Asap harum dari panggangan menyebar, menandakan daging telah matang sempurna. Ino mendekati Tenten yang masih sibuk dengan ritual memanggangnya, matanya berbinar penuh antusias.
“Emm, lezat!” seru Ino setelah melahap sepotong daging yang lembut.
“Tentu saja!” balas Tenten dengan bangga, senyum puas terukir di wajahnya.
Sambil terus mengunyah, Ino mengangguk puas. “Kau benar-benar jago masak. Kau seharusnya buka restoran BBQ. Rasa ini baru buatku—pedas, tapi tidak meninggalkan pedas di mulut. Kau pakai bumbu apa?”
Tenten tertawa kecil. “Kau lupa ya, aku ini setengah Konoha, setengah Negara Tengah. Resep ini dari Ba Shu, pedas di gigitan pertama, tapi bikin ketagihan.” ucapnya sambil mengolesi daging dengan minyak. "Resep sempurna ini diwariskan turun temurun, olesan minyak bawang tunggal, wijen dan rosemary tidak pernah gagal." Tambahnya.
“Oh iya, benar. Tapi ini... luar biasa. Pedasnya tidak main-main,” puji Ino, lalu menambahkan dengan senyum nakal, “Sayang sekali, kau tidak akan pernah buka restoran.”
“Kenapa begitu?” tanya Tenten, bingung.
“Kau sudah membocorkan resep rahasiamu padaku!” seru Ino, tertawa sebelum berlari kecil menjauhi Tenten yang langsung menyadari jebakan tersebut.
Melihat kelakuan Ino, Neji yang baru datang dengan langkah tenang bertanya, “Ada apa?”
Tenten melirik sinis ke arah Ino yang sekarang sibuk menyuapi Sai. “Ino mempermainkanku lagi,” jawab Tenten dengan nada kesal.
Neji membungkuk sedikit, menyamakan tingginya dengan Tenten, sebelum dengan lembut mengacak rambutnya. “Aku tidak akan membelamu,” ucapnya seraya tersenyum jahil, lalu berjalan menjauh.
Tenten mendengus kesal, mencoba mengendalikan diri dan kembali ke tugasnya memanggang.
Tapi begitu dia melirik panggangannya, “Mana dagingku?” tanyanya penuh amarah, melihat panggangan kosong. Dia segera memandang Neji yang sudah duduk santai di tepi kolam, menikmati daging hasil curiannya.
Suasana hening sesaat sebelum terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Tenten melayangkan sandal dari jarak jauh, bagai slow motion, sendal itu melayang melewati Sakura yang segera menunduk untuk menghindar. Sai cepat menarik Ino ke pelukannya, sementara Neji dengan anggun menghindari serangan itu.
Namun, keberuntungan tidak berpihak pada Naruto. “Aaaaaw!” teriak Naruto ketika sandal mendarat sempurna di pipi kanannya.
Tawa Tenten pecah, menggema di tengah-tengah keheningan. Melihat Naruto terhantam sandal justru membuatnya merasa puas. Sementara teman-temannya berusaha menahan tawa, Neji tetap tenang menikmati daging yang dicurinya.
“Wow, itu keren!” puji Temari disertai siulan sambil merekam kejadian tersebut dari atas pohon.
Pasangan lain hanya bisa menyaksikan, sebagian geli, sebagian lagi iba pada Naruto yang menjadi korban.
Akhirnya, mereka semua menyerah, tak ada yang berani mengganggu Tenten lagi, sementara Naruto meringis, merasa babak belur, baik fisik maupun mental.
“Ramai sekali,” ucap Shikamaru, menyimpulkan kejadian itu dengan santai, seperti biasanya.
"Berhenti kalian! Dan kau, Temari, kenapa juga pantai ini disebut pantai pribadi tapi cukup banyak yang berlalu lalang?" teriak Naruto dengan nada kesal sambil menunjuk Temari yang sedang duduk di sebuah pohon.
Temari menggeleng sambil mendengus, "Si bodoh ini, pantai yang memiliki banyak villa, apa penghuninya hanya kau seorang?" balasnya tajam.
Hinata mencoba menenangkan Naruto, "Naruto-kun, di antara villa lainnya, milik Temari yang paling mewah, area pantainya pun sebagian besar berada di wilayahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Damsel 🔞 || Sasusaku
أدب الهواةNaruto©Masashi Kishimoto Note: Rate berjalan mengikuti alur. Memiliki cerita yang kompleks, cocok untuk penyuka genre romance, drama dengan sentuhan komedi. SINOPSIS: Sakura, gadis dingin yang menyembunyikan identitas aslinya, tidak ada yang tau bah...