Sakura duduk termenung di depan layar komputernya, dengan rekaman Yui yang baru saja diputar masih terngiang-ngiang di telinganya. Suara dari rekaman itu, kata-kata yang diucapkan, perlahan meresap ke dalam pikirannya, menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Matanya terpaku pada layar, namun pikirannya melayang jauh, berputar-putar dalam kebingungan.
"Kenapa Sasori menyebut tujuannya sebagai beban?" pikir Sakura, matanya perlahan mengerjap, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.
"Sasori disiksa? oleh siapa?"
Ada bagian dalam rekaman itu yang benar-benar membuatnya terpukul, membuat hatinya terasa seperti diremas. Saat Sasori berkata bahwa dia tidak ingin Sakura mengetahui sesuatu, pikiran Sakura langsung terbawa pada semua kejadian di masa lalu. Seluruh rasa benci yang selama ini dia yakini sebagai pembenaran atas tindakannya terhadap Sasori, kini terasa goyah.
"Apa yang sebenarnya aku tidak tahu tentang dia? Apa yang sebenarnya terjadi?" Pikirannya semakin kalut.
Tangannya gemetar saat dia menyentuh pipinya. Tanpa dia sadari, air mata sudah mengalir deras. Dia menangis, bukan hanya karena kebingungan, tetapi karena rasa takut yang perlahan mulai menyergap hatinya.
"Bagaimana jika semua yang kupercayai selama ini salah?"
Pikiran itu menghantamnya begitu keras hingga dia merasa tidak bisa bernapas. "Sejauh mana Sasori menanggung semuanya sendirian? Jika benar, dia telah menderita selama ini, sementara aku..."
Sakura merasa hatinya hancur berkeping-keping. Dia tidak ingin membayangkan jika memang benar seluruh keyakinannya tentang Sasori, alasan kebenciannya selama ini, hanyalah kesalahpahaman.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" pikirnya sambil terisak pelan, tubuhnya bergetar karena emosi yang tak bisa dia kendalikan. Tangannya meremas ujung meja, mencoba mencari pijakan di tengah keterpurukan perasaannya.
Setelah beberapa saat, Sakura mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya, menarik napas panjang berusaha menenangkan diri. Pikirannya mulai sedikit jernih seiring kepalanya yang mulai dingin. Di tengah kekalutannya, dia mulai berpikir lebih rasional, berusaha merangkai semua informasi yang ada.
"Mungkin saja... alat perekam itu disadari oleh Sasori," pikirnya. "Mungkin dia sengaja membuat percakapan yang ambigu, menciptakan kesan seolah-olah ada hal besar yang disembunyikannya."
Sakura mengepalkan tangannya, mencoba mencari logika di balik semua ini.
"Sasori bukan orang yang mudah dipermainkan, apalagi dalam situasi yang melibatkan informasi penting. Dia terlalu cerdas untuk tidak menyadari keberadaan penyadap, terutama di lingkungan yang begitu dia kuasai," gumamnya dalam hati.
Pikiran itu membuat Sakura sedikit lega. Mungkin rekaman itu memang bagian dari rencana Sasori, sebuah manipulasi untuk membuatnya ragu dan goyah. Jika memang ada sesuatu yang sangat penting, Sasori tidak akan dengan mudah membicarakannya seperti itu.
Namun, meski begitu, ada bagian dalam dirinya yang tetap meragukan. Bagaimana jika semua itu benar? Bagaimana jika Sasori benar-benar menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin dia ketahui? Tapi Sakura menolak untuk terjebak dalam kebingungan lebih jauh. Dia harus tetap berpegang pada keyakinannya, setidaknya sampai dia menemukan lebih banyak bukti.
Dengan satu tarikan napas yang dalam, Sakura memutuskan. "Aku tidak akan begitu saja percaya. Ini mungkin hanya permainan lain dari Sasori, dan aku harus tetap tenang."
_________________________________________
Sakura melangkah cepat, matanya meneliti suasana di sekitar kafe. Dia tidak ingin mengabaikan Ino, teman yang beberapa hari tidak bertemu. Namun, melihat Ino yang tampak begitu asyik dengan Sai membuatnya merasakan sebuah dorongan untuk mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Damsel 🔞 || Sasusaku
Fiksi PenggemarNaruto©Masashi Kishimoto Note: Rate berjalan mengikuti alur. Memiliki cerita yang kompleks, cocok untuk penyuka genre romance, drama dengan sentuhan komedi. SINOPSIS: Sakura, gadis dingin yang menyembunyikan identitas aslinya, tidak ada yang tau bah...