdampak pada kelangsungan usaha keluarga besar tersebut.

"Ini tidak cukup," gumam Sakura pelan. "Pasti ada sesuatu yang lebih besar. Mereka tidak mungkin hanya pergi untuk pemulihan." Rasa ingin tahunya makin kuat.

Fakta-fakta yang ada tidak menyusun cerita yang masuk akal. Ada sesuatu yang disembunyikan. Salah satu hal yang paling mengganggu pikirannya adalah pernyataan Mikoto tentang kebakaran yang menewaskan Madara.

The Damsel 🔞 || SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang