Setelah malam pesta perayaan tahun jadi Sasuke dan Sakura, pikiran Naruto dipenuhi dengan bayangan Hinata. Kecemasan dan kegembiraan bercampur aduk dalam hatinya saat dia menantikan kencan yang telah mereka sepakati.
Kencan, bagi mereka, adalah langkah penting untuk menguatkan kembali ikatan yang sempat goyah. Berbagai rangkaian kegiatan kencan telah dilakukan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat pun Hinata berlari menghampirinya dengan segagang aroma manis di tangannya, hati Naruto berdebar-debar. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat melihat wajah ceria Hinata.
“Untuku ya,” katanya sambil menerima segagang aroma dari tangannya.
“Kita harus menikmati momen ini,” balas Hinata, matanya berbinar penuh semangat.
Mereka saling menyuapi satu sama lain, tawa ceria mereka mengisi udara di sekitar. Naruto merasa seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.
“Hinata, terima kasih. Kau selalu menerimaku apa adanya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau pergi meninggalkanku,” ucap Naruto dengan suara tulus, hatinya penuh rasa syukur.
“Tidak apa-apa. Aku menunggumu karena aku ingin bersamamu. Cinta bisa mengalahkan segalanya bahkan waktu, bukan?” jawab Hinata, nada suaranya lembut namun penuh keyakinan.
