[CH 25] Sang Bayangan

326 17 1
                                    

Pagi itu, Sakura dan Ino berjalan berdampingan dengan suasana yang begitu canggung. Langkah mereka serempak namun hati masing-masing tenggelam dalam kekosongan.

Sakura menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi, dalam pikirannya masih berputar-putar kejadian semalam. Seorang gadis bernama Sara, tanpa beban menyebut Tsunade, kepala akademi mereka sebagai nenek Sakura? Bahkan setelah tidur semalaman, kenyataan itu masih terasa seperti mimpi.

"Apa tadi malam aku tidak salah dengar?" tanya Sakura, matanya tetap terpaku pada jalan di depannya. Meski dia sudah mencoba menerima dan membiarkan semuanya meresap saat tidur, fakta itu masih membuatnya terpaku.

Ino, yang juga masih syok, hanya bisa tertawa kecil, meski terdengar lemah. "Bercandanya kali ini menarik sekali..." timpalnya, meski nada suaranya menyiratkan ketidaknyamanan.

Membayangkan bahwa Sakura adalah cucu dari Tsunade, wanita paling berkuasa di akademi sekaligus pemimpin Senju membuat tubuhnya sedikit menggigil. Sulit dipercaya.

Kata-kata Sara terngiang-ngiang di kepala mereka, "Temuilah. Dia Kepala Akademimu, kan?"

"Ino, tampar aku!" Sakura tiba-tiba berbicara asal, suara penuh desakan, seolah membutuhkan tamparan untuk meyakinkan dirinya bahwa ini nyata.

"Aw! Apaan sih kau?" gerutunya. Sakura memegang pipinya yang terasa sedikit panas akibat tamparan itu.

"Barusan kau memintanya," jawab Ino polos.

Sakura menahan diri untuk tidak tertawa, tangannya masih di pipi kiri yang ditampar. "Untung saja tidak terlalu sakit," batinnya sambil menghela napas panjang. Meskipun begitu, tamparan itu tidak mengubah fakta besar yang kini harus ia hadapi.

"Aku harus menemui Tsunade," pikirnya dalam hati, mencoba menenangkan diri. Masih sulit mempercayai bahwa dirinya adalah cucu dari salah satu tokoh paling dihormati di seluruh benua Timur.

Sakura mencoba mencari cara untuk mengalihkan pikiran dari segala kegilaan yang baru saja mereka alami. "Hei Ino pig, beberapa hari lalu kau bilang Shikamaru dan Temari akan mengadakan pertemuan keluarga, kan?" tanyanya, mencoba terdengar natural.

Ino menghela napas ringan, tangannya terayun malas di samping tubuhnya. "Itu kan cuma gosip," jawabnya dengan nada acuh.

Sakura tahu Ino ada benarnya. Kalau benar akan ada pertemuan keluarga sebesar itu, Temari pasti sudah membicarakannya, menjadikannya bahan obrolan hangat di lingkaran mereka.

"Gosip atau tidak, aku tak akan terpengaruh dengan segala drama cuci otak Ino lagi." gumamnya hampir tak terdengar.

Dalam diam, mereka terus melangkah. Meski Sakura mencoba mengalihkan pikirannya, rasa penasaran tentang identitasnya dan apa yang harus dilakukannya selanjutnya tetap menggelayut di benaknya.

...

Di tengah hiruk-pikuk perkumpulan orang-orang berbaju putih dengan sabuk berwarna berbeda, yang menunjukkan tingkat keahlian mereka, suasana terlihat damai namun penuh intensitas.

Namun di sudut matras, sepasang pemegang sabuk hitam tampak sedang terlibat dalam sesuatu yang lebih dari sekadar latihan. Pertarungan mereka begitu intim dan penuh makna, seolah bukan sekadar latihan biasa.

Shikamaru berada di atas Temari, menindihnya dengan kuat. Kakinya sudah berhasil mengunci Temari, posisi yang jelas tidak menguntungkan bagi gadis itu. Selangkah lagi, dan Shikamaru akan memaksa Temari mengakui kekalahannya.

"Shika?" bisik Temari, nadanya lebih menggoda ketimbang terganggu. "Mau mampir ke rumahku? Aku punya segelas racun menunggumu," tawarnya dengan suara yang nyaris manja, meski masih dalam posisi terjepit.

The Damsel 🔞 || SasusakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang